BREAKING
Stop Kekerasan di Papua Barat

Saturday, September 9, 2017

Menjadi Mahasiswa Kritis dengan Organisasi

Oleh: Moses Douw
Mahasiswa pada dasarnya, mereka yang belajar dan duduk di bangku perkuliaan di suatu perguruaan tinggi tertentu. Mahasiswa yang memiliki hak dan kewajiban dalam menjalankan proses belajarnya dalam kampus dan juga luar kampus. Mahasiswa aktif selalu pada prinsip dan membagi waktu dalam berorgansiasi di mana saja dalam waktu tertentu.

Organisasi mahasiswa secara umum adalah wadah yang memotori mahasiswa yang berasal dari berbagai latar belakang maupun ideologi. Ideology dalam organsiasi tak sama dengan ideologi mahasiswa dan organisasi lainya. Secara definisi organisasi mahasiswa di kategorikan kedalam dua yakni organsiasi Internal kampus dan organsiasi Eksternal Kampus.

Ketika seorang masuk dalam arena kampus kita di perkenankan untuk masuk dalam organisasi Internal yakni, organsisi Jurusan atau HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan) dan UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa). Dan pula, ketika kita keluar dari Kampus akan kita di perkenankan untuk gabung dalam arena organisasi daerah dan organisasi perjuangan. Organisasi daerah ini berpusat di dalam sebuah paguyuban dan organisasi perjungan berdominasi dalam kampus dan daerah. Dalam hal ini, organisasi daerah adalah organisasi dari kabupaten kota masing-masing.

Dengan demikian, organisai-organisasi ini di bentuk untuk membentuk karakter mahasiswa dalam berorganisasi, membentuk karekter pemimpin, karakter pengkonsep, karakter pembiacara (retorika) dan lainya. Sehingga organisasi mahasiswa patut untuk mengedepankan dalam proses belajar.

Mahasiswa Papua kini banyak menduduki seluruh dunia khususnya di Indonesia, secara tak langsung beberapa organisasi di Indonsia sudah diduduki oleh orang Papua. Namun, di belakangan ini mahasiswa Papua sangat apatis dengan Organisasi yang ada di sekeliling kota studinya. Mahasiswa Papua mulai memunculkan apatisme mereka dengan organisasi daerah, Organisasi Kampus dan Organisasi Perjuangan. 

Organisasi Internal Kampus, Organisasi dalam ruang lingkup kampus sangat banyak namun hingga kini berjalan di setiap kampus yakni, UKM dan HMJ. Adanya kedua organisasi ini sangat jelas, hadir untuk mendukung dan menggali potensi yang di miliki oleh mahasiswa. Lebih lagi, organsiasi ini lebihnya untuk mengembangkan dan mendukung aktivitas selama kuliah di perguruan tertentu. 

Organisasi ini menghadirkan jiwa untuk berlajar lebih tekad dan mendukung semangat untuk kuliah, hal ini lebih baik lagi ketika di ikuti lebih dari 1 organsiasi internal kampus. Untuk mendukung proses belajar dan mengangkat potensi yang di miliki oleh seseorang. Sehingga mahasiswa di anjurkan untuk bergabung dan belajar di dalamnya.

Mengapa Organisasi Internal? Tentunya karena pendidikan itu proses. Dalam arti lain bahwa Manusia lahir langsung besar namun di lahirkan bayi dan akan di besarkan dengan ASI seorang ibu. Begitu pun juga seorang mahasiswa. Mahasiswa harus bergabung dalam sebuah UKM atau HMJ di kampus untuk untuk belajar proses pendidikan di Kampus bersama senioritas dan lainya. Sebab, Pengetahuan belum pernah datang dengan sendirinya. 

Organsiasi Eksternal Kampus, Tak Sebanding apa yang kita bayar dan kita pikirkan di Kampus. Pada umumnya pembayaran di kampus hanya untuk mendapatkan fasilitas, Sarana dan prasarana serta teori yang setiap mahasiswa mendapatkan di setiap kampus. Selain itu mahasiswa hanya menikmati perpustakaan dan gedung kampus untuk mendapatkan Ijazah atau gelar sarjana.

