BREAKING
Stop Kekerasan di Papua Barat

Monday, June 20, 2016

Dilema Pensiun Dini dan Pemekaran Daerah pada Masa Kini

Oleh: Moses Douw

Negara Ini Tak Butuh Garam Yang Sangat Banyak
Karena
Banyak Garam Akan Asing
Pendahuluhan

Aparatur Sipil Negara adalah pegawai yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan keputuasan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Biasanya dalam pegertian pegawai pastinya tak lepas juga dari berbagai jabatan dari pegawai tersebut, yang selama ini kita kenal yakni: Jabatan Fungsional dan Jabatan Struktural. Jabatan Fungsional merupakan jabatan pegawai yang secara resmi ada dalam struktur organisasi. Biasanya jabatan pegawai struktural ini sangat bertinggkat, mulai dari kepala bidan sampai biro-biro. Sedangkan, jabatan fungsional adalah jabatan pegawai yang tak tercantum dalam struktur organisasi. Pegawai Negeri Sipil atau ASN dalam suatu satuan organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian/dan atau keterampilan tertentu serta bersifat mandiri.

Perso Aparatur Sipil Negara di Negara Indonesia, kini menjadi polemik dalam tingkatan nasional dan daerah. Dengan adanya kebijakan pusat terkait pendayagunaan Aparatur Sipil Negara sehingga perlu untuk kita antisipasi kedepan dengan mempersiapkan ilmu pengetahuan yang kita miliki. Dalam antisipasi dan mempersiapkan ASN yang berkualitas di masa yang akan datang. Sangat perlu seberapa ASN yang sedang kerja dan sedang melamar serta kualitasnya?

Penulis berasal dari daerah Papua, maka perlu juga kaji persoalan dari Papua terkait dengan pensiun dini ASN dan kualitasnya. Apakah ada keseimbangan antara kebijakan pusat dan daerah terkait kompetensi, kompensasi dan rasionalisasi ASN di daerah Papua? Oleh karena itu, perlunya wawasan yang sangat luas untuk memandang ASN di daerah dengan pertimbangkan perkembangan daerah itu sendiri.

Polemik ini perlu untuk kita mengantisipasi sebab, kinerja pejabat funsional sangat minim dan tak bisa membangun daerah berdasarkan kualitas yang dimilikinya. Sehingga adanya pengadaan kebijakan yang akan mengantisipasi hal demikian dengan belanja pegawai yang sangat minim serta APBN untuk belanja akan di tiadakan atau dibatalkan.

Oleh karena itu, dengan adanya kebijakan baru dari kementerian, menandakan angin segar untuk pemerataan kinerja sesuai dengan fungsionalnya. Karena itu akan segera ditata guna memantapkan fungsi dan jabatannya yang baru dalam menjalankan roda pemerintahan.

Pembahasaan

1.  Kebijakan Kementerian
Dalam rangka penataan struktur organisasi Aparatur Sipil Negara, pemerintah pusat telah mengabil kebijakan pensiun dini. Pensiun dini akan dikenakan mulai tahun 2016 hingga 2019, hal ini akan dikenakan kepada pegawai yang kualitasnya rendah, dan tidak bisa dikembangkan lagi.

Sekalipun pemerintah pusat membuat kebijakan yang baru namun akan ada persoalan dalam hal pensiun dini tidak akan digaji dengan APBN mulai dari tahun 2017 hingga beberapa tahun kedepan berdasarkan UU No 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN). Semakin banyak ASN semakin banyak yang tak berkualitas sehingga dengan demikian pada tahun 2017 pensiunan tidak lagi dibayar dari APBN. Sistem pembayaran pensiun dini dan jaminan hari tua ASN dan TNI/Polri akan berubah dari sebelumnya 'as pay you go' (dibiayai dari APBN) menjadi sistem 'fully funded' (dibiayai pemerintah selaku pemberi kerja).

2.    Kinerja Aparatur Sipil Negara
Pada dasarnya penilaian terhadap kinerja ASN telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1979 Tentang Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil. Di dalam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) komponen yang dinilai adalah kesetiaan, prestasi kerja, tanggung jawab, ketaatan, kejujuran, kerjasama, prakasa, dan kepemimpinan bagi PNS yang menduduki jabatan struktural dan fungsional.

 Selama ini, penilaian terhadap pegawai negei sipil semakin tidak terlihat dalam prakteknya. Apalagi tidak mengimplementasikan PP tentang penilaian terhadap Aparatur Sipil Negara. Ketika sudah demikian pasti merupakan pandagan bahwa telah gagal untuk memperhatikan kinerja Aparatur Sipil Negara.

Tak adanya penilaian dan pegawasan dari dinas atau intansi terkait terhadap kinerja ASN dan TNI POLRI, sangat menimbulkan masalah atau dampak terhadap pelayanan Publik. Pelayanan publik yang sangat kurang dan tidak mampu menjalankan roda pemerintahan sebagai agen perubahan daerah. Tidak hanya memperburuk roda pemeritahan daerah namun kita ketahui bahwa Indonesia yang telah lama merdeka ini masih sama saja bahwa pelayanan kepada masyarakat sangat minim atau masih buruk.

Sehingga dengan demikin, untuk meningkatkan kompetensi dan kualitas Aparatur Sipil Negara haruslah menjadi tugas kita untuk menyelesaikan persoalan demikian. Dalam hal ini, untuk meningkatkan Aparatur Sipil Negara yang ampuh atau berkompetensi dan berkualitas pemerintah telah mengambil kebijakan untuk pensiun dinikan Aparatur Sipil Negara. Hal ini sangat bagus, namun ada beberapa daerah yang sangat minim Aparatur Sipil Negara, sehingga enta bagaimanapun kebijakan dan kualitas guru harus butuhkan untuk keperluan daerah dan kemajuan daerah. Karena kebijakan pemerintah terkait pensiun dini ini, hanya memperhatikan di bagian jawa dan sekitarnya yang pada dasarnnya merupakan Aparatur Sipil Negara yang banyak harus diuji kompetensi dan kualitasnya.

Oleh karena itu, kebijakan pemerintah ini harus meneliti atau observasi secara umum atau secara menyeluruh di seluruh daerah di Indonesia, agar adanya pemerataan Aparatur Sipil Negara. Sekarang ini banyak daerah yang sedang dimekarkan oleh pemerintah pusat, analoginya siapa yang akan diisi didaerah yang baru dan sedang dimekarkan ini? Tentunya ini menjadi pertanyaan bagi kita semua dana pemerintah pusat yang membuat kebijakan pensiun dini ini.

3.    Dilema Kebijakan dengan Kualitas dan Kuantitas di Daerah Baru
Aparatur Sipil Negara merupakan bagian organ terbesar dalam hal ini untuk mengembangkan negara yang berkembang dalam dunia pelayanan publik di seluruh daerah di Indonesia. Dalam menjalankan tugas sebagai jabatan Fungsional dan Struktural. Persebaran PNS di Indonesia sangat berbeda dari ujung barat hingga ujung timur. Indonesia bagian timur sangat sulit untuk mendapatkan ASN untuk berkerja dan melayani masyarakat secara apa adanya di daerah. Di bandingkan dengan daerah Indonesia Tengah seperti pulau Jawa, kuantitas ASN sangat banyak dan pula kulitasnya sangat baik pula.

