Artikel ini, terinspirasi dari sebuah diskusi intern
Ikatan Pelajar Mahsiswa Deiyai di Asrama Deiyai Yogyakarta. Pada saat itu
diskusi dibawakan oleh I Ngurah Suryawan dosen unipa sekaligus mengambil S-3
di UGM Yogyakarta, tahun 2014. Topik diskusi tersebut adalah “etnografi Papua dan menulis membebaskan”.
Ia menjelaskan secara detail, etnografi Papua dan cara pandang kita terhadap
budaya yang kita miliki dan terapan dalam suatu tulisan. Sedangkan Ia juga
secara umum menjelaskan menulis bisa membebaskan kita, menulis memperkaya kita,
dan menulis menyambung suara kita.
Dari penjelasan diatas ini,
muncul pertanyaan baru bahwa pedulikah terhadap apa yang kita miliki? Dan,
apakah kita bisa kisahkan melalui tulisan? Pertanyaan itu, jelasnya bahwa mengajak kita untuk mengenal
apa yang kita miliki tersebut. Sebelum dari pada itu, kita juga dituntut untuk
mendeskripsikan eksistensi kita sebagai suku bangsa yang memiliki identitas
dalam situasi diera perkembangan disemua bidang seperti ekonomi, politik,
sosial dan budaya.
Dengan demikian, pandangan
penulis, tentang bumi Papua merupakan pulau yang ditemukan, pada saat itu diperkirakan
pulau Papua ditemukan setelah pulau-pulau yang lain di Dunia. Menurut buku yang saya pernah baca (lupa judul buku): pulau Papua merupakan
timbul tenggelam. Maksudnya bahwa kadang pulau ini menghilang, hal ini dipertegas
oleh kunjungan para pedagan dan
pendahulu dunia dari dunia barat.
Orang Papua merupakan orang yang
paling hebat. Mengapa? Orang Papua adalah orang yang bisa cepat menyesuaikan
dengan perkembangan diera globalisasi, tetapi sayangnya Orang Papua tidak bisa
menyesuaikan disemua bidang. Yang saya perhatikan adalah orang Papua sangat
maju dalam bidang bisnis pertunjukan, atau berjiwa modernitas sehingga
melupakan budaya dan sistem yang sebenarnya kita lestarikan. Hal ini sangat
berkaitan juga dengan teori Rostow untuk membandingkan masayarakat Papua dengan
tahapan perkembangan masyarakat pribumi.
Perbandingan masyarakat
Papua menurut: W.W. Rostow
Ketika kita belajar dibangku SMA
pasti kita mendapatkan sedikit pembahasan dari W.W. Rostow tentang perkembangan
masyarakat dipandang dari sisi ekonomi. Dalam mengikuti perkembangan masyarakat
seharusnya mengikuti perkembangan atau tahapan berdasarkan teorinya Rostow.
Teorinya berpendapat bahwa: “masyarakat tradisional, prasyarat lepas landas, lepas
landas, gerakan ke arah kedewasaan, dan tahap konsumsi tinggi”.
Tahapan ini adalah tahapan dimana masyarakat berkembang dalam bidang ekonomi
dan sosial pada umumnya.
Yang menjadi pertanyaan hari ini
adalah; apakah masyarakat Papua pernah mengalami tahapan diatas ini? Langsung
saja, dalam hal ini penulis berpendapat
bahwa pada umumnya masyarakat Papua tidak pernah mengalami 5 tahapan
perkembangan diatas ini. Sehingga masyarakat Papua langsung menghadapi zaman
modern atau perkembangan dari zaman batu langsung ke zaman modern. Hal ini ditegaskan
oleh Gregorius Sahdan, S.IP dosen Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa
(STPMD “APMD”) Yogyakarta bahwa: Papua memang ketinggalan zaman. Hal itu memang
tidak terlihat tetapi, melalui kelemahan selama ini, dibandingkan dengan pulau
lain. Jadi, disisi lain sangat terlihat sifat orang Papua saat ini masih belum
berkembang tetapi itu tidak semuanya. Namun, karena adanya inovasi dan kreatif
Papua akan lebih baik, dan bisa bersaing dengan isme-isme saat ini. Persoalan
diatas ini, dipertegas dengan teori WW.Rostow. “Sehingga, Papua dan semua isi bumi yang ada
dalamnya pada tidur sono alias zaman batu dan kemudian di bangunkan oleh orang
barat secara tiba-tiba, maka pada saat itulah bingung apa yang harus lakukan”.Ilustrasi
oleh dosen tersebut.
