Oleh: Moses Douw
Kegiatan ekonomi yang mana kita kenal dengan pasar, merupakan dimana mempertemukan penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi jual beli atau pertukaran barang dengan uang. Namun, pada jaman dahulu kala, pasar ini yang ada hanya pertukaran barang dengan barang (sistem barter) karena kehidupanya masih tradisional dan penyebaran uangnya lama dan juga karena bangsa tersebut tidak mengenal apa itu uang.
Dalam perkembangan itulah kemudian terjadilah krisis ekonomi, untuk menghadapi krisis itu haruslah mengawali dari pemerintah sebagaimana wilayah tersebut di bentuk dengan pemerintahan dan pemekaran.
Namun, dengan terbentuknya pemerintahan banyak ketikdakadilan dan ketidakmampuan dalam menjalankan tugas yang sudah ditetapkan. Kenyataan saja kita amati saja otonomi khusus untuk Papua dan Papua Barat, saat inipun masih belum menjalankan kembali apa yang telah di tetapkan, oleh kedua bela pihak karena tidak mampu dalam menangani otonomi khusus itu. Hingga sekarang orang Papua menyebut otonomi khusus dengan nama Almarhum, karena tidak di rasakan oleh warga Papua.
Sejak menetapkanya otonomi khusus, pemerintah pusat tidak memperhatihan keadaan pasar yang ada di setiap perkotaan dan perkampungan di Papua. Pastinya mereka berpikir bahwa, orang Papua kaya dengan otonomi khusus yang sudah ada. Pada hal otsus tersebut tidak berjalan dan tidak pernah perhatikan kembali oleh pemerintah pusat sendiri.
Dari permasalahan otonomi khusus terjadi ketidakperhatian oleh pemerintah daerah dan pusat terhadap keadaan pasar-pasar yang ada di Papua. Bukan saja pasar tetapi banyak lagi yang tidak di perhatikan oleh pemerintah pusat dan daerah, seperti: pendidikan di perkampungan dan lainya. Semenjak Papua di anekasikan ke dalam NKRI. Akhirnya pasar-pasar yang di Papua sangat tidak di perhatikan, khusunya tempat untuk mama-mama Papua yang selalu berjualan di atas tanah. Sementara itu, mama amber berjualan di atas tempat yang aman dan di buat oleh pemerintah. Dalam hal ini, mama-mama Papua yang berjualan di atas tanah, akan ketinggalan pendapatan dari hasil jualan, di banding dengan amber. Sehingga mama Papua tidak terpenuhi dalam memfasilitasi keluarganya dan pendidikan anaknya.
Kelakuaan yang sangat memalukan dari pejabat yang berasal dari Papua, bahwa mereka belum sadar mereka menduduki jabatan dan memakai baju dinas itu hasil dari jualan mama Papua diatas tanah. Di samping itu, dari pandangannya, tidak pernah melihat pejabat turun pasar untuk melihat keadaan pasar yang ada dan belanja sayur di pasar yang di jual oleh mama Papua. Untuk itu, pejabat Papua yang berhasil menjabat dan mengenakan baju dinas, dari hasil jualan mama Papua, kita bisa katakan sebagai tidak punya moral, ijazah palsu atau tidak mempunyai pengalaman yang mereka rasakan ketika di biayai dari hasil jualan di atas tanah dengan penderitan yang Ia alami selama jualan.
Dengan melihat keadaan pasar yang ada saat ini, saya sangat penasaran untuk mendeskripsikan keadaan pasar yang ada di Papua. Khususnya pulau Jawa pemerintah bertanggung jawab dalam membagun sarana untuk jualan. Selain dari itu, membeli lagi barang-barang yang di jual oleh penjual, bukan untuk membangun pasar begitu saja. Sedangkan, Papua sangat di sayangkan dengan pemerintahan dan pejabat yang ada di tanah Papua. Karena tidak ada pejabat yang turun membeli jualan para mama-mama Papua hingga sekarang. Meskipun begitu, mama Papua selalu meluangkan waktu untuk berjualan diatas tanah demi keluarga dan untuk pendidikan anaknya.
Orang asli Papua selalu termarjinalisasi dari orang non-Papua di segala bidang dari tanah leluhurnya, sejak kapan merasakan aman dan damai diatas tanah leluhurnya sendiri? Sebagian besar orang Papua yang hidupnya tercukupi merasa aman. Tetapi orang Papua yang termarjinal dan tidak memiliki sesuatu yang memfasilitasi, mereka merasakan luka hati dalam keluarganya. “Bersedih-sedih sekarang dan bersenang-senang kemudian” kalimat ini sekarang sangat baik untuk kita memaknai. Kita tidak tahu segala sesuatu yang akan terjadi. Maka berikan kebebasan kepada anak cucunya. Untuk itu, bersedih-sedih sekarang banding masa yang akan datang demi kebebasan untuk anak cucu kita. Dengan maksud bahwa “lebih baik berjuang sampai mati demi kebebasan tanah air, dari pada mati tanpa perbuatan kepada anak cucunya ”.