Kualitas dan kuantitas Aparatur Sipil Negara di Indonesia timur khususnya di Papua sangat di sayangkan. Sebab, sangat kurang tenaga yang dikerjakan di dalam suatu intansi baik fungsional dan struktural sehingga sangat minim juga dalam pelayanan kepada masyarakat. Ketika hal ini di ketahui bersama, pasti ada solusinya, dalam pelaksanaan. Sangat sayang ketika Orang Papua yang kerja sebagai pegawai fungsional dan struktural  kualitas sangat minim atau membutikan bahwa pegawai tersebut Ijazah palsu atau ijazah beli. Maka ketika, pegawai Orang Papua yang kualitasnya rendah pasti akan di pensiundinikan dengan kebijakan itu. Namun, Ketika banyak ASN di Papua dipensiundinikan siapa yang akan kerja di suatu Intansi? Itu menjadi tantangan bagi Orang Papua.

Kebijakan Kementerian ini sangat sulit untuk menyikapi, sebab itu salah satu hal yang perlu kita analisis secara mendalam. Mengapa demikian, bertambah daerah baru meningkatkan masalah kekurangan Aparatur Sipil Negara untuk revolusi daerah itu sediri. Sebelumnya saya sudah menjelaskan bahwa pemekaran mengakibatkan kurangnya ASN di daerah. Hal ini sangat bertolak belakang dengan kebijakan pemerintah ini. Walaupun itu merupakan permen yang harus patuhi tetapi harus juga observasi sebelum kebijakan di buat.

Kualitas Aparatur Sipil Negara di Indonesia di bedakan menjadi 2 yakni: ASN di daerah pedalaman dan di daerah perkotaan. Di daerah perkotaan seperti Jawa, bali dan ibu kota dari provinsi mesti kualitas pun berkembang dibandingkan dengan daerah pedalaman. Daerah pedalaman sangat membutuhkan ASN yang mampu bisa melayani namun hingga kini kualitas dan kuantitas sangat minim di daerah pedalaman.

Kuantitas ASN di daerah sangat minim, sehingga ASN yang berkompeten dan yang kurang berkompeten juga diperbolehkan untuk bekerja disuatu intansi secara jabatan fungsional maupun struktural atau kedua duanya bertugas. Praktek itulah yang terjadi di daerah masing-masing di Indonesia.

Oleh sebab itu, antara kebijakan pemerintah dan kuantitas serta kualitas ini sangat disayangkan, sebab sangat bertolak belakang namun berikut ini ada beberapa solusi yang kita bisa perhatikan antara penerimaan, kualitas, kuantitas dan kebijakan pemerintah daerah di Indonesia.

Penutup

Solusi dan Harapan
Ketika kita memahami pensiun dini dan tidak adanya pembiayaan dari dana APBN mesti kita membayangkan bahwa beberapa banyak ASN di daerah dan perkotaan, dengan mempertimbangkan situasi pelayanan di setiap daerah. Oleh karena, tak adannya solusi antara kebijakan, kualitas dan kuantitas ada beberapa solusi saya sebagai berikut:

1.    Pemerataan Pegawai Negeri Sipil di seluruh Indonesia
Setiap satuan pegawai harus mendata jumlah kebutuhan ASN sebagai langkah untuk penataan untuk pemerataan PNS yang mengalami kelebihan dan kekurangan jam kerja atau melayani masyarakat. Hal ini bertindak berdasarkan SK bersama 5 menteri, yakni Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MenpanRB), Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Menteri Keuangan (Menkeu), serta Menteri Agama (Menag) maka penempatan PNS pada jabatan fungsional dan struktural harus di idealkan dengan daerah lain atau tempat kerja yang di daerah perkotaan.
Maka itu, dalam situasi yang polemik dengan pensiun dini dan ASN tak akan dibiayai APBN ini sangat baik. Namun kebijakan itu tak perhatikan di daerah yang kurang adanya ASN serta kualitasnya kurang memadai ini. Tetapi yang paling penting adalah pemerintah harus meratakan ASN yang ada di seluruh Indonesia khususnya daerah yang sangat membutuhkan ini.

2.    Pembekalan Bagi ASN
Pendidikan dan Pelatihan ASN atau diklat merupakan dimana tempat bagi PNS untuk belajar dalam rangka meningkatkan kemampuan, kualitas untuk melayani masyarakat dengan kualitas yang dimiliki oleh seorang ASN tersebut. Dengan adanya pembekalan atau pelatihan khusus dalam meningkatkan potensi mereka haruslah untuk mencapai daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya diadakan pengaturan dan penyelenggaraan pelatihan dan studi banding kepada ASN yang bertujuan untuk meningkatkan pengabdian, mutu, keahlian, kemampuan, dan keterampilan. 

3.    Berhenti Mekar Mekar Daerah
Pemekaran daerah sering menjadi perioritas pemerintah pusat dan elit politik lokal yang hanya menigmati rezeki tanpa memperhatikan berapa banyak Aparatur Sipil Negara yang akan di kerjakan di daerah yang di mekarkan tersebut. Kenyataanya daerah otonom tidak berkembang dan masih saja belum mewujudkan cita-cita bangsa. Atau dalam hal ini untuk menjawab persoalan ini, sebelum dimekarkan, daerah otonom baru harus menjadi daerah persiapan.

Bersadarkan keputusan memberi luang waktu untuk menguji apakah daerah itu dalam waktu tersebut berkembang dan layak menjadikan daerah otonomi baru. Sehingga sangat baik, apabila ada penilaian terhadap kinerja dan perkembangan daerah otonomi Agar sahkan daerah otonomi itu. Tetapi tidak berubah total atau tidak mewujudkan cita-cita bangsa, maka harus dikembalikan ke daerah Induk.

Hal ini perlu agar menutup cela kuantitas ASN di seluruh Indonnesia agar tak adanya biaya APBN yang dikeluarkan lebih untuk ASN di seluruh Indonesia dan mengurangi ASN yang kualitasnya rendah. Sebab, kualitas rendah banyak dari daerah otonomi baru.


Referensi

Buku
Suryosubroto. B. 2010. Manajemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta. Pt. Rineka Cipta
Sutrisno Edy Prof. 2014. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta. Kencana Prenada Media

Artikel
Hamizann. 2015. Pensiun Jaminan Hari Tua PNS TNI Polri
Dadangjsn. 2015. PNS Boleh Pensiun Dini Dengan Masa.

Web
Wikipedia



Monday, May 23, 2016

Pendidikan-Ku Berawal Dari Bodatadi

Oleh: Moses Douw

Banyak tempat seseorang mendapatkan pendidika formal dan Non-Formal
Banyak kampung seseorang menimbah ilmu Lokal
Namun,
Hanya Kampung Bodatadi, Namutadi, Komopa (AGADIDE) yang bisa menghantarkan saya di dunia Pendidikan formal

Pendahuluhan
Sebelumnya Penulis adalah anak yang lahir dan dibesarkan di Namutadi, Komopa dan Bodatadi.Namutadi adalah dimana saya dilahirkan. Komopa dan Bodatadi dimana saya dibesarkan. Tiga kampung ini menjadi sejarah buat saya bersama teman-teman dalam konteks pengembangan diri untuk menuju dewasa.Seketika, itu saya dibiarkan oleh orang tua saya untuk bergabung dengan teman-teman di Agadide seperti dari kampung:Katuwo, Kanebaida, Dauwagu, Tipagei, Togogei, Ganiakato, Yabomaida, Etogei, Bodatadi, Kobetakaida, Baamomaa, Wopaa, Toyaimuti, Komopa, Emai, Tagiiaa dan Iyobadoo.  Situasi ini membuat saya merupakan banyak teman di setiap daerah di Agadide. Oleh karena itu, saya sudah tidak tinggal bersama orang tua namun tinggal bersama teman-teman dari berbagai kampung ini.

Pendidikan Non Formal
Disana saya dibekali dengan berbagai hal yang saya harus kembangkan dalam hidup ini sebagai arti dan makna hidup yang sebenarnya. Dalam hal ini saya belajar banyak dari teman-teman adalah, Kebiasaan Jalan kaki dari kampung ke kampung, berdansa di Emaida, bisa membuat Panah (Ukaa dan Mapega), berburuh yang baik, membuat pagar yang baik, berkebun, menanam, dan lainya.

