Masa depan Papua dan Masalah Papua ada ditangan anak muda.
Sayang masalah adalah Mencintai Papua dengan Hati
Cinta Papua dari Keindahanya adalah merusak
Masalah Itu Tanggung Jawab Anak Muda,
Maka Cintai Papua dari Masalah Bukan dari Keindahan.
Oleh: Moses Douw
Rasa kecintaan kita terhadap tanah air kadang muncul banyak pendapat, kadang cinta tanah air disebut dengan Nasionalisme dan Patriotisme. Menurut Wikipedia, Nasionalisme merupakan paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia yang mempunyai tujuan atau cita-cita yang sama dalam mewujudkan kepentingan nasional. Sedangkan Patriotisme Menurut Wikipedia, adalah sikap yang berani, pantang menyerah dan rela berkorban demi bangsa dan negara. Pengorbanan ini dapat berupa pengorbanan harta benda maupun jiwa raga.
Pengertian diatas ini tanpa aktor maka akan mati suri diantara anak muda, anak muda sangat berperan penting dalam Nasionalisme dan Patriotisme dalam kehidupan berbangsa demi terwujudnya kejayaan daerah. Maka dengan itu, anak muda lebih dikenal dalam artian bahwa Kekuatan (Power) yang bisa mempertahankan eksistensi dan keberadaan dirinya dan tanah airnya. Anak muda secara langsung bisa diartikan sebagai seorang siswa, mahasiswa dan Sarjanawan. Tanggung jawab terhadap tanah air akan terbentuk ketika seorang dari diatas ini merasakan dimana dia berasal dan latarbelakang seorang itu berasal dan memperjuangkannya.
Dengan demikian bagaimana dengan Papua. Tanah Papau itu sendiri memiliki perkembangan asal usul nama pulau Papua memiliki perjalanan yang panjang seiring dengan sejarah interaksi antara bangsa asing (Indonesia, Belanda, Jepang dan lainya) dengan masyarakat Papua. Secara rinci Papua adalah daerah (Negara) yang paling luas dalam negara kolonilisme Indonesia. Dan dikenal oleh manca negara dengan panorama indah dan berbagai budaya, sosial, lingkungan yang sangat menjadi perhatian. Dengan keindaan Papua itu, datanglah berbagai pengunjung. Dengan keindahan itu, dikenal dari beberapa sudut pandang, berdasarkan pengamatan individualis dan kelompok sehingga itu menjadi masalah utama di Tanah Papua yang sangat mengundang pengunjuang dari mancanegara yang membuat alam dan kekayaan Papua eksploitasi. Dengan dikaenalnya dan di Aneksasi Papua kedalam Indonesia muncul berbagai persoalan yang tak pernah terselesaikannya yakni sebagai berikut:
Bidang Pariwisata
Papua sudah dikenal dengan sarang pariwisata yang pada awalnya di kenalkan dengan berbagai tempat pariwisata yang menarik. Alam Papua secara langsung memberi pemandangan yang indah pada dasarnya. Ketika Papua awal masuk kedalam pangkuan Indonesia secara ilegal, Indonesia telah mengambil ahli untuk mengolah Tanah Papua sebesar-besarnya untuk Asing dan Bangsa Jawa. Pernyataan seperti demikian, yang akan membuat Bangsa Papua tak ada gunanya. Hal ini dipertegas dalam Video Dokumenter “PAPUAN VOICES” menyatakan bahwa “Raja Ampat di kuasai asing dalam hal ini memberi kesempatan kepada Investor untuk mengola Raja Ampat”. Ketika tonton video tersebut “Kekuasaan orang Papua sebagai pemilik hak ulayat dan hak leluhur tak ada, keberadaan orang Papua hanya sekitar 10%”. Disana, semua Homestay banyak di buat oleh orang non Papua, dan dalam video itu, orang Papua yang membuat Home Stay hanya 2 orang saja.” Orang luar datang hanya mencari nafkah dengan cara mengesampingkan orang Papua dan Pembangunan Papua.