Mumpung saya bertanya kepada Senior saya tahun 2013, “Apa penting apabila saya ikut organsiasi Eksternal kampus?” Jawab seorang senior itu kepada saya “ Sebagai teori tetaplah akan kita dapatkan di Kampus di setiap Hari Namun harus bergabung organisasi Eksternal Kampus sebagai awal mempraktekan pengetahuan dan teori yang kita belajar dalam proses belajar di kampus.”

Semakin sadar ternyata organsasi mahasiswa di luar kampus sangatlah kompleks dan sangat kritis terhadap gejala sosial dan mempertemukan berbagai ide dan pendapat dari berbagai latar belakang.  Hal ini, secara sederhana membentuk watak orang yang berorganisasi menjadi sarjana yang berintelektual.

Sangat jelas bahwa, mahasiswa berjiwa kritis belum pernah lahir dari dalam kampus. Secara sederhana manusia sebagai makhluk social perlu membutuhkan  teman dalam organisasi memperkaya ilmu dan teori untuk membentuk jiwa Kritis.

Menjadi Mahasiswa Kritis, Seiring dengan perkembangan jaman pada masa kini mahasiswa tidak hanya tinggal dalam kandang kampus, Kos dan Kios alias 3K. Mahasiswa juga tidak hanya menjagokan diri dalam kelas di kampus namun mahasiswa juga dipanggil menjadi seorang yang reaksioner. Reaksioner mahasiswa dalam sebuah gejala atau masalah sosial.

Menjadi mahasiswa kritis tak semudah apa yang kita pikirkan, sehingga banyak orang mengatakan bahwa “membutuhkan proses yang lama.” Termasuk didalamnya, seorang mahasiswa mampu menyesuaikan diri dengan alam lingkungan organsiasi dengan Ideologi seorang mahasiswa tekad sebanding semangat untuk berorganisasi.

Secara organsiasi, indikator mahasiswa menjadi kritis ada pada organisasi eksternal kampus dan ideologi seorang mahasiswa untuk bertahan dalam organsiasi serta peduli terhadap gejala sosial, patologi sosial, dan bentuk semangat yang tinggi. 

Mengapa, Ideologi menjadi Indikator? Sebagai mahasiswa secara tak langsung merupakan investor dari dalam keluarganya sendiri. Hal ini membuktikan bahwa mahasiswa lepas dari orang tuanya atau keluarganya adalah bentuk kemandirian.  Di kala demikian akan bentuk ideology dan kemandirian dalam berbagai aktifitas. 

Membentuk kemandirian dan Ideologi seorang mahasiswa adalah wajib dari setiap mahasiswa. Termasuk didalamnya arahnya mahasiswa ingin membawa diri kemana? Apakah Menanamkan Ideolgi berwisata, berorgansiasi dan lainya? Oleh karena tak bisa mendirikan ideology diri, sehingga banyak mahasiswa yang berantakan, tidak jelas dan ikut-ikutan. Tindakan dan sikap ikut-ikutan menjadi dasar menjadi mahasiswa yang tidak jelas, yang hanya berharap ijazah. 

Membentuk diri menjadi seorang kritis tak hanya Ideologi diri, namun Ideologi Organsiasi yang menjadi tolak ukur. Organisasi yang kita ikut pun harus realistis dan bisa mendorong seorang mahasiswa dalam arena yang bisa menjadi intelektual yang hebat. 

Organisasi yang kini kita, kenal di seluruh Indonesia yang bisa mewadahi seorang mahasiswa menjadi mahasiswa kritis (kritis terhdap masalah, gejolak sosial, politik, ekonomi, sosial, budaya, lingkungan, perikanan, pertahanan, pendidikan, kehutanan dan lainya) seperti: AMP (Aliansi Mahasiswa Papua), GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia), FMN (Front Mahasiswa Nasional), PMKRI (Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia), SIEMPRE (Serikat Pembebasan Pembebasan), KPO-PRP, LBH (Lembaga Bantuan Hukum) dan lainya.