Namun, tak hanya itu terlebih dari itu, saya pun di beri bekal untuk bergabung dan berteman di Agadide yakni saya di beri arahan dari beberapa tokoh Agama dan adat di daerah Agadide, yakni Pewarta Bunai dari Wopaa, Martinus Bunai dari Bodatadi, Ani Yogi dan lainya. Disana daya dibekali tatacara hidup yang baik, situasi masyarakat di Agadide serta kisah kehidupan orang Mee yang sebenarnya. Itu semunya harus dicoretkan dalam tulisan ini sebagai pegangan hidup.  Dua hal yang berbeda ini, merupakan makna hidup yang besar dalam hidup saya, ketika saya dibekali secara Praktek maupun lisan, dengan konteks lokal Papua khususnya di Agadide.

Itulah sebuah kisah sejarah yang pernah aku lewati selama sebelum saya melanjutkan pendidikan namun kebalikan dari itu saya bangga sehingga saya mendapatkan pendidikan non-formal secara adat budaya Mee di Agadide. Tak semua orang bisa seperti demikian.  Hingga selama disana pernah mengadu kerja di Perusahan yang pernah beroperas di daerah Agadide tepatnya di Odeyato, kampung Bodatadi. sehingga merupakan pengalaman dalam pengoperasian perusahan untuk pengambilan emas, tembaga dan lainya.

Selama 4 (empat) tahun itulah tempat kesempatan bagi saya untuk melanjutkan pendidikan non-formal didaerah Agadide secara murni. Dan dalam memperjuangkan hidup di Agadide, banyak tantangan yang saya hadapi yang menjadi pelajaran dalam hidup saya dan yang membawa saya ke arah yang benar dan jalan yang baik dengan campur tangan Tuhan.

Pendidikan Formal
Seketika tahun 2001 bangsa Papua selalu saja di bunuh oleh tentara Indonesia dengan menggunakan senjata api yang saat itu disebut dengan Mouser (Bodiama Padaaa). Hal ini terjadi dimana-mana.
Dengan kesempatan itu bapak saya pernah berkata “kalau kamu tidak sekolah kamu tak akan lawan Tentara itu” kebetulan saat itu saya juga cita-cita ingin mau menjadi tentara. Melalui kelemahan itu bapak menyadarkan saya untuk pentingnya sekolah.

Ketika tahun 2001 itu saya sadar dan melanjutkan sekolah dasar di Bodatadi, secara formal. Saat itu saya bersama teman saya Yulianus Kadepa menggunakan pakaian adat Koteka. Dan kemudian kami dikagetkan dengan Pakaian seragam yang dibagikan di SD YPPK Bodatadi, sehingga pakaian adat kami diganti dengan pakaian seragam Putih Merah.  Sementara itu, persahabatan dengan teman-teman dari berbagai kampung tetap terjaling. Dan sebagai sahabat kami selalu mengadakan pertandingan bola antar kampung.

Waktu tak terasa, untuk kelas 1 dan 2 berlalu dan kelas tiga saya di ajak oleh orang tua saya untuk lanjutkan pendidikan formal di Tigi Barat, di kampung Diyai. Maka, tak buat alasan apapun dan  saya selama berpendidikan di Diyai, saya sangat sulit untuk mendapatkan teman sebab saya dikucilkan sebab saya menggunakan Bahasa Mee logat Paniai Timur, Agadide. Saya merasa habitaku tak cocok di Diyai dan saya pun kembali ke Agadide dengan jalan kaki dari Tigibarat ke Agadide melewati sungai yang besar dan gunung yang tinggi, sebelum jalan raya dan jembatan di bangun oleh pemerintah daerah dan pusat.

Pada tahun 2004 tak butuh waktu yang lama saya didaftarkan oleh ayah saya di sebuah sekolah di Agadide yakni SD YPPK Komopa. Saya berpendidikan dari tahun 2004 hingga tahun 2006 atau dari kelas 4 hingga kelas 6. Disana saya bertemu dengan teman-teman dan kakak lama. Seperti Manfred Kudiai, Anselmus Gobai, Agus Kadepa, Yustus Muyapa, Nopinus Kudiai dan lainya.

Semenjak duduk dibangku SD (sekolah dasar) ada sejarah yang dicacat. Ketika SD kelas 4-6 ibuku selalu mengajak saya untuk pergi ke sekolah,setiap pagi aku dibangunkan oleh orang tuaku terutama ibuku yang selalu mendampingi hidupku dari kecil hingga sekarang. Saat bangun selalu saja terdengar kicau burung nuri.Akupun segar bangkit karena terlalu senang mendengar kicau burung nuri. Sebelum aku meninggalkan tempat tidurku, aku selalu berdoa untuk hidupku dan hidup keluargaku sendiri.
Pagi-pagi buta, adapun, ajakan dari teman untuk ke sekolah biasanya pada pukul 05.15. Saat itu saya dan teman-temanku tanpa mengenakan alas kaki (sepatu sendal dll) dengan medan perajanan yang sangat jauh itu. Saat itu antara Sekolah Dasar YPPK Komopa dan Bodatadi sangat jauh untuk menjangkau, kira-kira 5 kilo meter untuk menempuh.

Kami tidak menggunakan alas kaki. Di tengah jalan begitu banyak halangan yang kami selalu hadapi. Misalnya, pecek, lumpur, banjir, hujan dan lain-lain. Meskipun, begitu banyak halangan yang menghadang kami di tengah jalan, kami selalu berjuang untuk hadir di sekolah.
Kami tetap hadir di sekolah kami kecuali saat banjir. Disamping itu, bila ada perahu jonson yang bisa menghantar kami, kami naik perahu jongson. Kadang aku tidak ke sekolah ketika banjir terlalu besar dan begitu deras.Di sekolahku pasti mereka dikasih izin ketika banjir terlalu besar dan terlalu deras kecuali, banjir kecil-kecilan seperti, kali kecil yang bermuarah di kali induk yang besar yang selalu banjir. Nama kali besar tersebut adalah Kali Aga.

Karena burung-burung juga menyambut hari yang baru, burung juga selalu mencari makan di pohon-pohon yang ditepi jalan. Kadang kami bawa kartapel dan senapan untuk menembak burung di tengah jalan.Biasanya kami selalu mendapatkan uang hasil buruan di tengah jalan menuju ke sekolah. Burung-burung yang terdapat disana beraneka ragam, mulai dari cendrawasih hingga pipit dan nuri kecil.

Kadang dihukum oleh guruku karena terlambat. Sebab, kami selalu terlambat Kepala Distrik Kab. Paniai, Papua memberikan bantuan berupa alas kaki sbb, sepatu lumpur, sepatu sekolah dan sandal. Bantuan ini di beri proposal oleh kepala sekolah kami. Bantuan yang diberikan itu juga kami menggunakan dalam beberapa bulan saja. Di karenakan, barang tersebut hilang dan robek dan putus tali sendalnya.Meskipun begitu banyak hambatan aku tetap ke sekolah guna mencapai cita-citaku dan saya lulus dari SD YPPK Komopa Kab. Paniai, Papua.

Kesimpulan

Semua pengalaman hidup ini telah berlalu di beberapa tahun yang lalu. Namun, situasi kini dan lalu sangat berbeda apalagi kini pembangunan jalan raya, pemekaran daerah, transportasi dan perkembangan daerah sangat pesat. Sehingga ada satu sisi yang sangat terdengar dan terpopuler bahwa, situasi dan perkembangan pendidikan di daerah Paniai Timur khususnya di Kecamatan Agadide ini sangat minim dan beberapa sekolah diancam untuk tutup. Dan terjadi persoalan dalam lingkungan sekolah. Maka saya menyarakan untuk pemeritah daerah untuk terlibat aktif dalam memperhatikan sekolah-sekolah di Agadide yang sejak lama dibuka oleh belanda dan tokoh pendidikan orang Mee di Paniai Me-Pago. Dan tak hanya memperhatikan tetapi tolong bangun pendidikan berkarakter kearifan lokal Papua.