Hal ini tak sama dengan daerah
lain seperti Jawa, yang mengalami perkembangan secara sadar dan kemudian
menjadi matang dalam semua hal yang membuat masyarakat gonjang-ganjing dari
isme-isme di Indonesia dan luar negeri. Agar effeknya dari semua perkembangan
yang tersebut tak berdampak kepada seluruh masyarakat disuatu daerah. Namun
sungguh luar biasanya manusia Papua bisa matang melalui penjajahan dari Belanda,
Jepang dan Indonesia di masa kini. Maka sangat luar bisa perkembangan Papua
apabila melalui penjajahan dari beberapa negara tersebut menjadi perubahan
dasar bagi Orang Asli Papua untuk menetukan nasib sendiri setelah diberikan
kewenangan kepada rakyat Papua untuk mengola tanah dan segala isinya diatas
tanah leluhurnya sendiri.
Dengan itu, zaman mengajak kita
untuk melihat apa yang kita miliki dan siapa diri kita diatas tanah Papua
sebagai warisan dari nenek moyang atau leluhur bangsa kepada anak cucunya. Oleh
sebab demikian, kita sebagai bangsa besar apa tanggapan kita terhadap ekonomi,
politik, budaya dan lainya.
Menggali Apa yang Kita
Miliki
Dengan memperhatikan perkembangan
masyarakat Papua yang tidak teratur atau tidak berdasarkan prosedur, dalam
menghadapi zaman modern. Persoalan demikian bukan diartikan dalam ketinggalan
dengan kebudayaan tetapi yang dimaksudkan adalah dalam menghadapi soal
perkembangannya. Tanah Papua kaya akan semuanya, dari kebudayaan hingga
kepemerintahan. Dari sisi kekayaan memang kami Orang Papua yang terkaya, tetapi
siapkah dalam mengadapi masa modern atau sampai dimana perkembangan Orang Papua
serta apakah kita bisa menggali apa yang kita punya?
Berkaitan dengan kekayaan, maka Alam
Papua masih utuh, orang Papua masih ada, budaya masih ada, sistem kekeluargaan
masih ada, meskipun sedang diserang dan dimusnai, dengan isme-isme saat ini. Isme-isme
yang sedang dihadapi sekarang ini adalah kapitalisme, kolonialisme dan
imperialisme. Meski isme-isme internal maupun eksternal. Seharunya, Papua yang
kaya akan isinya itu, perlunya dikembangkan dengan seadanya atau dengan olahan
sendiri. Namun, orang tidak akan datang membangun kita, mengembangkan kita,
menghargai kita, membantu kita, menjembatani kita, dan melakasanakan apa yang
kita punya.
Kita tahu bahwa orang yang
membantu kita tidak sepenuhnya dan tidak dengan hati. Ada sih orang membantu kita tetapi pastinya
merupakan kepentingan alias misi tersembunyi. Misi tersebunyi ini mempunyai empat
kemungkinan, yang kini saya ketahui bahwa: pertama mengintegrasi kami,
menghancurkan kami, menyatukan kami dan memenuhi kebutuhan sendiri.
