BREAKING
Stop Kekerasan di Papua Barat

Monday, May 23, 2016

Pendidikan-Ku Berawal Dari Bodatadi

Oleh: Moses Douw

Banyak tempat seseorang mendapatkan pendidika formal dan Non-Formal
Banyak kampung seseorang menimbah ilmu Lokal
Namun,
Hanya Kampung Bodatadi, Namutadi, Komopa (AGADIDE) yang bisa menghantarkan saya di dunia Pendidikan formal

Pendahuluhan
Sebelumnya Penulis adalah anak yang lahir dan dibesarkan di Namutadi, Komopa dan Bodatadi.Namutadi adalah dimana saya dilahirkan. Komopa dan Bodatadi dimana saya dibesarkan. Tiga kampung ini menjadi sejarah buat saya bersama teman-teman dalam konteks pengembangan diri untuk menuju dewasa.Seketika, itu saya dibiarkan oleh orang tua saya untuk bergabung dengan teman-teman di Agadide seperti dari kampung:Katuwo, Kanebaida, Dauwagu, Tipagei, Togogei, Ganiakato, Yabomaida, Etogei, Bodatadi, Kobetakaida, Baamomaa, Wopaa, Toyaimuti, Komopa, Emai, Tagiiaa dan Iyobadoo.  Situasi ini membuat saya merupakan banyak teman di setiap daerah di Agadide. Oleh karena itu, saya sudah tidak tinggal bersama orang tua namun tinggal bersama teman-teman dari berbagai kampung ini.

Pendidikan Non Formal
Disana saya dibekali dengan berbagai hal yang saya harus kembangkan dalam hidup ini sebagai arti dan makna hidup yang sebenarnya. Dalam hal ini saya belajar banyak dari teman-teman adalah, Kebiasaan Jalan kaki dari kampung ke kampung, berdansa di Emaida, bisa membuat Panah (Ukaa dan Mapega), berburuh yang baik, membuat pagar yang baik, berkebun, menanam, dan lainya.

Namun, tak hanya itu terlebih dari itu, saya pun di beri bekal untuk bergabung dan berteman di Agadide yakni saya di beri arahan dari beberapa tokoh Agama dan adat di daerah Agadide, yakni Pewarta Bunai dari Wopaa, Martinus Bunai dari Bodatadi, Ani Yogi dan lainya. Disana daya dibekali tatacara hidup yang baik, situasi masyarakat di Agadide serta kisah kehidupan orang Mee yang sebenarnya. Itu semunya harus dicoretkan dalam tulisan ini sebagai pegangan hidup.  Dua hal yang berbeda ini, merupakan makna hidup yang besar dalam hidup saya, ketika saya dibekali secara Praktek maupun lisan, dengan konteks lokal Papua khususnya di Agadide.

Itulah sebuah kisah sejarah yang pernah aku lewati selama sebelum saya melanjutkan pendidikan namun kebalikan dari itu saya bangga sehingga saya mendapatkan pendidikan non-formal secara adat budaya Mee di Agadide. Tak semua orang bisa seperti demikian.  Hingga selama disana pernah mengadu kerja di Perusahan yang pernah beroperas di daerah Agadide tepatnya di Odeyato, kampung Bodatadi. sehingga merupakan pengalaman dalam pengoperasian perusahan untuk pengambilan emas, tembaga dan lainya.

Selama 4 (empat) tahun itulah tempat kesempatan bagi saya untuk melanjutkan pendidikan non-formal didaerah Agadide secara murni. Dan dalam memperjuangkan hidup di Agadide, banyak tantangan yang saya hadapi yang menjadi pelajaran dalam hidup saya dan yang membawa saya ke arah yang benar dan jalan yang baik dengan campur tangan Tuhan.

Pendidikan Formal
Seketika tahun 2001 bangsa Papua selalu saja di bunuh oleh tentara Indonesia dengan menggunakan senjata api yang saat itu disebut dengan Mouser (Bodiama Padaaa). Hal ini terjadi dimana-mana.
Dengan kesempatan itu bapak saya pernah berkata “kalau kamu tidak sekolah kamu tak akan lawan Tentara itu” kebetulan saat itu saya juga cita-cita ingin mau menjadi tentara. Melalui kelemahan itu bapak menyadarkan saya untuk pentingnya sekolah.

Ketika tahun 2001 itu saya sadar dan melanjutkan sekolah dasar di Bodatadi, secara formal. Saat itu saya bersama teman saya Yulianus Kadepa menggunakan pakaian adat Koteka. Dan kemudian kami dikagetkan dengan Pakaian seragam yang dibagikan di SD YPPK Bodatadi, sehingga pakaian adat kami diganti dengan pakaian seragam Putih Merah.  Sementara itu, persahabatan dengan teman-teman dari berbagai kampung tetap terjaling. Dan sebagai sahabat kami selalu mengadakan pertandingan bola antar kampung.