Sunday, May 15, 2016

Eksploitasi Papua Melalui Jepretan Mengundang Migrasi dan Masalah

Oleh: Moses Douw

Pada umumnya media facebook adalah media Bugil dan media umum yang bisa jangkau dari mana saja serta kapan saja. Yang dipergunakan oleh Masyarakat, Pejabat dan Militer.  Melihat situasi pada saat ini, media ini sangat menghancurkan tatanan hidup manusia pada khususnya Orang Papua. Itulah zaman modern yang harus kita sesuaikan di Papua. Selalu kita orang Papua selalu menjadi dampak dalam media facebook ini. Orang Papua selalu memaksakan diri untuk mengikuti arus modern ini tanpa analisa diri dan Situasi sosial politik di Papua secara umum Indonesia.

Hanya dengan Orang Papua terjerumus dengan Media ini, sehingga kini Orang Papua dimana saja Berada sangat terpantau dari media facebook ini bahkan terpantau dari Orang yang bermaksud jahat dengan Orang Papua. Hanya dengan Update Fhoto orang lain (orang yang bermaksud jahat), biasa melacak keberadaan Orang Papua. Apalagi kita selalu Update Fhoto dengan alamat lengkap. Seketika kita terjerumus dalam media ini, maka pasti akan ada nilai eksploitasi diri, kelompok, marga, suku, daerah dan sumberdaya alamnnya.

Ketika kita amati di daerah Papua yang kaya akan Alam dan sumber daya yang lainya. Dibandingkan dengan Masalah Politik Papua yang kini berjalan ini. Pasti menjadi sorotan Utama dalam Media Bugil ini. Ketikan kita ketahui persoalan SDA dan persoalan politik Papua yang berkembang ini, keduanya sangat bertolak belakang.Dalam artian bahwa, dengan adanya Alam Papua yang indah kita bersenang-senang dengan SDA diatas media ini. Tanpa kita perhatikan Masalah Politik Papua saat ini.

Oleh karena kita selalu bersenang-senang update dan Upload Fhoto-fhoto tentang SDA di Papua. Seperti kita Upload Fhoto, Pemandangan Alam, Pemandangan tempat Kermat, pemandangan gunung yang tinggi, pemandangan Lembah yang luas, dan secara umum Alam Papua.

Praktek seperti diatas ini adalah Eksploitasi diri atau eksploitasi Tanah Papua oleh kita sendiri. Kita tak bisa memandang bahwa yang melakukan eksploitasi secara besar-besaran di Papua adalah orang Luar, karena dengan Upload Fhoto pemandangan Tanah Keramat adalah mengundang masalah diatas masalah.  Siapa aktor eksploitasi di Papua? Tentunya bahwa kita sendiri dengan alasan yang saya paparkan diatas ini. Pada dasarnya kita sendiri adalah aktornya eksploitasi di Papua melalui media masa salah satunya Facebook.

Di media  Facebook ini, banyak sekali Group yang kita temukan, yang kinerjanya hanya eksploitasi alam dan pemandangan yang indah melalui gambar-gambar, fhoto-fhoto, dan lainya. Tanpa kita sadari bahwa media sosial ini adalah media umum yang bisa dipandang dari mana dan kapan saja. Penulis katakan bahwa, group facebook yang kinerjanya hanya upload fhoto adalah tempat kita belajar untuk Memotret sesuatu, atau objek untuk bersaing dengan fhotografer di daerah lain, namun tak tepat untuk Papua.

Maka dengan itu, saya sarankan  dengan rendah hati kepada seluruh seluruh orang Papua yang suka Eksploitsi alam Papua melalui Media Facebook adalah sebagai berikut:
  1. Orang Papua harus mengetahui tempat mana yang perlu memotret dan publikasi
  2. Orang Papua tidak boleh publikasi Tanah keramat di daerah Papua
  3. Orang Papua tidak boleh publikasi tempat dan Nilai Hidup dari Orang Papua
  4. Orang Papua harus bedakan potret mengundang masalah dan tidak mengundang masalah.
  5. Orang Papua boleh untuk memotret Kota, objek Makro, serta Perkantoran
  6. Orang Papua harusnya Memotret Pembunuhan yang sadis di Papua
  7. Orang Papua harus Memotret dan mempublikasi dan Ilegal logging dan semua Dampak buruk di Papua
  8. Orang Papua boleh Motret dan publikasi situasi yang kurang baik di Papua seperti: sampah dan lainya.
  9. Orang Papua harus motret dan publikasi Fasilitas dan Insfrastruktur yang tidak memungkinkan bagi Orang Papua
  10. Dan orang Papua harus publikasi masalah bukan SDA Papua

Pada akhirnya apa pekerjaan dan besar kecil pekerjaan kita adalah baik tetapi perlunya bedakan mana yang menguntungkan bagi Papua dan merungikan bagi Papua. Kalau kita naikan Fhoto tentang pemandangan Alam yang indah berarti itu sangat merugikan bagi Orang asli Papua.


Mengapa setiap potretan kita merugikan karena kita selalu publikasi baiknya dari Papua, pada hal masalah dan situasi di Papua sangat kita sayangkan ditengah eksploitasi alam dan tanah Papua yang sangat ramai ini. Oleh karena itu, bahwa “ Setiap kali kita Upload Fhoto pemandangan yang indah di Papua adalah mengundang imigrasi dari luar untuk kunjugi tempat tersebut. Sebab setiap kali migrasi datang selamanya menetap di Papua.” Seakan Papua tanah damai dan pemandangan sudah terjaga baik, namun hanya karena potretan kita di Papua semakin mengundang masalah di Papua

Monday, May 2, 2016

Sistem Noken dalam Pilkada di Papua

Sistem Pemilihan Noken, di Papua 
Demokrasi dalam proses pemilihan kepala daerah di Papua sering menjadi persoalan di beberapa daerah di Papua. Dengan mengakibatkan politik yang kurang sehat di kalangan pemerintahan. Lagi pula Papua yang sering terjadi Konflik Pilkada ini, mesti dipahami oleh orang Papua, khususnya para mahasiswa dan pegawai pemerintah sebelum kita bergabung dalam proses demokrasi.

Tetapi pada dasarnya proses demokratisasi di Papua sering dikenal juga dengan menentang Indonesia dengan alasan bahwa memperburuk proses dari pada hasil pilkada dan pemilihan umum. Secara umum sebelum Indonesia menganeksasi Papua bahkan orang Papua mengenal bangsa lain, terdapat cara dan sistem masing-masing di setiap daerah di Papua. Mekanisme pengambilan keputusan berdasarkan demokrasi lokal di Papua adalah sistem kesepakatan bersama atau musyawarah dan mufakat dan juga sistem pengangkatan berdasarkan kekayaan (berpikir, berkomunikasi, berkerja dan berinterelasi). Seiring dengan perkembangan Papua yang dari pangkuan ke pangkuan sehingga terjadi monopoli didalamnya.

Ketika kedua cara ini dimonopoli dengan praktek politik yang tidak sehat sehingga kini menjadi dasar patologi dalam persoalan pemilihan di Papua. Yang sering kita kenal dengan nama sistem noken. Proses ini berkembang hingga sekarang terjadi politik sistem ikat dan noken, yang secara umum disebut dengan Sistem Noken.

