BREAKING
Stop Kekerasan di Papua Barat

Monday, July 23, 2018

Anak Jalanan (Catatan Diskusi Di Asrama Deiyai)



Anak jalanan adalah sebuah topik yang sangat bagus untuk di kaji dari semua perspektif. Dan juga, topik Anak Jalanan ini di petik dari sebuah diskusi singkat bersama sahabat, adik adik, dan kawan-kawan saya di sebuah Gubug Woogada Wookebada di Yogyakarta. Diskusi Singkat ini dari setiap orang merupakan pendapat masing masing sesuai dengan pandangan mereka terhadap Anak Jalanan.

Topik diskusi ini, dibawakan oleh Emanuel Mote, dengan anggota diskusi adalah Yugix, Andy, Namukigiba, Boma, Pekei dan lainya.  Topik diskusi yang sebenarnya adalah kenakalan perempuan dan laki laki yang selama ini terjadi di sekitar masyarakat Papua. Yang kian menjadi kebiasaan masyatakat Papua khususnya mahasiswa, remaja dan Anak anak dan lainya. Seakan manusia Papua seperti Anak Jalanan.

Berdasarkan Pengamatan di Papua Semakin marak dengan Kenakalan yang biasnya semua sektor kehidupan yang menjadi akibatnya. Kenakalan Remaja di Papua Sebenarnya di Kembangkan dengan ungkapan Anak Jalanan. Istilah Anak Jalanan ini salah difsirkan di Papua sehingga yang menjadi fokus pada diskusi itu adalah Kenakalan Remaja yang di sebut Anak Jalanan.

Ketika Emanuel membuka diskusi, Ia menceritakan kenakalan Laki Laki dan Perempuan di Papua dan di luar Papua. Kemudian, dalam Diskusi itu juga setiap orang mengungkapkan bahwa “situasi di Papua dan Luar Papua semakin di kecam dengan Kenakalan Mahasiswa, Siswa, Anak Kecil dan lainya.

Anak jalanan adalah Julukan bagi Kenakalan Mahasiswa, Siswa dan Lainya. Kenakalan Anak Jalanan ini yang di kemukakan dalam diskusi dari tersebut adalah mereka yang tidak ada pengawasan dari orang tuanya, minimnya pendidikan, Generalisasi, Kemampuan Ekonomi, Tindakan Militerisme, Penggangguran, Pengaruh Lingkungan dan Lainnya.

Berdasarkan itu, Anak jalanan menurut Shalahaddin adalah seseorang yang berumur dibawah 18 tahun yang menghabiskan sebagian atau seluruh waktunya di jalanan dengan melakukan kegiatan-kegiatan guna mendapatkan uang atau guna mempertahankan hidupnya.

Namun demikian, berdasarkan penjelasan dari Yugix dalam diskusi itu, ia menjelaskan bahwa kenakalan Anak jalanan itu adalah kurangnya adanya pengawasan dan pantauaan dari sisi Orang Tua sehingga kebanyakan remaja terbiur dalam Kenakalan anak Jalanan. Anak jalanan merupakan sebagian dari anak-anak yang hidup dan tumbuh di jalanan tanpa ada pemantauan dan tumbuh secara mandiri.

Namukigiba membedakan Anak Jalanan yang di Papua dengan di Pulau Lain. Kenakalan Anak Jalanan Orang Papua dan Etnis lain sangat berdeda. Kenakalan Anak Jalanan Orang Papua dan Orang Luar Papua di lihat dari Aktifitas Pacaran. Kenakalan Remaja Papua dalam pacaran Perempuan di Jadikan Komoditas dan sebaliknya. Namun, Kenakalan Anak jalanan dari pulau lain dalam aktifitas pacaran membutuhkan waktu yang lama menjadi jodoh.

Lanjut Namukigiba, Kenakalan Anak Remaja di Ukur dengan pendekatan kesejahtraan. Kenakalan anak jalanan orang Papua Luar mengambarkan hanya pada keinginan atas Kebutuhan yang harus di milikinya. Kondisi Ekonomi hari hari untuk mencari nafkah. Untuk mencari Nafkah Mahasiswa atau siswa tersebut harus Korbangkan waktu, tenaga dan fisik. Pengorbanan ini bisa bersifat Positif dan bisa berdampak Negatif. Dampak Positif, sebagai anak jalanan mempunyai kerja keras karena sudah terbiasa kena panas dan hujan, anak jalanan bisa belajar bekerja sendiri, bertanggung jawab dan membantu ekonomi orang tuanya. Namun, Dampak Negatif bisa Menjual diri dan membeli diri dan lainya.

Kategori anak Jalanan di Papua berdasarkan Pendidikan, Ekonomi Keluarga, Generalisasi, Tindakan Militerisme, Penggangguran dan Pengaruh Lingkungan. Sehingga dalam diskusi itu mereka menjelaskan sebagai berikut:

Andreas dan Yugix juga menyampaikan bahwa “Pendidikan dan pengaruh lingkungan adalah tempat dimana membentuk karakter anak untuk mengahadapi tantangan kehidupan sosial. Manusia harus merupakan bekal yang sangat pokok dan tentunya tingkat pendidikan dasar dapat menghasilkan suatu perubahan dalam pengetahuan orang tua. Namun, Pendidikan dasar yang di maksud adalah pendidikan dari Orang Tua dan guru. Dan juga yang menjadi masalah berat juga apabila orang tua sudah meninggal atau di bunuh TNI/Polri.”