Organisasi seperti demikian membawa mahasiswa menjadi kritis dengan mampu menjadi agen bagi perubahan (agen of  change). Sebab, mahasiswa yang menjadi perubahan di daerah semakin berkurang secara kulitas dan kuantitas. Namun, banyak memunculkan agen bagi pembawa masalah di seluruh tanah air, lebih khususnya di daerahnya

Kritis untuk Perubahan Daerah

Mahasiswa merupakan agen dan investasi dari daerah dan juga negara, yang pada dasarnya membekali diri selama sekolah dan kuliah untuk mempersiapkan pejuang mudah dan penerus bangsa dan daerah tertentu di Indonesia. 

Seiring dengan perkembangan di negeri ini, membuat Tanah dan air serta segala isisnya menjadi buruan manusia. Penghuni bumi ini telah perburuk dengan kegiatan manusia yang pada umumnya hanya untuk merusak dan menghilangkan tatanan budaya hidup yang baik. Tak hanya demikian di daerah-daerah terpencil seperti di Papua sangat banyak masalah yang terjadi di sana. Enta masalah internal maupun eksternal, yang kini mengadapi adalah keberadaan orang Papua dan non-Papua menjadi persaingan (politik, ekonomi, sosial dan lainya).

Posisi mahasiswa yang tergabung dalam organsaisi, berperang penting dalam organsiasi untuk memceritakan dan mendiskusikan masalah atau persolan mendasar yang terjadi di daerah agar menjadi topik terpenting dalam mengangkat masalah di daerah. Namun, mahasiswa mengangkat masalah yang terjadi di daerah dalam forum.

Dari pelbagai unsur Organisasi eksternal kampus dan gerakan gerakan mahasiswa sangat mengangkat dan mengkritik dan melakukan reaksi terhadap masalah yang di ciptakan negara dan kelompok elit terntentu hanya untuk menguntungkan kaum berkelas dan berkelompok secara diferensiasi sosial.

Oleh Sebab itu, dengan menyimak tulisan diatas ini, mahasiswa hadir untuk membawa terang bagi masyarakat, yang selama ini mahasiswa hanya melakukan aktifitas yang kurang jelas dan hanya berfoya-foya, berwisata, hiburan dan lainaya. Sehingga dengan itu, mahasiswa hadir untuk merubah, mahasiswa hadir untuk menyuarakan, mahasiswa hadir untuk penerus bangsa, mahasiswa hadir untuk menjadi agen daerah, mahasiswa hadir untuk melanjutkan kekhasan daerah dan mengangkat harkat dan martabat daerah tanah air.

Dengan demikian, mahasiswa adalah kaum muda yang terpelajar atau terdidik yang merupakan investasi bangsa pada masa yang akan datang. Namun, sangat langkah menemukan mahasiswa berwatak kritis terhadap masalah dan mendobrak ketidakadilan pemerintah terhadap rakyatnya. Sehingga mahasiswa harus merupakan ideology diri untuk membentuk diri dalam organisasi yang ber-ideologi yang bisa membangun seorang mahasiswa menjadi kritis.


Penulis adalah Mahasiswa kuliah di APMD Yogyakarta


Organisasi Politik dan Mahasiswa Papua di Indonesia

Oleh: Moses Douw
Pada sebelumnya organisasi mahasiswa di Indonesia berawal dari sejarah pergerakan bangsa sejak pemerintahan belanda. Tidak seperti sekarang belanda membuka kesempatan untuk berpendidikan bagi para pemuda Indonesia untuk mengayam pendidikan di kalangan muda, dengan mendirikan sekolah rakyat. Di bagian Jawa di kenal dengan sekolah rakyat dan khususnya di Papua pun dikenal dengan sekolah guru serta  sekolah rakyat. Secara langsung di bagian Papua membentuk gerakan untuk mengajar bagi rakyatnya yang belum mendapatkan pendidikan yang baik, sehingga Belanda menciptakan banyak guru di Papua, tak seperti Indonesia menciptakan sarjana tak bermanfaat untuk daerah dan bangsanya khususnya di Papua.