Pada setiap kabupaten yang ada di Papua selalu saja melakukan Pilkada, serentak secara langsung dan tidak langsung. Praktek politik yang dimainkan oleh seluruh oleh Elit politik lokal adalah tak normatif. Dalam artian bahwa selalu ada dampak yang didapat oleh masyarakat di Papua akibat politik tidak sehat. Secara langsung berikut ini adalah masalah yang terjadi di Papua.

Dinasti Politik dan Money Politik dalam Pilkada di Papua

Tentunya negara demokrasi telah memberikan semua kekebasan dalam berekspresi dan bergerak. Namun pada tahun 2014 lalu terjadi pesta demokrasi dan pula polemik tentang sistem pemilihan kepala daerah secara langsung dan mewakili oleh DPRD. Artinya demokrsi langsung dan demokrasi tidak langsung. Banyak pertimbangan yang dimunculkan dalam polemik itu.

Keputusan terhadap demokrasi langsung dan tidak langsung, ditetapkan melalui undang-undang  nomor 8 tahun 2015 pemilihan Gubernur, Bupati, Walikota itu, melalui undang-undang itu, ditetapkan bahwa pemilihan kepala daerah berdasarkan bebas, jujur dan adil atau proses demokrasi secara langsung.

Ketika kita mengamati di beberapa daerah di Papua, ada beberapa praktek politik yang tidak sesuai dengan adanya demokrasi secara langsung atau pemungutan suara secara langsung. Selebihnya kita kenal juga dengan sistem noken di Pengunungan Tengah Papua. Sistem noken secara sederhana praktek yang dilakukan adalah pertama; pemungutan suara secara ikat. Kedua; pemungutan suara secara gantung noken berdasarkan nama bakal calon kepala daerah dan Ketiga; adalah pemilihan kepala daerah berdasarkan hubungan keluarga.

Sistem ikat secara budaya adalah sistem yang digunakan dalam pemungutan suara berdasarkan keputusan kepala RT atau kepala suku. Namun, ada pula sisi lain yang kita belum kenal yakni bakal calon kepala daerah sering melakukan “money politic” terhadap beberapa tokoh masyarakat sehingga patut masyarakatnya pun ikut menyetujui kesepakatan kepala suku atau ketua RT terkait. Pemungutan suara dengan gantung noken. Cara pemilihan ini sering diperaktekkan di beberapa daerah Pegunugan tengah Papua yakni Wamen dan beberapa daerah pemekaran di Papua. Sedangkan, pemilihan berdasarkan hubungan keluarga adalah selalu terjadi di setiap daerah di Indonesia Bukan saja di Papua. Hal ini masyarakat tanpa memikirkan apa dampak dan masa depan daerah itu sendiri? Sehingga terjadi politik dinasti itu sendiri.

Sistem noken ini sering dimainkan oleh Elit Politik Lokal, dengan tidak memperhatikan berbagai persoalan yang akan muncul di kemudian hari. Elit politik selalu memainkan trik untuk bagaimana mendapatkan suara yang lebih banyak.  Seharusnya sistem noken adalah keputusan terakhir dalam suatu suku di Pegunungan tengah Papua secara demokratis. Dengan kesempatan itulah elit politik lokal memainkan money politik untuk memanfaatkan seluruh suara yang disepakati bersama dalam suatu suku, wilayah dan setiap dusun secara demokrasi tak langsung yang berdasarkan kontekstual lokal.

Dalam proses  itulah masyarakat biasanya menentukan pilihan antara baik dan buruk daerah pada masa yang akan datang. Pilihan itu sangat menentukan dalam kehidupan daerah dan pembangunannya.

Dari setiap penjelasan diatas ini muncul bahwa Politik Dinasti itu muncul dalam pemilihan dan itu persoalan yang sangat rumit dalam daerah yang multi budaya. Yang sering muncul adalah politik sistem noken di Papua.  Muncul dinasti politik di Papua adalah dengan cara sistem noken yang mengagkat kearifan lokal, namun dielokkan menjadi arena bagi elit politik lokal untuk berdansa demi mencari porsi dalam pemerintahan. Hanya dengan sistem noken yang diintevensi dengan money politik itu dijadikan sebagai menguasai atau berkuasa dalam pemerintahan.

Kepala daerah yang terpilih dalam proses pemilihan dalam sistem noken atau secara langsung ini mempunyai hubungan keluarga yang erat. Hubungan keluarga adalah kenalan, kampung istri serta hubungan keluarga cucu lainya. Hal demikianlah yang akan menguasai daerah secara politik dinasti atas “money Politic”. 

Konflik dalam Pilkada di Papua

Budaya politik di Papua masih lebih cenderung kepada budaya parokhial. Dalam masyarakat parokhial itu sendiri, selalu membedakan dalam kelas sosial di Papua, Sementara dalam masyarakat partisipan sudah dapat menilai dengan penuh kesadaran baik sistim sebagai wujud dari daerah maju. Salah satu hal yang membuat potensi konfik secara rutin Partai Politik dalam hal ini taka ada campur tangan selama proses pilkada di Papua.

Konflik di masyarakat merupakan sesuatu yang tak bisa dipisahkan bilaman di Papua, maka yang perlu diketahui bukanlah apakah konflik pilkada itu ada atau tidak ada. Tapi bagaimana intensitas dan tingkat kekerasannya, dan dalam bentuk apa konflik itu? Apakah menyangkut masalah sporter vs KPU atau calon terhadap calon?

Selama konflik Pilkada masyarakat Papua secara umum merujuk pada keterlibatan pihak-pihak yang berkonflik. kekerasan konflik menyangkut sarana yang digunakan dalam situasi konflik, mulai dari negosiasi hingga saling menyerang secara fisik. Konflik antarkelompok yang menyangkut masalah prinsip atau ideologi.

Selama kita mengamati berbagai persoalan Pilkada yang terjadi di Papua hanya sebab akibat dari Sistem pemilihan yang kurang sehat. Secara praktek terjadi konflik pilkada akibatnya dari monei politik, kalah politik, kalah pendukung, prinsip dasar/ fundamental dalam pedukung, dan lainnya.

Maka, dengan itu bahwa, partai politik, dan NGO haruslah bertindak secara demokratis dalam hal ini mewujudkn proses demokratisasi di Indonesia, khususnya di Papua agar terwujudnya Papua yang berdasarkan asas demokratis, adil, jujur dan bebas.

Solusi atas Masalah Pilkada di Papua

Secara langsung kondisi Pilkada di Papua selalu di permainakan dengan berbagai praktek politik yang kurang sehat di Papua. Praktek politik yang sering dipermainkan dalam pilkada di Papua adalah Money Politik, Kampanye Hitam, Persaingan Sporter, dan kemiskinan Struktural. Mengapa hal demikian itu ada dan terjadi di Papua. Mesti kita kenal bahwa Papua adalah rebutan dari berbagai negara sehingga tentunya daerah Papua adalah daerah yang mudah terpicu kemiskinan, baik itu kemiskinan Strukural maupun kemiskinaan modern. Kondisi ini kita amati bahwa Papua kini diserangi oleh musibah Kemiskinan Struktural. Mengapa? Tentunya bahwa sistem Noken adalah penebab dari semua masalah pilkada di Papua. Sebab, sitem noken ini di permainkan dengan uang, konflik, kekerasan, KPU dan lainya. Oleh karena demikian, sistem noken di Papua harus ditiadakan agar tidak adanya kecurangan dan masalah didalam Pilkada itu sendiri. Hal ini juga ditekankan oleh Jhon Mendes ketua DPD Partai Hanura Papua.