Namun, Keadaan kota-kota yang ada di Papua, dulunya kota-kota itu di dominasi oleh orang Papua tetapi sekarang orang Papua sudah terminggir dari kota sehingga banyak orang Papua bermukim di kampung. Dan pinggir perkotaan. Tindakan ini harus kita pahami bahwa tanah harus di kontrak atau di sewa khususnya kepada migran. Dengan bertambahnya migran orang papua sudah mulai terminggir. Sebab jalan satu-satunnya untuk mengatasi terminggirnya orang Papua harus dengan sewa dan kontrak tanah.
Dengan keadaan itu, non-papua sudah mendominasi di seluruh perkotaan dengan perkampungan. Dan sistem ekonominya sudah di kuasai oleh non-Papua. Baik itu daerah perkotaan dan daerah pedesaan. Di kota dikuasai dengan pertokoan, bangunan, pasar dan minimarket. Sedangkan, daerah perkampungan di kuasai ekonomi dengan minimarket, dan kebun jangka panjang. Sehingga muncul pasar jangka panjang. Di setiap pasar yang ada di perkotaan dikuasai oleh mama-mama amber, yang dimana pasarnya jangka panjang atas dasar kebun jangka panjang. Karena mama Papua mempunyai kebun yang memiliki jangka pendek. Hal ini muncul dari dominasi non-Papua di perkampungan yang tanahnya subur dan bisa menanam berbagai tanaman yang tidak bisa habis dalam dua atau tiga minggu (kebun jangka panjang).
Akibat dari mendominasinya orang non-Papua, segala macam makanan asli sudah mulai menghilang. Seperti sagu, ubi, keladi dan lainya. Lokasi untuk menanam makanan asli tersebut diambil non-Papua. Ada sebuah cerita seorang bapak kepada anaknya yakni: “ anak saya minta maaf, karena sagu makanan asli kami saya tidak mewariskan kepada anak dan anak tidak mengonsumsinya dimasa yang akan datang dan. Sebab lokasi dan wilayah untuk menanam dan kembangkan sagu diambil orang (kapitalis)”.
Kemudian keadaan pasar sekarang, semua pasar yang ada di Papua kebanyakan terdapat di pinggiran jalan raya maupun jalan kecil sehingga, dampak dari sampah sangat berpengaruh dan menghalangi jalan raya dan sungai yang ada sekitarnya dan terjadi kemacetan dan mencemar sungai yang ada di sekitarnya, dalam mengendarai dan penyaluran kali yang ada. Lagi pula, dari sisi kebersihan pasar merupakan tempat dimana pertemukan sampah yang bertumpukan khususnya di Papua. Biasanya, dalam melaksanakan kegiatan jualan untuk mama-mama Papua terminggir dari tempat yang sebenarnya atau tempat yang aman. Kurang tersedianya, tempat jualan tersebut, akhirnya mama-mama Papua menjual hasil panen berdekatan dengan tumpukan sampah yang ada di sampingnya. Sehingga banyak orang menghindar dari jualan yang berdekataan dengan tumpukan sampah. Akhirnya, jualan tersebur tidak berlaku, sehingga membawa pulang barang jualanya dan kadang di buang.
Hal ini, sudah mendarah dagin bersama rumpun melanesia Papua karena di bawa jajahan Indonesia. Indonesia memberi banyak dampak negatif kepada orang Papua, yang kita biasa rasakan maupun yang kita tidak merasakan. Bandingkan orang Papua di jajah oleh Belanda. Pada saat Papua di jajahan Belanda semua lapisan masyarakat yang ada di Papua damai dan kemajuan di semua bidang sangat klimaks. Sehingga Peninggalan pembangunan dari belanda hingga sekarang masih di manfaatkan.
Dengan keadaan itulah, semangat dan semangat untuk melawan ketidakadilan yang sedang merajalelah di tanah rumpuan melaniesia. Kita ketahui bahwa dalam ketidakadilan dan pertentangan itulah kesempatan yang berharga untuk melawan rezim hukum yang tidak pernah terapkan di daerah otonomi. Yang terpenting adalah orang tua satu langkah untuk perubahan dan sekarang kesempatan anak untuk melangkah lebih tinggi tinggi dalam mewujudkan perubahan ditanah air melanesia.
Dalam perkembangan itulah kemudian terjadilah krisis ekonomi, untuk menghadapi krisis itu haruslah mengawali dari pemerintah sebagaimana wilayah tersebut di bentuk dengan pemerintahan dan pemekaran.
Namun, dengan terbentuknya pemerintahan banyak ketikdakadilan dan ketidakmampuan dalam menjalankan tugas yang sudah ditetapkan. Kenyataan saja kita amati saja otonomi khusus untuk Papua dan Papua Barat, saat inipun masih belum menjalankan kembali apa yang telah di tetapkan, oleh kedua bela pihak karena tidak mampu dalam menangani otonomi khusus itu. Hingga sekarang orang Papua menyebut otonomi khusus dengan nama Almarhum, karena tidak di rasakan oleh warga Papua.