Sebab dengan itu, bumi Papua kini
sangat utuh, meskipun dibeberapa tempat sudah dieksploitasi besar-besaran,
bersama SDA, SDM, budaya, sospol dan lainya. Kami orang Papua adalah orang yang
memang dilahirkan dan diwariskan untuk menjaga dan memelihara tanah Papua. Tetapi,
kadang yang menjadi persoalan kekuasan pusat atas daerah.
Kebetulan saya lahir dari tanah
Papua dan saya juga besar juga di Papua sehingga saya juga perlu menggali,
mengkaji, menganalisis, meneliti dan memahami. Untuk itu, perlunya kita ketahui
bahwa keterlibatan kita dalam hal diatas ini sangat dibutuhkan. Dalam hal ini bahwa,
menggali kita punya adalah kewajiban kita anak muda Papua. Keterlibatan kita
adalah menutup sebuah eksploitasi dan menutup atas kekuasaan dari penjajah.
Maka, pada awalnya artikel ini
merupakan hasil diskusi tentang budaya Papua dari cermin antropologi. Secara
langsung menggali apa yang kita miliki adalah kemampuan kita memahami dalam
sebuah sejarah perkembangan sosial di Papua. Contoh: kita merupakan sejarah
Pulau dan sejarah Perjuangan Papua maka dalam artikel ini mengajak kita untuk mengenal sejarah Papua sebelum orang
lain memanipulasi bagian dari kita tersebut.
Sakit hati mengapa budaya orang
Papua bisa diteliti oleh orang lain dan kembali diajarkan kembali kepada kita. Perlu
ketahui bahwa hal yang kita sendiri kembangkan ada banyak musti dari Ekonomi,
Budaya, Politik, Sosial dan Lingkungan sosial. Secara umum dari sisi ekonomi,
banyak yang kita sendiri mengola seperti Perusahan dan Usaha Kecil Menengah
(UKM) untuk menguasai apa yang kita punya. Kemudian Budaya, Politik, Sosial dan
juga lingkungan juga demikian.
Hanya satu saja luka dalam hati
penulis bahwa adakah orang Papua menuliskan sejarah dan kebudayaan kita sendiri
dari berbagai sisi disetiap daerah? Ssalah satunya untuk mengantisiasi peneliti
muda yang datang atau pencari uang yang datang menuliskan berbagai hal yang
milik kita orang Papua. Hal ini juga di tegaskan oleh seorang dosen I Ngurah
Suryawan bahwa “sebelum
orang lain menuliskan sejarah Anda maka seharusnya, Anda sendiri yang bertindak menuliskan
sejarah agar antisipasi ketidaksesuaian dalam menuliskan sejarah manusia Papua”.
Bahwa setidaknya seorang perlu
mengetahui eksistensi saya sebagai apa agar tak terjadi penguasaan orang lain
diatas kita, bagaikan kita tidak pernah menerima dan tidak pernah menjalani
sebuah proses pendidikan. Namun, untuk mengangkat kita sebagai orang yang
terdidik perlunya menjadi seorang yang bisa mewakili orang yang tak terdidik
didalam keluarga dan lapisan masyarakat kita.
Oleh karena itu, orang muda dan
manusia yang tersisa dari hasil penjajahan dan pengusuran serta ditengah krisis
kemanusian baik dari pembunuhan dan intimidasi bahwa perlu refleksi diri untuk
bagaimana cara untuk menanggapi persoalan didepan mata. Lebih khusus untuk
mengangkat sifat atau kodrat kita sebagai manusia Papua bahwa untuk mengenal
lebih dalam mengenai siapa diri saya, dari mana saya berada dan juga menggali
apa yang katong miliki. Seperti dalam penjelasan diatas ini. (Moses Douw)
Mosesdouw.blogspot.com adalah website privat Moses Douw yang memuat berbagai tulisan. Apabila perbanyak atau copas tulisan dalam website ini, tolong sertakan alamat lengkap. Terima Kasih
Post Comment
Post a Comment