Oleh: Moses Douw
Mahasiswa Papua Kuliah di Yogyakarta

Friday, April 8, 2016

Tuhan, Aku Bersyukur karena Aku Pernah Jatuh Dalam Dosa (Bagian II)

Pada dasarnya Artikel ini lanjutan dari Artikel Donatus Bidaipouga Mote yang di tulis pada edisi 11/3/6 Timipotu News.  Judul yang kami tulis ini adalah buah dari diskusi  bersama Donatus Mote dan Stef Bukega, pada beberapa waktu yang lalu. Hal ini bisa dilihat juga melalui clik: http://www.timipotu.com/2016/03/tuhan-aku-bersyukur-karena-aku-pernah.html. Itulah mengapa kami tulis artikel ini?
Moses Douw / Menongko / Asdei

Pengantar Dari Alkitab

Dosa secara umum adalah pelanggaran terhadap normatif atau pelanggaran terhadap perilaku yang benar. Itulah ketika melanggar terhadap etika yang baik atau larangan, maka disitulah akan ada dosa dalam diri kita setiap manusia.

Pada dasarnya semua manusia tak luput juga dari yang namanya dosa, seketika kita observasi secara umum di Dunia ini. Sebab pikiran manusia tidak terbatas untuk berpikir yang baik dengan apa adanya.

Ketika kita ketahui dalam Alkitab kejadian, disana akan kita ketahui dosa yang dibuat oleh Adam dan Hawa pada awal diciptakanya. Mereka melanggar atas perintah Allah, tentang larangan petik buah. Ketika itulah dosa itu muncul pada awal yang di tuliskan dalam Alkitab itu.

Seiring dengan perkembangan di dunia ini dari sejak dahulu hingga kini memang sangat pesat perkembangannya. Dan tidak kalah juga dengan dosa yang perbuat oleh manusia yang diciptaka oleh Allah ini. Dunia ini sangat tinggi dalam hal ini melanggar larangan, dibandingkan dengan kebaikan yang di buat oleh manusia. Seorang pastor atau ulama atau pun siapa dia latar belakang agama pasti merupakan dosa. Sebab manusia itu lemah.

Timbal balik dari melanggar perintah Tuhan adalah "Hukuman Allah". Ketika kita melanggar perintah Tuhan, maka kita akan merasa takut dan selalu di kucilkan oleh orang merasa diri tak berdosa, dan  tidak tenang hidup kita, merasa bersalah, dan tidak akan pernah menikmati kebahagian yang berasal dari Tuhan. Serta kehilangan kebahagian dari diri kita sendiri itu sendiri.

Kami diJauhi, Orang Sok Tak Berdosa

Dalam diskusi itu kami bahas bahwa kenapa banyak orang yang sok tidak berdosa selalu sombong dan menjauhi orang yang berdosa? Itulah yang muncul akan pertanyaan dalam diskusi itu. Kemudia Stefen mencoba menjawab saat itu juga bahwa “ banyak manusia di dunia ini hanya tahu menunjuk orang, tanpa melihat empat jari yang kembali menunjuk diri itu sendiri.

Jawaban ini adalah sangat bobot bagi kami yang terlarut dalam dosa di dunia ini, bahwa manusia di muka bumi ini tak juga terlepas dari dunia dosa. Sepikir jawaban ini adalah penyembuh jiwa berdosa atas penuduhan dan penjauhan terhadap kami. Saya terobati dengan jawaban ini,  bahwa hanya bukan kamu yang berdosa tetapi semuanya kita sama. 

Dari pernyataan bahwa kami di jauhi? Maka semestinya ada pertanyaan yang harus di muncukan sebagai berikut? Apakah kita sebagai penggoda atau yang tergoda, semua akan akan mendapatkan hukuman dari Tuhan. Semua mendapatkan hukuman yang sama. Itulah cara Tuhan menghukum manusia yang jatuh ke dalam dosa. Kita manusia adalah manusia yang lemah dan Adam dan Hawa yang dulu jatuh dalam dosa. Dosa itu kaitkan dengan Generasi berati , itu adalah Dosa warisan. 

Yesus Kristus mati di kayu Salib dalam membereskan dosa adalah menuju kesempurna. Oleh sebab itu, apabila seseorang telah percaya penuh dan benar-benar bertobat serta telah mengalami Kelahiran Baru,  janganlah mau di teror atau di intimidasi. Orang lain juga sebenarnya tidak boleh mengungkit-ungkit dosa masa lalu yang ‘hitam’ ataupun ‘kelabu’. Itulah yang kita pahami dan kembangkan dalam hidup ini.

Ampuni Mereka Sebab Mereka Tidak Tahu

Saya melihat di sebuah kota yang sering didambakan oleh orang Indonesia yakni di Jakarta. Sebulan tinggal di Jakarta di sebuah kos bulanan. Kos itu campuran tidak hanya mahasiswa dan pelajar. Disinilah saya melihat perempuan berbuluh laki-laki. Saya perhatikan setiap hari, Ia selalu pagi keluar sore masuk, dengan pakaian lengkap dan aksessories lengkap. Ia orangnya antara baik dan tidak. Ketika saya bertanya pada dia. Apakah ada gereja disini?  Jawabnya “ada di Jakarta barat, kakak!!! saya setiap hari kerja di gereja hingga pulang sore”. Saya berkata “ok Hari minggu kita akan ke gereja itu”. 

Hari minggu kita jalan ke gereja. Tidak sampai gereja kami turun dari sebuah taksi di salah satu pasar yakni Pasar Senen. Itulah sampai disana Ia berkata dengan senyum “disinilah gerejaku”. Ternyata ia yakin bahwa pasar adalah gerejanya dia. Ia juga mejelaskan “disinilah kami dapat duit dan mempertahankan hidup”. Wah!! Saya jadi bingun. 

Dengan sebuah kesaksian itu, membuktikan bahwa orang bisa menebak apakah mana yang baik dan buruk, namun tidak bisa tebak apa yang menjadi pemikiran dasar terkait apa yang ia impikan?  Dan juga manusia tak boleh petakan dosa Ia adalah baik dan buruk, apalagi koreksi keburukan yang Ia pernah lakukan selama ia bertahan hidup. Perbuatan dia adalah urusan sendiri dengan pencipta.

Itulah manusia tidak lebih dan tidak kurang antara kita, yang lebih hanya orang yang bisa menekuni pada apa yang perbuat. Dengan itu saya tidak salahkan ia dan saya tidak  memuji. Apakah itu yang jalan terbaik buat dalam hidupnya? Tentunya ia merupakan impian memuji tetapi sehendanya mengikuti apa yang Ia lalui. 

Maka hendaknya perbuatan kami akan mengarah pada posisi negatif namun itu merupakan impian yang kita tak bis batasi sebab, hidup yang baik datang dari diri kita itu sendiri. Seperti yang biasa di ungkapkan bahwa “Manusia jangan hanya memeriksa, menceritakan serta menjauhi dari pendosa itu”. Maka tuhan, “ampunilah sebab mereka tidak tahu”. 

Tuhan, Aku Bersyukur karena Aku Pernah Jatuh Dalam Dosa

Inilah sebuah ayat yang dilontarkan oleh Donatus Mote dalam diskusi semalam di dunia maya, sebab tidak ada kesempatan pada waktunya untuk bertemu dan berdiskusi. Namun itulah kata yang harus di ungkapkan oleh si Donatus.

Kita telah mengetahui bahwa manusia adalah orang yang lemah dan mudah jatuh dalam dosa atau perbuatan yang melanggar norma Tuhan dan lingkungan. Itulah manusia. Sama juga dengan kami “Donatus, Moses dan Stefen”  yang pernah jatuh dalam dosa ini.

Dalam diskusi itu, disana Stef dan Donatus menjelaskan bahwa dosa itu sangat kompleks. Dosa secara bentuk waktu kita petakan menjadi 3 yakni: dosa masa lalu, dosa masa sekarang dan dosa masa akan datang.