Waktu tak terasa, untuk kelas 1 dan 2 berlalu dan kelas tiga saya di ajak oleh orang tua saya untuk lanjutkan pendidikan formal di Tigi Barat, di kampung Diyai. Maka, tak buat alasan apapun dan  saya selama berpendidikan di Diyai, saya sangat sulit untuk mendapatkan teman sebab saya dikucilkan sebab saya menggunakan Bahasa Mee logat Paniai Timur, Agadide. Saya merasa habitaku tak cocok di Diyai dan saya pun kembali ke Agadide dengan jalan kaki dari Tigibarat ke Agadide melewati sungai yang besar dan gunung yang tinggi, sebelum jalan raya dan jembatan di bangun oleh pemerintah daerah dan pusat.

Pada tahun 2004 tak butuh waktu yang lama saya didaftarkan oleh ayah saya di sebuah sekolah di Agadide yakni SD YPPK Komopa. Saya berpendidikan dari tahun 2004 hingga tahun 2006 atau dari kelas 4 hingga kelas 6. Disana saya bertemu dengan teman-teman dan kakak lama. Seperti Manfred Kudiai, Anselmus Gobai, Agus Kadepa, Yustus Muyapa, Nopinus Kudiai dan lainya.

Semenjak duduk dibangku SD (sekolah dasar) ada sejarah yang dicacat. Ketika SD kelas 4-6 ibuku selalu mengajak saya untuk pergi ke sekolah,setiap pagi aku dibangunkan oleh orang tuaku terutama ibuku yang selalu mendampingi hidupku dari kecil hingga sekarang. Saat bangun selalu saja terdengar kicau burung nuri.Akupun segar bangkit karena terlalu senang mendengar kicau burung nuri. Sebelum aku meninggalkan tempat tidurku, aku selalu berdoa untuk hidupku dan hidup keluargaku sendiri.
Pagi-pagi buta, adapun, ajakan dari teman untuk ke sekolah biasanya pada pukul 05.15. Saat itu saya dan teman-temanku tanpa mengenakan alas kaki (sepatu sendal dll) dengan medan perajanan yang sangat jauh itu. Saat itu antara Sekolah Dasar YPPK Komopa dan Bodatadi sangat jauh untuk menjangkau, kira-kira 5 kilo meter untuk menempuh.

Kami tidak menggunakan alas kaki. Di tengah jalan begitu banyak halangan yang kami selalu hadapi. Misalnya, pecek, lumpur, banjir, hujan dan lain-lain. Meskipun, begitu banyak halangan yang menghadang kami di tengah jalan, kami selalu berjuang untuk hadir di sekolah.
Kami tetap hadir di sekolah kami kecuali saat banjir. Disamping itu, bila ada perahu jonson yang bisa menghantar kami, kami naik perahu jongson. Kadang aku tidak ke sekolah ketika banjir terlalu besar dan begitu deras.Di sekolahku pasti mereka dikasih izin ketika banjir terlalu besar dan terlalu deras kecuali, banjir kecil-kecilan seperti, kali kecil yang bermuarah di kali induk yang besar yang selalu banjir. Nama kali besar tersebut adalah Kali Aga.

Karena burung-burung juga menyambut hari yang baru, burung juga selalu mencari makan di pohon-pohon yang ditepi jalan. Kadang kami bawa kartapel dan senapan untuk menembak burung di tengah jalan.Biasanya kami selalu mendapatkan uang hasil buruan di tengah jalan menuju ke sekolah. Burung-burung yang terdapat disana beraneka ragam, mulai dari cendrawasih hingga pipit dan nuri kecil.

Kadang dihukum oleh guruku karena terlambat. Sebab, kami selalu terlambat Kepala Distrik Kab. Paniai, Papua memberikan bantuan berupa alas kaki sbb, sepatu lumpur, sepatu sekolah dan sandal. Bantuan ini di beri proposal oleh kepala sekolah kami. Bantuan yang diberikan itu juga kami menggunakan dalam beberapa bulan saja. Di karenakan, barang tersebut hilang dan robek dan putus tali sendalnya.Meskipun begitu banyak hambatan aku tetap ke sekolah guna mencapai cita-citaku dan saya lulus dari SD YPPK Komopa Kab. Paniai, Papua.

Kesimpulan

Semua pengalaman hidup ini telah berlalu di beberapa tahun yang lalu. Namun, situasi kini dan lalu sangat berbeda apalagi kini pembangunan jalan raya, pemekaran daerah, transportasi dan perkembangan daerah sangat pesat. Sehingga ada satu sisi yang sangat terdengar dan terpopuler bahwa, situasi dan perkembangan pendidikan di daerah Paniai Timur khususnya di Kecamatan Agadide ini sangat minim dan beberapa sekolah diancam untuk tutup. Dan terjadi persoalan dalam lingkungan sekolah. Maka saya menyarakan untuk pemeritah daerah untuk terlibat aktif dalam memperhatikan sekolah-sekolah di Agadide yang sejak lama dibuka oleh belanda dan tokoh pendidikan orang Mee di Paniai Me-Pago. Dan tak hanya memperhatikan tetapi tolong bangun pendidikan berkarakter kearifan lokal Papua.

TENTANG ""

Mosesdouw.blogspot.com adalah website privat Moses Douw yang memuat berbagai tulisan. Apabila perbanyak atau copas tulisan dalam website ini, tolong sertakan alamat lengkap. Terima Kasih

1 comment:

 
Copyright © 2013 Menongko I Ekspresi Hati
Design by MOSES | DOUW