Kemudian salah satu hal yang sangat menyebalkan di mata Papua yang selalu di presentasikan dan dipublikasi yakni hanya Keindahan alamnya. Indonesia tidak pernah publikasi ketidakadilan dalam Pariwisata dan sisi negatif Indonesia terhadap Daerah Papua. Perilaku demikian ini membuat Papua tidak berkeinginan untuk bergabung dengan Negara kolonialsme Indonesia. Pengkajian hal ini sangat berkaitan dengan status Politik Papua.
Bidang Politik dan Pembangunan
Papua merupakan pulau yang disebut dengan kaya akan alam atau sumber daya yang melimpah. Mulai dari hutan, laut, batu dan lainya. Dengan melihat kekayaan tersebut banyak yang merindukan dan eksplorasi berbagai macam Kekayaan Alam di Papua sedangkan orang aslinnya miskin di atas tanah itu. Berbagai eksplorasi yang di lakukan oleh Pemerintah Indonesia dari Rezim ke Rezim.
Hal eksplorasi ini mengakibatkan orang Papua tak ingin diam dengan hal tersebut, keinginan muncul bahwa mereka hadir untuk memusnahkan seluruh alam dan segala isisnya. Dampak dari eksplorasi di Tanah Papua selalu meningkat. Dampak yang selama ini di rasakan oleh masyarakat Papua adalah hasil limbah yang diproduksi oleh perusahan besar, salah satunya seperti PT Freeport. Pengambilan tanah adat oleh berbagai masyarakat dari Indonesia (bukan orang asli Papua) sehingga muncul ketidakterimaan dari warga setempat.
Eksplorasi juga tak seimbang dengan pembangunan di daerah Papua. Misalkan saja Timika, kota ini sangat buruk dari kota yang lain di Papua. Pada hal kota ini sudah ada berbagai Perusahan milik daerah dan pusat, salah satunya PT Freeport dan Palm. Pembangunan dari akibat eksplorasi tidak kentara di Papua.
Orang asli Papua percaya bahwa dengan adanya Eksplorasi adalah sikap Pemerintah pusat yang tidak bertanggung jawab dan sikap Aneksasi Papua ke Indonesia merupakan sia-sia serta aneksasi di lakukan untuk sementara, hanya untuk mencuri berbagai kegiatan Sumber Daya Alam di Papua. Akibat dari eksplorasi secara sembarangan dan ilegal atau tidak berdasarkan keinginan rakyat sehingga dimana muncul pikiran pemisahan dari NKRI. Muncul separatisme di Papua ulahnya adalah Pemerintah Pusat yang kurang bertanggung jawab seperti demikian.
“Dari pangkuan ke pangkuan, secara tak langsung setiap kali penjajah masuk ke tanah Papua sangat berbeda, pembagunan dan perkembangannya pun”. Sepata demikian banyak ditekankan oleh orang Papua sendiri sebagai penderita.
Sejak Belanda menguasai Papua ketika itu melakukan pembangunan yang manusiawi sebab, pembangunan saat itu tak berpengaruh dengan ekosistem disekitarnya atau di sekitar wilayah pembangunan. Tetapi ketika Papua setalah menginjak kaki ke Pangkuan Indonesia sangat di kuras oleh Kapitalis Indonesia dan asing atau biasa di sebut dengan kapitalisme guncang bumi Papua. Namun tak hanya ekosistem yang hilang musnah tetapi juga manusia Papua juga mulai di musahkan dengan berbagai cara oleh Indonesia, lebih sering disebut dengan Pemusnahan Etnis Melanesia di Tanah Papua (Baca Buku: Pemusnahan Etnis Melanesia).
Ketika kita mengenal lebih dalam tentang Papua merupakan status perjuangan Papua yang hingga kini menjadi masalah yang ditanggapi oleh Belahan Dunia dan beberapa negara. Sejarah Papua dimanipulasi dan PEPERA di laksanakan dalam keadaan ketegangan dan manipulatif oleh Indonesia. Hal ini adanya kepentingan Politik antara Amerika dan Indonesia. Sejarah mencatat bahwa Papua telah merdeka saat 1961 yang tak di banta. Maka kini dimana kita sebagai anak muda dalam memperjuangan sejarah kebenaran itu
Setelah pucuk kemerdekaan Papua dirampas oleh Indonesia negara kolonialisme, akibatnnya kita lebih merenungkan tentang pembangunan di Papua, anehnya sementara membangun Papua beberapa mekanisme yang di praktekkan dengan jalur lain diantaranya menguasai Tanah, mengeksplorsi, mengintimidasi dan terjadi pencemaran ekosistem, sosial, politik, ekonomi dan lainya di Papua sehingga kita merenungkan pembangunan di Papua adalah Pembangunan dualisme.