Dosa masa lalu itu merupakan sebuah peajaran yang kita harus patut kami syukuri dan patut kami bererimah kasih. Oleh sebab itu. “Jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang”, kata saya kepada Donatus dan Stefen.

Sehingga, ketika kita terus-menerus mengadakan tindak pencegahan, jangan sampai jatuh dalam dosa! Akan tetapi, sekalipun telah berusaha secara maksimal, ternyata gagal juga? Lalu bagaimana? Lalu kata Donatus dalam diskusi itu bahwa “Jika kita mengaku dosa kita, maka Tuhan adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala dosa.

Kemudian dalam diskusi itu juga Steven menyimpulkan “Dengan penjelasan kami dua ini bahwa segera bikin pemberesan, agar pemulihan dapat cepat terwujud. Jangan dibiarkan sampai berlarut-larut dan segera kita patut bersyukur bahwa kita ini pernah masuk dalam dunia dosa. Sebab, Jalan yang baik dan hidup orang benar makin hari makin meninggalkan, maka mulai dari kini,  kebenaran dan terangnya Tuhan itulah yang kita utamakan. Oleh sebab itu, Donatus mengharapkan bahwa kami tiga harus bersyukur karena kami pernah masuk dalam dosa, agar kedepannya berada di jalan kebenaran dan harus ada pagi untuk kami. ( Moses Douw )



Monday, April 4, 2016

Moses Kilangin (Uru Me Ki)

Penulis : Moses Kilangin
Editor : Yopi Kilangin, Yavet Kambai, Krist Ansaka,
Prakata : Yopi Kilangin (Anak pertama Moses Kilangin)
Penerbit : Tabura Jayapura
Ukuran Buku       : 140 x 210 mm
Halaman : Cover + 192 hlm
Percetakan : Galang Press Yogyakarta
Peresensi : Namukigiba Marxism Douw
             
Sebenarnya Buku Moses Kilangin ini adalah Biografinya sendiri yang dituliskan oleh Moses sendiri yang kemudian di edit oleh Yopi Kilangin anaknya dan tim editor adanya buku ini. Dengan bantuan beberapa pihak di keluarganya sendiri. Sehingga buku ini diterbitkan pada tahun 2009. Berikut ini adalah kisah seorang moses kilangin yang di review kembali sebab dilupakan toko Papua yang berasal dari Suku Amungme ini.

Moses Kilangin  disebut dengan Uru Me Ki, Juru Damai, Perintis bagi orang Gunung, Sejarahwan, serta Pembawa Cahaya. Mengapa Moses kilangin disebut demikian? Tentunya Moses merupakan sejarah hidup yang di kagumi banyak orang khususnya Wilayah Pengunungan dan Papua selatan.

Moses Kilangin adalah seorang yang berjasa ketika masa-masa perintisan di belahan Papua Selatan dan sekitar Pegunungan Cartenz yakni, diantara suku Amungme, Dani, Damal, Mee, Moni, dan pantai pesisir selatan Papua yakni Kamoro dan Sempan. Dari suku-suku diatas ini, Moses Kilangin mengukir sejarahnya. Dan melalui perintisan ini pembaca akan menemukan sosok seorang bapak Moses Kilangin dengan karya-karya yang baik.

Moses Kilangin adalah pewarta kampung yang mampu menerjemahkan konsep teori teologi dan katakese dalam bentuk dan cara budaya Papua.  Kemudian dia adalah pintu Emas bagi negara Amerika dengan membukan masuknya PT Freeport serta dia berperan dalam Penentuan Pendapat Rakyat Papua pada masa perahlihan 1969. Dengan hasil karya Moses Kilangin kita bisa menempati di Kabupaten Timika, Paniai, Kabupaten Puncak (Ilaga dan Beoga) dan Wamena.

Moses Kilangin dilahirkan di Kampung Unganarki Diola pada tahun 1925, didalam Honai perempuan. Nama asli atau nama tanah adalah Kalmalanki yang kemudian dibaptis dengan nama Moses Kilangin. Dia seorang anak tunggal sebab dia sendiri yang hidup. Ketika itu, Moses merupakan 3 saudara namun semuanya meninggal setelah 2 dan 1 hari setelah mereka dilahirkan, kematian anak bayi mereka percaya bahwa akibatnya dari “Roh Jahat”.

Sejak Moses umur 7 tahun kedua orang tuanya meninggal dan dia diasuh oleh Kakeknya Ninangki.  Dia sangat aktif dalam kegiatan di lingkungan Bugutenet. Dan di bersama beberapa petua di Kampung itu melakukan perjalanan hingga Moses Kilangin ketinggalan dalam perjalanannya sehingga dia ditemukan oleh seorang yang enggap mencari Udang yakni Mufai.  Dia di serahkan ke Cornelis Lefteuw.  Hilangnya Moses, masyarakat Bugutenet tidak tahu dan percaya bahwa hilang dan meniggal di Kaperapoka.  Dan Moses  di sekolahkan Oleh Conelis Lefteuw.

Dan pada tahun 1943 situasi Perang Dunia Ke-II ikut melanda daerah Mimika. Ketika itu warga sekitar dilatih oleh Tentara Nipon  (Jepang).  Dan sejak itu tentara Nipon mengajak seluruh masyarakat untuk melatih berbagai pelatihan, biak dari fisik maupun non-fisik. Tentara Nipon bertujuan untuk menyerang adanya kekuasaan Belanda di Papua pada khususnya.

Hanya karena Tentara nipon belum tahu pengunungan maka Moses dipanggil untuk menunjuk jalan menuju Pegunungan Papua.  Adapula tentara Nipon menawarkan dengan Berkata demikian. Kalau Moses bantu Nipon ke Gunung, Nipon Kasih Rumah Bagus, Uang Banyak, dan Nona Bagus kepada Moses?  Namun hal ini tolak oleh Moses dengan alasan bahwa “ Moses tidak tahu sebab ia keluar sejak kecil dari kampung dan dia hilang ketika ia ikut petua saat itu mereka melakukan kunjungan ke Koperapoka”. Tetapi karena moses tidak mengenal Kampungnya dia dikeluarkan oleh tentara Nipon. 

Sejak  tentara nipon meniggalkan Mimika pada tahun 1945. Dan sejak itulah Moses mulai aktif sekolah di Sekolah Rakyat. Pada masa itu dia adalah orang pertama Amungme yang mengenyam pendidikan Formal dan mendapat gelar Diploma guru pada 25 Juli 1953. Atas kerja sama dengan beberapa pater di pegunungan tengah Papua,  serta atas undangan Pater Misael Kamerer Moses harus mengabdi di Paniai. Sementara dia mengajar, Ia bersama pater Misael Kammerer mengunjungi berbagai tempat di Pengunungan tengah Papua.  Khususnya di Bugalaga dan  wilayah suku Amungme di sana. Rencana mereka berkunjung untuk mengumpulkan anak-anak muda  selagi usia muda untuk mendapatkan pendidikan yang selayaknya untuk menyekolahkan di Kokonao. Mereka mengumpulkan 5 anak dan terus berjalan ke Kokonau dari Paniai. Mereka tinggal seminggu di Kokonau untuk menyekolahkan 5 anak Amunggme itu di sekolah Rakyat Katolik di Kokonao.

Tidak lama di Kokonao Pater Misael Kammerer dan Moses bersama kokinya mereka kembali lagi ke Paniai.  Selama perjalanan mereka melaksanakan pekabaran Injil atau misa Ibadah di setiap kampung. Perjaanan pekabaran injil hingga di Ilaga dan wamena. Dan pada akhirnya 11 April 1954 tiba kembali di Enarotali, Paniai. Pada pertengahan itu juga Moses sekolahkan Otto Onawame yang meninggal beberapa tahun lalu di Vanuatu.  Dengan begitu tegas atas pekerjaannya sehingga Moses Kilangin sering disebut dengan nama Uru Me Ki, yang berarti “Guru Besar”.

