BREAKING
Stop Kekerasan di Papua Barat

Sunday, April 12, 2015

Krisis Nilai Budaya Meeuwo di Papua

Oleh: Moses Douw

Nilai budaya di Papua (Meeuwo) menjadi dasar hidup atau filosofi hidup pada zaman dahulu dan pada masa kini menjadi krisis dalam kehidupan, serta kita semakin sering mengabaikan konsepsi Nilai Budaya bersama. Sebab itu, sebelum dari pada kita melalui seharusnya perlu mengetahui apa yang di maksud nilai dan budaya.

Nilai merupakan konsepan mengenai masalah yang mendasar dan yang terpenting serta berharga dan bernilai tinggi dalam kehidupan sosial dari individu hingga kelompok sosial. Sedangkan budaya merupakan akal budi atau hasil cipta dan karsa manusia yang menjadi kebiasaan dalam suatu wilayah. (KBBI). Maka, budaya tidak dapat dipisahkan dari manusia, meski budaya itu adalah hasil manusia. Segala sesuatu yang dihasilkan manusia itu melalui pikiran, perasaan dan kemauannya, itulah yang disebut kebudayaan. Jika terjadi krisis kebudayaan maka sesungguhnya yang harus dicari penyebabnya adalah pada pemikiran, perasaan, dan kemauan manusia itu sendiri. Krisis budaya adalah krisis kemanusiaan. Namun, budaya dan nilai budaya sangat berbeda. Nilai budaya adalah suatu tatanan nilai yang terkandung dalam suatu masyarakat yang berbudaya.

Koteka dan mogee adalah pakaian adat suku-suku Pegunungan Tengah Papua yang berfungsi untuk melindungi tubuh atau sebagai budaya (bukan nilai dari budaya). Tetapi, yang paling penting adalah nilainya. Nilai yang terkandung dalam suatu budaya  atau suku itu sendiri.

Nilai budaya suku MEE di Papua, pada dasarnya hidup diatas kekayaan berpikir. Selalu berlandaskan berpikir sebelum bekerja, berbicara, bercerita, bergaya  dan berbusana. Singkatnya bahwa saya mencukupi makan dan minum dalam kehidupan ini, apabila saya melihat, berpikir dan melakukan. Dengan demikian, tata cara hidup suku MEE di Papua sebelumnya, bahwa mereka memikirkan apa yang akan melakukan? Apa yang akan terjadi di masa mendatang serta efeknya? Dengan itu, masyarakat suku MEE mengetahui dan mewaspadai dengan berbagai cara, agar tidak terjadi persoalan yang membahayakan korban nyawa dan lainya dalam masyarakat suku MEE di Papua itu sendiri.

Sejarah dicatat bahwa, orang MEE dahulu selalu membuat Yuwoo Owa (Rumah Pesta Adat). Sebelum dari pada itu, masyarakat suku MEE merupakan pikiran yang panjang dalam arti bahwa ukuran pemikiran untuk mendeteksi persoalan dini dan masa yang akan datang mengenai pesta adat, agar pada saat pesta adat tidak terjadi krisis ekonomi, sosial dan budaya (Yuwoo noyagako iniya gai beu, keitai beu ekowai beu agiyoko keitetenita note kodo). Berpikir (gai) dalam mengawali rencana merupakan nilai dari budaya suku MEE sehingga suku MEE sangat berbeda jauh dengan suku-suku yang lain di Papua.

Seluruh suku-suku di Papua pada dasarnya terlambat dalam mengikuti perkembangan zaman karena memang Papua adalah masyarakat komunal yang tinggal dan merupakan sistem tersendiri didalamnya, dengan nilai hidup masing-masing. Dengan demikian, dengan adanya berbagai faktor misalnya kebijakan dan globalisasi menjadi ancaman bagi warga masyarakat suku-suku di Papua (Suku MEE).

Dengan perkembangan zaman, masyarakat adat dalam perkembangan menuju masyarakat modern merupakan banyak tantangan yang datang dari luar untuk menghancurkan isi dari suatu daerah khususnya di Papua. Misalkan, masyarakat Papua secara umum nilai sosialisme sangat tinggi antar suku, kelompok dan antar daerah dipedalaman, tetapi pada perjalanannya nilai sosialismenya menghilang begitu saja dengan berbagai kegiatan dan kebijakan Indonesia di Tanah Papua termasuk nilai pancasila (Bineka Tunggal Ika).

Dengan adanya itu, Papua khususnya Meeuwo saja di petakan menjadi Paniai, Dogiai dan Deiyai. Di samping itu, beberapa kabupaten yang berada di Meeuwo kini dikuasai dengan berbagai persoalan internal. Contoh: Togel, dadu serta program pemerintah yang menurunkan Beras JPS (Jaring Pengaman Sosial) yang memudahkan masyarakat terisolasi dengan faktor dari luar. Kita tahu bahwa dengan adanya bantuan dari pemerintah akan membuat masyarakat tidak bekerja, hidupnya instan. “Wah” disitu kami kehilangan ideologi hidup masyarakat suku MEE di Papua, yang dalamnya mengajak kita untuk berkerja.

Dengan tantangan itulah mengajak kepada kita bagimana menghadapi arus globalisasi? Tentunya bahwa kita memegang kembali nilai hidup sesuai dengan tata cara yang berlaku disuatu daerah kita agar mengantisipasi terjadinya krisis nilai budaya karena akan berpengaruh dengan krisis kemanusian suku MEE di Papua.

Manusia seharusnya kembali ke prinsip dasar manusia, agar potensi manusia menjadi seimbang serta menjaga dan mengangkat kodrat manusia sejati guna mencapai masyarakat yang berbudaya. (Marxisme: Hak Masyarakat Kultur; hal: 63)

Kadang kita, lupakan dasar hidup suku MEE di Pegunungan Tengah Papua yang teratur sebagai dasar yang melandasi tata cara hidup suku MEE. Seperti negara Indonesia yang melandasi Pancasila sebagai dasar negara. Ingatlah akan dasar hidup suku MEE!

Sebab demikian, filosofi hidup orang suku MEE merupakan suatu cakupan yang kembali kepada kesadaran kita (kelompok sosial, kelas sosial dan individu) dengan dasar hidup yang dalamnya berbunyi DOU, GAI dan EKOWAI. Artinya bahwa bila kita sudah mengetahui dengan indra kita, harus berpikir, agar kerjanya sesuai dengan apa yang kita pikirkan. Disamping itu, banyak nilai dari adat dan budaya yang kita punyai. Misalkan: Konaiyo teduaii, yagamoo yoka modogako artinya bahwa dilarang potong kumis sementara istri hamil. Nilai budaya seperti ini yang kita perlu jaga dengan tujuan untuk menjaga kelestarian nilai budaya dan melalui nilai budaya suku MEE, kita bisa menentang budaya dari luar yang datang membawa krisis kemanusian di Papua. (Buletin Woogada Wookebada)


Referensi:
Solaeman M. Munandar. 2001. Ilmu Budaya Dasar (Suatu Pengantar). Bandung. PT Rafika Aditama

Silitonga M. Sabar. 2013. Krisis Nilai Budaya. Jakarta. JUPIIS

TENTANG ""

Mosesdouw.blogspot.com adalah website privat Moses Douw yang memuat berbagai tulisan. Apabila perbanyak atau copas tulisan dalam website ini, tolong sertakan alamat lengkap. Terima Kasih

Post Comment

Post a Comment

 
Copyright © 2013 Menongko I Ekspresi Hati
Design by MOSES | DOUW