Dengan demikian, adanya otonomi seharusnya pemerintah lebih mengembalikan seluruh kewenangan dari pusat ke daerah, seperti hak ulayat. Seluruh tanah di kuasai oleh ketua atau kepala suku setiap daerah namun semuanya di kuasai negara mulai tanah hingga pemerintahan. Sebab dalam penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia tak seimbang. Misalkan di Kalimantan “seseorang memiliki tanah ketika mendapatkan ijin dari kepala suku, Yogyakarta dan sekitarnya tanah di miliki oleh pemerintah daerah tak ada hak milik, dan sebagainya. Ini menjadi contoh ketidakseimbang dalam mengurus pertanahan di Indonesia”. Hal demikian kita merenungkan terlebih dahulu bahwa sebenarnya ada apa Indonesia di Papua. Apakah ingin membangun atau mau eksploitasi?
Sosial Ekonomi
Persoalan ekonomi pada saat orde Baru Pertumbuhan ekonomi berkembang di Papua dengan kepemimpinan yang otoritarian oleh Bung Harto sehingga Papua tidak di katakan sebagai Pulau yang tidak gagal di bidang ekonomi yang mana mengembalikan fungsi ekonomi Kerakyatan. Tetapi pada perjalanannya pada tahun 2001 memberi UU no 21 tahun 2001 tentang otonomi khusus Papua hingga saat ini.
Setelah Papua diikat dengan UU otsus banyak masalah yang di hadapai oleh seluruh masyarakat Papua yakni masalah birokrasi yang korup, kurang memberdayakan masyarakat dan lainya. Sehingga pada akhirnya ini, yang di perlukan di Papua merupakan Pendidikan yang layak, ekonomi yang layak dan reformasi birokrasi di Papua. Jika persoalan ini, tidak di atasi maka disitulah kegagalan pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk membangun Papua yang maju dan berkembang. Salah satu persolan yang hingga sampai saat ini menjadi pertanyaan adalah dengan adanya otonomi khusus, masalah Papua atau masalah kemiskinan akan selesai ataukah tidak?
Dana otonomi khusus hingga saat ini selalu mengalir ke Papua, namun kemiskinan di Papua selalu meningkat. Dimanakah kepergian uang negara? Apakah mereka sendiri tarik kembali oleh Pemerintah pusat ataukah elit politik lokal? Selama ini uang otonomi khusus tidak pernah dis entuh oleh masyarakat Papua. bila mereka sentuh uang tersebut berarti orang Papua sejahterah dan kemiskinan pun berkurang diatas tanahnya sendiri. Sehingga masyarakat Papua percaya bahwa dana otsus adalah almarhum atau sudah meninggal karena tidak beredar uang otonomi khusus tersebut.
Pemerintah pusat tak bertanggung jawab dengan kepercayaan tersebut, tidak bertanggung jawab dalam artian bahwa seharusnya mengawasi peredaraan dana otsus. Karena kemiskinan di Papua sudah mencapai 60% tetapi pada perjalananya kemiskinan berkurang dan pengganguran bertambah sekitar 30%. Sehingga dengan itu, perlunya ada pengawasan dana otsus dari anak muda dan semua intansi dan agar menghilangkan ketidak percayaan orang Papua terhadap Indonesia.