Kondisi ril yang terjadi di Papua, orang tuanya dibunuh, pendidikan yang sebearnya telah dihancurkan dengan sistem militerisme dengan mempraktekkan mutu pendidikan berkarakter ketergantungan melalui afirmasi serta mematikan pendidikan karakter orang Papua. Hal ini dapat dibuktikan dengan pemberhentian guru asli Papua di sekolah sekolah dan diskriminasi dalam pendidikan di Papua. Yang selalu membeda bedakan Guru dan murid bahwa guru orang Papua kualitas minim dan non-Papua kualitas baik. ini yang menjadi persoalan yang kini tak terselesaikan dari kementerian dan intansi terkait, Indonesia di Papua.

Kondisi Ekonomi dan penggangguran juga kini mengguyur deras, ekonomi keluarga untuk masyarakat miskin kini menjadi sorotan. Data dari BPK juga menyampaikan bahwa tinggkat kemiskinan masyarakat desa semakin meningkat di puncak pertama di Indonesia, dengan pendapatan perhari untuk satu keluarga tak terduga. Kondisi ini, menggambarkan bahwa selama ini, dana yang ditutunkan untuk pembangunan dan pemberdaayaan di Papua beum mampu mengurangi pengganguran dan meningkatkan ekonomi keluarga.

Hal diatas ini, pengaruh sangat dominan dalam penggangguran, enta itu penggangguran berpendidikan dan usia muda yang tidak bekerja. Artinya bahwa penggangguran kita tidak hanya nilai mereka yang sudah berpendidikan minimal SMP keatas akan tetapi mereka yang belum berpendidikan. Kenyataan pada masa kini mereka yang belum berpendidikan kini mereka masuk dalam kriminal dan lainya sehingga mengakiatkan penyakit sosial. Tidak hanya demikian, hanya dengan lemahnya ekonomi orang tuanya kini banyak usia anak sekolah dan Mahasiswa yang mulai jual diri dan beli diri.

Dari kondisi ini yang persalahkan siapa? Tentunya intansi terkait dan lainya dalam sistem pertumbuhan ekonomi Indonesia. Persoalan seperti ini yang terjadi bahkan mendapat rekor pertama anak jalan di Papua.

Generalisasi udaya Anak jalanan, ketika orang tuanya teah hidup di Jalanan selama dia hidup maka dengan demikian akan terpengaruh dan mampu mengubah cara berpikir anak daam rahim dan ketika anak kecil. Seorang anak melanjutkan perjuangan orangtuanya di Jalanan akhirnya hal ini menjadi kebiasaan di kalangan masyarakat. Hal ini diakatakan juga dalam diskusi yang kami lakukan bahwa, Kelakuan orang tua kini menjadi warisan bagi anaknya. Hal ini di jelaskan oleh Andreas Bunai dalam penjelasannya.

Lanjut lagi, Yaduwi Dumupa juga menyampaikan, saya ihat di Papua memang Kondisi ini sangat memiskinkan orang Papua. Saya melihat orang tuanya juga tinggal hidup di jalan karena beum ada pekerjaan yang mereka kerja. Hal ini juga berpengaruh terhadap anak mereka.

Oleh karena itu, anak jalanan ini terbentuk dalam sebuah arena dalam birokrasi yang terstruktur dalam bentuk kesatuan dengan sistem demokrasi yang memungkinkan masyarakat hidup bebas menentukan nasib hidupnya masing masing. Anak jalanan orang Papua berdasarkan definisi tadi bahwa sangat berbeda dilihat dari kondisi pendidikan, ekonomi, politik ekonomi, Lingkungan, Generalisasi dan lainya. Euforia anak jalanan di Papua merupakan bentuk tanggung jawab pemeintah daerah dalam menangani dan membasmi penyakit sosial yang sementara ini marak terjadi dimana mana di negeri Papua. Mendeskripsikan atas semua masukan ini yang menjadi tolak ukur adalah negara dalam menangani anak Jalanan di Papua.

Dari diskusi ini dapat memberikan sebuah jalan untuk mencapai uapaya pencegahan berdasarkan akademik bahwa pendekatan pembangunan berbasiskan militarisme di Papua harus dikurangi yang diwacanakan oleh Presiden Jokowi dan kembali benahi pekerja Lokal dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Selain itu, pemerintah  daerah harus melakukan peningkatan kemampuan dalam hal ini meningkatkan kapasitas dalam kelola pemerintahan agar mampu antisipasi masalah sosial dilihat dari berbagai aspek di Tanah Papua. Dua Hal ini menjadi Pokok Tugas utama dalam membatasi maraknya anak Jalanan.

Woogadaa Wookebadaa, 20 Juni 2018
 
Copyright © 2013 Menongko I Ekspresi Hati
Design by MOSES | DOUW