Fhoto:ilustrasi Keterbukaan |
Sekian tahun
Papua tak ada akhir penderitaan diatas tanah sucinya. Mengapa demikian? Kita
kewalahan, tak tahu kebaikan apa yang dilakukan oleh Indonesia untuk Papua
sementara dalam NKRI ini.
Indonesia misteri
besar bagi Papua. Juga, Papua tidak tahu sebenarnya apa kebaikan yang dilakukan
oleh Indonesia, yang terjadi hanya menjadi misteri bagi Papua. Hal itu terlihat
dengan penegakan hukum di negeri cendrawasih. Contoh Pembungkaman Pelanggaran
HAM di Paniai, tanggal 8 desember 2014 lalu itu.
Indonesia saat ini mengklaim bahwa OPM adalah pengancam
masyarakat dan rakyatnya, tetapi pernyataan ini berbeda dengan kenyataan yang
ada di papua. Bahwa OPM adalah tentara nasional dari Papua barat untuk perubahan
Papua. (stigmasi dari Indonesia lewat
media Internasional ikuti di: thejakartapost.
Papua
tak ada kebenaran, bila Papua masih dalam negara Indonesia. Indonesia meminta
kepada pemerintah Daerah untuk kebenaran dan keterbukaan dalam pelaksanaannya.
Pernyataan ini sangat salah. Mengapa? Pada hal Indonesia sendiri yang mengatur
sistem di Papua untuk mengintimidasi masyarakat serta pemerintahan daerah yang
ada di Papua.
Untuk menuntut kebenaran dan keterbukaan di
Papua, Indonesia seharusnya membuka Ruang demokrasi bagi Jurnalis asing, salah
satunya untuk terwujudnya kebenaran di Tanah Papua, yang saat ini tertutup
pula. Hal ini, merupakan pembungkaman.
Beberapa
hari yang di media The jakartapost
memposting tulisan bahwa wartawan asing, ingin lakukan apa di Papua? Membuka
ruang untuk wartawan asing, seandanya macam terjadi pembunuhan massal di Papua
atau kejahatan seperti Pembalakan liar atau penebangan secara liar? Hal ini
sangat jelas bahwa, semua persoalan yang terjadi di Papua awal mulanya dari
Indoensia yang tak bertanggung jawab ini.
Indonesia
meminta keterbukaan dan dan kebenaran, tanpa memperhatikan apa yang dia perbuat
untuk Papua. Maka, salah satu jalan yang harus di tempuh Indonesia adalah
membuka ruang bagi wartawan asing, memberantas Penegakan hukum yang selalu di
bungkam, merealisasi dana dengan jelas, berhentikan stigmasisasi dan
penjajahan.
“Perlunya
ketahui bahwa Manusia Papua bukan binatang piarahan yang terus di bunuh”
Maka,
sudah saatnya Indonesia memikirkan untuk Dialog dengan Papua secara damai untuk
memetik kemerdekaan bagi Papua. Karena sudah 53 tahun Papua tidak merasakah
hidup yang berjiwa sosialis seperti yang sebelumnya sejak nenek moyang.
Sumber: www.timipotu.com
Yogyakarta 29, Januari 2015
Moses Douw
Post Comment
Post a Comment