Sosial Ekonomi di Papua tak juga lepas dari undang-undang Otonomi Khusus yang dalamnya berbunyi tentang: “1). Pembangunan perekonomian berbasis kerakyatan dilaksanakan dengan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada masyarakat adat dan/atau masyarakat setempat. 2). Penanam modal yang melakukan investasi di wilayah Provinsi Papua harus mengakui dan menghormati hak-hak masyarakat adat setempat. 3). Perundingan yang dilakukan antara Pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota, dan penanam modal harus melibatkan masyarakat adat setempat”. (UU Otsus Papua)
Sosial Budaya
Papua juga terdiri dari berbagai suku dan berbeda pula budaya yang di miliki oleh setiap suku itu sendiri. Suku yang terkenal hingga kini adalah sebagai berikut Dani, Moni, Mee, Amungme, Wate, Arfak, Asmat dan lain sebagainya. Sehingga Papua disebut dengan kaya akan budaya. Secara umum Papua di bagi menjadi 7 suku adat dengan memperhatikan sikap dan partisipasi masyarakat yang sama. Budaya Papua sangat kaya serta berbagai bahasa yang dimiliki oleh setiap suku di Papua. Budaya Papua sangat primitif di mata orang lain atau di mata orang luar dari Papua tetapi di mata kami budaya kami sangat kaya karena manusia hidup di atas kekayaan budaya.
Eksplorasi Budaya sangat terlihat ketika Otonomi khusus berlaku di Papua seperti yang kita tahu bahwa Koteka adalah Pakaiaan adat Suku di pengunungan Papua. Tetapi bagaimana dengan tanggapan dari luar seperti stigmasisasi Koteka sebagai Pornografi. Berarti bahwa Indonesia tidak menghargai keanekaragaman budaya di Indonesia (Bhineka Tunggal Ika). Dan banyak lagi stigmasiasi seperti di Wamena bahwa orang yang pake koteka dilarang masuk ke kota Wamena, pada hal semuanya sudah di atur dalam UU otonomi khusus untuk selalu mempertahankan budaya.
Khususnya persoalan yang di perdebatkan di Pemilu 2014 lalu bahwa sistem noken di Papua di tolak oleh sebagian banyak orang yang di tolak dengan adanya pemilihan mengunakan Noken dengan alasan bahwa sistem noken adalah menghambat proses demokratisasi di Indonesia tetapi Noken perlu harus digunakan sebagai mengangkat harkat dan martabat manusia Papua sesuai dengan regulasi yang ada dalam UU otonomi khusus untuk Papua yang dalamnya mengatakan bahwa perlunya mengangkat budaya orang Papua di publik agar budaya tetap di pertahankan oleh Orang Papua.
Oleh karena itu, dengan adanya stigma, orang Papua tak akan percaya dengan danya Indonesia karena memang suku di Papua hidup berlandaskan budaya setempat. Selayaknya seperti budaya jawa. Agar terjadi Papuanisasi di Papua itu sendiri bukan hanya jawanisasi di seluruh Indonesia. Maka mau dan tidak mau perlunya mengangkat budaya orang Papua di publik secara adil agar tidak terjadi perpecahan dan masalah diantara kita
Persoalan seperti diatas ini tak lepas dan sangat berkaitan dengan UU otonomi khusus Papua seperti yang berbunyi demikian. “1). Pemerintah Provinsi Papua wajib mengakui, menghormati, melindungi, memberdayakan dan mengembangkan hak-hak masyarakat adat dengan berpedoman pada ketentuan peraturan hukum yang berlaku. 2). Pemerintah Provinsi wajib melindungi, membina, dan mengembangkan kebudayaan asli Papua. 3). Pemerintah Provinsi berkewajiban membina, mengembangkan, dan melestarikan keragaman bahasa dan sastra daerah guna mempertahankan dan memantapkan jati diri orang Papua”. (UU Otsus Papua). Ketika kita mengenal dan mengamati masalah yang berkaitan dengan Papua sangat kompleks. Maka apakah Anak muda sekarang sayangi masalah Papua atau tidak?
Sayangi Dan cintai Masalah di tangan Anak Muda
Setidaknya Papua yang kaya akan Alam ini, kaya pula masalah sosial atau penyakit sosial. Setidaknya persoalan Papua sangat kompleks dan ketika kita analisis persoalan akan muncul persoalan yang mikro hingga persoalan yang makro. Analisis persoalan diatas ini sebagian kecil dari semua persoalan di Papua, tetapi persoalan yang diatas inilah yang terjadi di Papua secara berkelanjutan. Masalah kita ketahui sebagai demikian apakah kita cinta Papua atau tidak? Cinta Masalah Papua adalah Sayang Papua dari Hati.