Moses Kilangin sebagai orang pertama diploma Guru, maka dia hendak merasa tidak ingin untuk mengajar di Enarotali dan muncul pemikiran bahwa di kampung sayapun juga masih terbelakang, sehingga dia komunikasi dengan Pater Kammerer  dengan bunyi demikian “Saya merasa kasihan kepada orang-orangku suku amunggme. Karena itu saya mohon kiranya satus saya sebagai guru subsidi ditarik kembali dan saya ingin pulang ke kampung di tengah masyarakat Amungme”. Mendegar Moses di Izinkan untuk balik membangun daerah. 

Dengan kemauan dan keinginan Moses Kilangin, ia membangun beberapa pondok kecil di seluruh kampung di Amungme untuk mengayomi masyarakat dan mewartakan Injil,  dia sebagai Katakese. 

Moses Kilangin pada awal 1950 sampai akhir 50-an ia mengelilingi pelosok-pelosok kecil di Amungme bersama anak buahnya atau Kokinya.  Dalam rangka tugas mengujungi warga. Di setiap kampung selalu saja terjadi perang antar marga dan antar kampung. Perang terjadi akibat kecemburuan sosial dan masalah perempuan.  Dalam peperangan itu puluhan hingga ratusan orang korban. Disetiap kampung yang sedang terjadi perang Moses meminta agar perang dihentikan dengan cara : mengumpulkan pihak yang bertikai, memberikan pemahaman, mengumpulkan alat perang serta mewartakan Injil dan kebenaran.  Sehingga masyarakat Amunggme lebih tren memanggil Moses dengan sebutan Juru Damai.
Ketika pada 5 April 1967 pemerintah Indonesia yang diwakili oleh Menteri Pertambangan, Slamet Brantanata dan perwakilan PT. Freeport menandatangi Kontrak karya untuk 30 Tahun. Namun sebelum  kontrak karya itu berakhir diperpanjang lagi kontrak kedua untuk 20 tahun lagi (1997-2017).  Sementara setelah adanya Perjanjiang itu, menyiapkan alat berat untuk eksplorasi, namun dengan itu warga Amungme yang tingaal di Waa dan Banti sangat marah karena mereka menyakini bahwa gunung Grasberg  itu disebut dengan Nemangkawi diyakini bahwa tempat keramat dan jarang mereka Nemangkawi. 

Ketika aktifitas PT Freeport mulai merunkan alat berat. Namun ada pula masyarakat adat di Banti dan Waa memalang kegiatan Freeport itu, tetapi orang yang terkenal saat itu hanya Moses Kilangin. Forbes Wilson mengeluarkan surat untuk mencari Moses. Moses sejak itu berada di Kokenao sehingga Wilson menawarkan untuk bersama-sama ke Gresberg dengan tujuan berdialog dengan masyarakat Banti dan Waa. Moses pun ikut untuk ke Gresberg, Perlawanan dan pemalangan masih oleh masyarakat adat. ketika hingga di Nemangkawi meraka dihadang, namun mereka lihat Moses Kilangin sehingga mereka menurunkan panah dan berkata “Selamat Datang “Uru Me Ki” artinya bahwa guru besar”. Dengan kata-kata enak Moses membujuk mereka dan sebagian besar setuju untuk mengambil dan sebagian besar marah terhadap Moses Kilangin karena dialah yang membongkar Gunung Nemangkawi itu.

Pada tahun 1968 menjelang adanya Penentuan Pendapat Rakyat atau PEPERA 1968. Saat itu Moses Kilangin berada di Agimuga .  Moses Kilangin bersama dengan Philipus Kalanangame  di Tunjuk masyarakat untuk ikut PEPERA di Fakfak. 

Hingga di Fakfak mereka di intimidasi oleh Tentara Indonesia untuk ikut memilih Indonesia, mereka ditodong senjata sambil berkat “Apabila kamu memilih Indonesia kamu akan kami bunuh”.  Entah bagaimana  dalam kekejaman militer itu Moses dan Teman-temannya harus memilih masih tetap bergabung dengan Indonesia. Dan mereka fasilitasi untuk balik ke Agimuka. 

Hingga di Agimuga Masyarakat curiga bahwa Moses Kilangin dan bersama teman-temannya menghina masyarakat Amungme dan secara umum Papua. Sehingga ada dendaman dari masyarakat karena mereka percaya bahwa Moses pasti memilih Indonesia. Bukan hanya itu Masyarakat masih dendam juga dengan Moses sebagai Fasilitator PT Freeport. Moses bersama keluargaanya dikucilkan hingga mereka harus pindah ke Kaimana. Kaimana 2 tahun dan pada Tahun 1976 dia dipindahkan daerah yang kini disebut Mimika timur. selama tahun 1976 keatas masyarakat Amungme sangat marah dengan Moses hanya karena PT Freeport dengan PEPERA 1969. Dan keluarganya keluarganya menetap di Timika Indah.

Isi buku ini sangat menarik untuk di makan, sebab sosok seorang Moses Kilangin bisa menuliskan berbagai cerita dari Ia lahir hingga meninggal. Dia salah satu yang sangat terinspirasi adalah dia sangat mudah untuk menyesuaikan dengan berbeda bahasa, ketika ia berada di kawasan Dani dia mengunakan bahasa Dani, dan Mee, Moni, Kamoro, Sampan dan lainya. Dia patut perintis karena sosok Moses Kilangin adalah sejarahwan yang mana Ia membuka Sekolah, Gereja, dari selatan hingga Pegununga Papua. Selain itu dia juga menyekolahkan beberapa siswa seperti Otto Onawame dan lainya. 

Uru Me Ki adalah sebutan Moses Kilangin dengan arti Guru Besar. Dia menjadi Guru pertama di antara suku Amungme dan pengabdiannya sangat baik mulai dari Paniai (Enaro dan Epouto) dan Ilaga Beonga, Mimika Timur, Kokenao, Kaimana, Agimuga dan Kampung kampung kecil di kawasan Suku Amungme. Itulah yang membuat orang terinspirasi dari sosok Moses Kilangin. 

Karya sebagai perintis ini membuat beberapa pihak, termasuk Presiden Soeharto, Paus Santu Yohanis Paulus II, dan beberapa Pastor di Irian Jaya memberi penghargaan sebagai mengenang karya-karyanya yang Ia lalui.

Hanya dalam buku ini, pembaca akan mengeluh hanya mengapa Moses Kilangin berpartisipasi dalam Ekspedisi PT Freeport dan PEPERA 1969. Mungkin ada perasaan ini muncul ketika melihat keadaan Papua saat ini, karena hingga kini masyarakat Amungme dan pada seluruhnya Papua kini menghadapi masalah yang besar hanya dampaknya dari PT Freeport dan PEPERA 1969.

Harapanya dari buku ini, agar meniru perjuangan Moses Kilangin tetapi, sesuaikan dengan keadaan daerah itu sendiri masing-masing. Oleh karena itu, buku ini sangat baik untuk kita Papua karena banyak daerah yang hingga kini belum bangun yang kita harus bangun sesuai dengan kisah Moses Kilangin ini. Untuk menempuh satu tujuan, banyak cara yang kita ciptakan sesuai dengan keadaan daerah itu sendiri sesuai dengan perjuangan URU ME KI atau Moses Kilngin agar kita tidak tertinggal dengan kemajuan. 

Terimah kasih Moses Kilangin atas pencerahan yang engkau wariskan dalam Bukumu ini.


Post: KOSAPA I TIMIPOTU NEWS I MENONGKO

 
Copyright © 2013 Menongko I Ekspresi Hati
Design by MOSES | DOUW