Sekitar tahun 1908 terbentuk organsisi Boedi Utomo, dengan itu di mulailah sejarah perjuangan bangsa ini untuk merebut kebebasaan bangsa dari  sabang sampai Ambon (sebelumnya belum termasuk Papua) secara hukum. Sehingga pejuang muda Indonesia mulai bergabung dengan organsiasi-organsiasi politik dan muncul banyak partai politik pemuda Indonesia seperti, Indische Patij  yang dipelopori oleh  E.F.E Douwes Dekker atau yang lebih dikenal sebagai  Danudirdja Setyabudhi. Selanjtunya bermunculan partai-partai politik lain seperti  PKI (Partai Komunis Indonesia) pada bulan Desember 1920, Partai Nasional Indonesia (PNI) pada 4 July 1927 dan Parindra (Partai Indonesia Raya) pada tahun 1935.

Perjuangan dan peran mahasiswa Indonesia yang merupakan golongan terpelajar baru pada masa itu serta mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang mengenyam bangku kuliah di Belanda dan kemudian pulang ke Indonesia membawa gagasan-gagasan tentang nasionalisme dan kemerdekaan Indonesia. Gagasan terbentuknya PNI diawali oleh Ir. Sukarno pada tahun 1925 mendirikan Algemeene Studie Club di Bandung. Landasan pergerakannya adalah Nasionalisme,Islamisme, dan Marxisme, yang dianggap dapat menjadi landasan pegaerakan nasional secara garis besar dan sebagai alat pemersatu pergerakan rakyat. 

Selanjutnya dalam pergerakam mahasiswa di Indonesia sangat berbeda. Mahasiswa pada masa penjajahan belanda membentuk oposisi organsasi perjuangan kemerdekaan negara Indonesia. Namun kini mahasiswa membentuk organisasI independen di Internal kampus dan eksternal kampus untuk mendobrak kekejaman dan ketidakadilan di dalam negara Indonesia. Sehingga sudah banyak mahasiswa memunculkan organisasi independen di tingkat senat dan kampus.  Hal ini tentunya kita tahu bahwa ada organsiasi mahasiswa seperti: HMI (Himpunan Mahasiswa Islam, CGMI, GMKI, PMKRI dan GMNI. Organisasi tersebut berdiri berlatar belakang dan tujuan Keagamaan, Pendidikan, Politik dan ideology masing-masing.

Mahasiswa Papua dan Organsiasi Politik

Mahasiswa Papua sudah ada pada sebelumnya, sejak adanya Belanda di Tanah Papua. Selama masa penajajahan pemerintah Belanda membuka sekolah Rakyat dan Sekolah Guru di seluruh Kecamatan selama masa penjajahan belanda. Selain membangun pendidikan di Papua juga menguras dan mengeksploitasi. Akhirnya, guru hasil beberapa sekolah di Papua itu membangun Papua dari bidang pendidikan. Kebanyakan mahasiswa di sekolah rakyat dan sekolah guru menjadi katakese, pendeta dan guru di pelosok pelosok. 

Mahasiswa Papua pada tahun 1960-an telah kuliah di pulau jawa dan pulau lainya, selain itu banyak juga mahasiswa yang menempuh pendidikan tinggi di kota kota terbesar di Papua. Dengan demikian, karena perkembangan pemerintahan dan politik di Papua semakin berkembang juga kampus kampus di seluruh Papua. Yang kini kita kenal adalah Uncen, Unipa dan perguruan tinggi lainya. 

Mahasiswa Uncen, Arnold Clemens Ap telah menciptkan organsiasi musisi yang kini di kenal dengan  Mambesak. Organsiasi musisi ini telah menyatukan berbagai suku dan bahasa di dalam alunan musik.  Hal ini adalah salah satu cara mahasiswa Papua dalam mengangkat harkat dan martabat orang Papua ketika aspek kehidupan di ancam kepunahan. Disinilah mahasiswa sebagai agen dari daerah dan tanah air sebagai rasa nasionalisme. 

Setelah tahun 2001 mahasiswa Papua meminculkan organisasi mahasiswa Papua secara kedaerahaan maupun pergerakan. Oransiasi mahasiswa Papua yang kini kita kenal yakni , AMP (Aliansi Mahasiswa Papua), KNPB (Komite Nasional Papua Barat) dan organisasi tak tik lainya. Organisas ini dengan julukan organisasi independen untuk menyuarakan ketidakadilan dan stagnan negara yang selalu membungkam.