Sangat disayangkan anak muda disaat ini cinta terhadap tanah air Papua atau tidak? Lebih khusus pada Masalah yang terjadi disetiap daerah di Papua. Karena Masalah dan persoalan Papua akan selesai apabila anak muda sayang dan cinta terhadap Masalah dan persolan itu.
Secara langsung seharusnya anak muda Papua atau generasi penerus Papua pahami, apa yang harus kita cintai dan sayangi terhadap Papua dan masalah Papua. Berikut ini adalah beberapa konsepan yang mendasar untuk mencintai dan menyangi Papua dari hati
Bangga menjadi Anak Muda Papua
Papua dilimpahi berbagai keunikan didalamnya, Keunikan Warna Kulit, Pulau Papua yang berbentuk Kanguru, Burung cendrawasih, Makanan khas Papua (Ubi Sagu), budaya, alam dan segala isi perut BumI Papua lainya. Hitam kulit Keriting rambut, adalah manusia Papua yang tinggal dan menetap di Pulau Burung Papua dengan ras melanesia yang di satukan melalui Region samudra Pasifik. Saya bangga mejadi orang Papua, sebab saya diakui dengan lagu daerah saya “Hai Tanahku Papua” dan Lambang Negara “Burung Mambruk” serta Bendera Negara “ Bintang Kejora”. Lihat saja berbagai persoalan akan muncul dari ketika tidak ada intervensi dalam masalah Papua. Maka dengan itu, bagaimana tanggung jawab saya dalam menjalankan dan mewariskan berbagai keunikan demi terjaganya etnik Papua yang berbeda dengan yang lainya. Tentunya adalah tanggung jawab kita bersama terutama anak muda Papua, karena Cinta Tanah air dipunggung Anak Muda Papua.
Melestarikan Budaya Papua
Secara langsung budaya adalah hasil cipta dan karsa Manusia. Papua dikaruniai 225 suku dan ratusan bahasa. Terdiri pula beberapa Keunikan budaya Papua yang kita tidak bisa lupakan. Kebudayaan yang dimiliki di Papua tak sama dengan budaya disetiap suku lapisan bumi ini. Kebudayaan Papua itu sudah lama bertahan dan diwariskan oleh nenek Moyang Papua
Papua bersama kebudayaannya kini telah memasuki era Globalisasi dan Modernitas. Ketika Papua itu di kenalkan oleh orang Asing saat itu di negara lain sudah berkembang pula. Berkembang dalam artian bahwa dengan adanya Globalisasi dan Modernitas dari negara berkembang mudah untuk intervensi melalui budaya kami Papua. Kita tahu bahwa perkembangan Papua tak melalui proses Pertumbuhan karakter dan Budaya. Seperti yang dikemukakan oleh Wolt Witman Rostow, perbandingan pertumbuhan ekonomi dengan perkembangan manusia. Kini yang dikenal dengan “Masyarakat Tradisional, Lepas landas, kearah kedewasan dan masa komsumsi tinggi”. Ketika kita bandingkan Papua dengan teori ini, Papua tidak melalui metamorfosis budaya dan Sikap hidup masyarakat Papua. Yang masyarakat Papua rasakan hanya Perubahan dari Masyarakat tradisional hingga langsung menjadi Masyarakat konsumsi tinggi. Perkembangan yang tak berdasarkan proses ini akan berakibat juga pada Budaya Papua. Maka budaya orang Papua sangat mudah untuk dihancurkan oleh Modernitas dan Globalisasi.
Oleh karena, Papua tidak berkembang melalui tahapan proses perkembangan dari tahap ke tahap sehingga sangat membutuhkan peran dari Anak-anak muda dari tanah Papua. Dari berbagai serangan globalisasi dan modernitas apa yang kita harus persiapkan? Tentunya kita sebagai orang muda Papua untuk bagaimana melestarikan Budaya kita di Papua. Banyak hal yang kita laksanakan demi melestarikan Budaya. Salah satunya, Memakai pakaian adat pada saat Festival dan pesta adat, memahami pribadi dan suku dimana orang Papua berada, memahami Perkembangan orang Papua, mengangkat martabat orang Papua, berpikir berdasarkan Budaya dan adat Papua serta hidup berbudaya di tengah Modernisasi dan Globalisasi. Kemudian kita sebagai Anak Muda Papua perlunya membangun pemahaman tetang pentingnya budaya Papua
Anak Muda Memahami Masalah Papua
Perkembangan Papua dari jaman ke jaman selalu berubah. Perkembangan dari Zaman Belanda dan Indonesia sangat berbeda jauh. Tentunya ada dampak positif dan negatif terhadap Papua diseluruh bidang seperti: Politik, Ekonomi, Sosial, Budaya dan Lingkungan serta Pembangunan. Ketika kita paparkan dan menganalisis terhadap beberapa bidang diatas ini pasti merupakan penjelasan panjang, tetapi itu menjadi bahan bagi analisis persoalan untuk kita.
Tentunya terlihat bahwa, pemahaman anak muda terhadap Papua kini mulai menurun apalagi Nasionalisme dan patriotisme anak muda suda mulai Pudar. Sering muncul pemahaman terhadap Papua berdasarkan sukuisme dan margaisme. Seharusnya memahami bukan hanya saja kedaerahan. Ketika kita membahas tentang masalah Papua berarti cara kita untuk bagaimana meminimalisir ketidakwajaran yang terjadi di Papua melalui Organ. Secara jelas bahwa Masalah Papua di tangan Anak Muda. Apakah masalah itu dibesarkan dan dikuasai atau tidak?
Oleh karena itu, nenek moyang Papua telah mewariskan kepada kita bukan untuk menjadikan pusat persoalan tetapi bagaimana kita memahami dan mengurangi Masalah Papua. Sekira bahwa hanya memahami masalah saja tidak cukup, tetapi pengkajian terhadap masalah itulah bagaimana mencari jalan keluar sebagai tugas dan tanggung jawab kita. Intinya bahwa bila saya dari Papua maka saya harus tahu Papua itu seperti apa dan sedang mengalami masalah seperti apa? Agar anak muda menjadi solusi dalam masalah di Papua.
Menggunakan Produk Lokal.
Ketika Papua dikenalkan dengan daerah lain, begitu pula berbagai barang produksi dari negara lain sudah terisolasi dan terdistribusi hingga sudah komsumsi oleh seluruh masyarakat Papua. Sedangkan banyak produk lokal yang kita tidak hargai dan tidak dikomsumsi. Secara umum di Papua terdapat beberapa barang yang diproduksi di Papua. Papua terdapat barang produksi lokal dan modern. Produk lokal seperti, makanan lokal, minuman, pakaian, cara berpikir lokal, dan lainya. Sedangkan, produksi modern adalah produksi Kopi lokal, pakaian produk sekarang dan lainya. Ini adalah hasil cipta dan karya manusia Papua di setiap daerah dan suku. Maka dengan demikian, dengan adanya Produk seperti demikian apakah kita mengunakan produk itu atau ingin menggunakan produk modern atau import
Ketika kita berahli mencintai produk luar adalah kita menciptakan masalah baru dengan tak memndang identitas kita sendiri. Seharusnya bahwa kita berkonsisten dengan adanya produk lokal. Di Papua terjadi berbagai persoalan mulai dari pemerintah hingga masyarakat. Yang anehnya sekarang bahwa Pemerintah berahli mengimpor beras dari luar untuk pemenuhan kebutuhn masyarakat dan kebutuhan pemerintah. Kenapa harus impor beras dari luar apabila orang Papua itu terdapat banyak makanan lokal yang bisa hidup tanpa beras dan lanya. Maka semuanya kembali pada kita semua bahwa kita ingin menciptakan masalah atau cintai masalah.
Oleh karena itu, masalah Papua tidak harus mengunakan konsep pemikiran luar atau cara mengatasi masalah tetapi dalam tulisan ini mengajak kita untuk bagaimana kita mengenal, mencintai dan menyayangi masalah Papua berdasarkan cintah dan kasih sayang terhadap masalah. Perdamaian, kemerdekaan melalui kasih sayang. Maka cintai Papua dari masalahnya bukan dari keindahannya, dan itu di tangan anak muda.
Referensi:
Undang-undang No 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua
Suryawan, I ngurah. 2011. Dinamika Otsus dan Pemekaran Daerah di Papua. Manokwari. Cerpa.