Organsiasi Independen dalam Politik di Indonesia oleh mahasiswa Papua untuk kondisi negara sedang pembungkaman terhadap suara-suara kritis begitu gencar, maka gerakan mahasiswa akan tampil sebagai pendobrak kebisuan politik. Mereka lebih lantang menyuarakan kritik dan perlawanan, apalagi ketika kooptasi negara sudah merajalela dan membungkam kaum intelektual dan media massa. 

Mahasiswa Papua dan Masalah Politik

Faktanya, mahasiswa Papua adalah agen keluarga, daerah dan daerah gan generasi muda yang mengenyam pendidikan di perguruan tinggi. Mahasiswa sebagai kaum berpendidikan dituntut harus berpikir kritis di dalam hal mengamati perkembangan politik di Indonesia, apalagi mahasiswa sosial, politik, ekonomi, pendidikan dan lainnya berdasarkan jurusan dalam sebuah organisasi. Hal ini sangat lah penting bagi perkembangan perpolitikan di Indonesia di Papua.

Masalah perpolitikan Indonesia di Papua sangat berkembang dan tidak ada lini untuk mengatasi masalah-masalah. Masalah yang kini menjadi trend di Papua adalah masalah politik yang berpengaruh di semua bidang. Hal ini adalah ulah dari pemerintah pusat yang hanya memanfaatkan sumber daya alam dan lainya. Disinilah posisi mahasiswa untuk bersuara. Tentunya mahasiswa bersuara harus dalam organiasasi agar lebih berharga dan menggugah.

Mahasiswa yang berpendidikan itu, harus menjadi modal utama dalam menanggapi persoalan yang terjadi di daerah. Hal ini meninjau sikap politik yang di jalankan oleh seorang prokramator Indonesia Soekarno dengan mendirikan berbagai organisasi politik untuk melawan dan menyuarakan kaum tertindas di saat belanda menguasai sebagain besar darah dari Indonesia. Ia menjadi mahasiswa terbaik sebab ia dengan sikap kritis itu telah memerdekakan dari system politik Belanda yang menindas rakyatnya. 

Dengan demikian, mahasiswa Papua selama di bangku pendidikan merupakan tanggung jawab yang berat hanya untuk menyuarakan ketidakadilan, ketidakbahagiaan, pembungkaman, pembunuhan, dan masalah sosial politik lainya yang kini menjelajah, menghancurkan, memusnahkan manusia Papua ini dalam sebuah organisasi independen.

Oleh karena itu, mahasiswa merupakan jung tombak dalam perpolitikan di Indonesia khususnya dalam mengatasi dan menyuarakan dan menjadi pondasi dalam perubahan daerah. Menyuarakan dan mendobrak tak harus individu namun mahasiswa harus merupakan masaa yang banyak. Misalnya harus dalam suatu organsiasi seperti, AMP (Aliansi Mahasiswa Papua), GMNI, FMN, PMKRI dan lainya. Tidak hanya demikian, mahasiswa yang berpendidikan tinggi ini, agen bagi perubahan dan tekad yang tinggi dalam menanggapi persoalan yang terjadi di daerah. Mahasiswa juga, berjuang berdasarkan jurusan dan jalur yang di pilih dengan ideology untuk memerdekakan masarakat dengan cara dan uapaya yang di randang berdasrkan nalar dan pikiran masing-masing. Meskipun demikian, untuk merubah taklah mudah namun mudah apabila dalam suatu organisasi independen dengan ideologinya.

Referensi:
Wahyu barata. 2009.Momentum hari sumpah pemuda 28 oktober. Jakarta. Kabar Indonesia
Chandra. 2016 .  Organsiasi Politik Kampus dan Mahasiswa . Yogyakarta. Ilmu Politik
Robbin Stephen P, A. Judge Timothy. 2008. Perilaku Organsiasi. Amerika. Salemba Empat

 
Copyright © 2013 Menongko I Ekspresi Hati
Design by MOSES | DOUW