Sejak menetapkanya otonomi khusus, pemerintah pusat tidak memperhatihan keadaan pasar yang ada di setiap perkotaan dan perkampungan di Papua. Pastinya mereka berpikir bahwa, orang Papua kaya dengan otonomi khusus yang sudah ada. Pada hal otsus tersebut tidak berjalan dan tidak pernah perhatikan kembali oleh pemerintah pusat sendiri.
Dari permasalahan otonomi khusus terjadi ketidakperhatian oleh pemerintah daerah dan pusat terhadap keadaan pasar-pasar yang ada di Papua. Bukan saja pasar tetapi banyak lagi yang tidak di perhatikan oleh pemerintah pusat dan daerah, seperti: pendidikan di perkampungan dan lainya. Semenjak Papua di anekasikan ke dalam NKRI. Akhirnya pasar-pasar yang di Papua sangat tidak di perhatikan, khusunya tempat untuk mama-mama Papua yang selalu berjualan di atas tanah. Sementara itu, mama amber berjualan di atas tempat yang aman dan di buat oleh pemerintah. Dalam hal ini, mama-mama Papua yang berjualan di atas tanah, akan ketinggalan pendapatan dari hasil jualan, di banding dengan amber. Sehingga mama Papua tidak terpenuhi dalam memfasilitasi keluarganya dan pendidikan anaknya.
Kelakuaan yang sangat memalukan dari pejabat yang berasal dari Papua, bahwa mereka belum sadar mereka menduduki jabatan dan memakai baju dinas itu hasil dari jualan mama Papua diatas tanah. Di samping itu, dari pandangannya, tidak pernah melihat pejabat turun pasar untuk melihat keadaan pasar yang ada dan belanja sayur di pasar yang di jual oleh mama Papua. Untuk itu, pejabat Papua yang berhasil menjabat dan mengenakan baju dinas, dari hasil jualan mama Papua, kita bisa katakan sebagai tidak punya moral, ijazah palsu atau tidak mempunyai pengalaman yang mereka rasakan ketika di biayai dari hasil jualan di atas tanah dengan penderitan yang Ia alami selama jualan.
Dengan melihat keadaan pasar yang ada saat ini, saya sangat penasaran untuk mendeskripsikan keadaan pasar yang ada di Papua. Khususnya pulau Jawa pemerintah bertanggung jawab dalam membagun sarana untuk jualan. Selain dari itu, membeli lagi barang-barang yang di jual oleh penjual, bukan untuk membangun pasar begitu saja. Sedangkan, Papua sangat di sayangkan dengan pemerintahan dan pejabat yang ada di tanah Papua. Karena tidak ada pejabat yang turun membeli jualan para mama-mama Papua hingga sekarang. Meskipun begitu, mama Papua selalu meluangkan waktu untuk berjualan diatas tanah demi keluarga dan untuk pendidikan anaknya.
Orang asli Papua selalu termarjinalisasi dari orang non-Papua di segala bidang dari tanah leluhurnya, sejak kapan merasakan aman dan damai diatas tanah leluhurnya sendiri? Sebagian besar orang Papua yang hidupnya tercukupi merasa aman. Tetapi orang Papua yang termarjinal dan tidak memiliki sesuatu yang memfasilitasi, mereka merasakan luka hati dalam keluarganya. “Bersedih-sedih sekarang dan bersenang-senang kemudian” kalimat ini sekarang sangat baik untuk kita memaknai. Kita tidak tahu segala sesuatu yang akan terjadi. Maka berikan kebebasan kepada anak cucunya. Untuk itu, bersedih-sedih sekarang banding masa yang akan datang demi kebebasan untuk anak cucu kita. Dengan maksud bahwa “lebih baik berjuang sampai mati demi kebebasan tanah air, dari pada mati tanpa perbuatan kepada anak cucunya ”.
Namun, Keadaan kota-kota yang ada di Papua, dulunya kota-kota itu di dominasi oleh orang Papua tetapi sekarang orang Papua sudah terminggir dari kota sehingga banyak orang Papua bermukim di kampung. Dan pinggir perkotaan. Tindakan ini harus kita pahami bahwa tanah harus di kontrak atau di sewa khususnya kepada migran. Dengan bertambahnya migran orang papua sudah mulai terminggir. Sebab jalan satu-satunnya untuk mengatasi terminggirnya orang Papua harus dengan sewa dan kontrak tanah.
Dengan keadaan itu, non-papua sudah mendominasi di seluruh perkotaan dengan perkampungan. Dan sistem ekonominya sudah di kuasai oleh non-Papua. Baik itu daerah perkotaan dan daerah pedesaan. Di kota dikuasai dengan pertokoan, bangunan, pasar dan minimarket. Sedangkan, daerah perkampungan di kuasai ekonomi dengan minimarket, dan kebun jangka panjang. Sehingga muncul pasar jangka panjang. Di setiap pasar yang ada di perkotaan dikuasai oleh mama-mama amber, yang dimana pasarnya jangka panjang atas dasar kebun jangka panjang. Karena mama Papua mempunyai kebun yang memiliki jangka pendek. Hal ini muncul dari dominasi non-Papua di perkampungan yang tanahnya subur dan bisa menanam berbagai tanaman yang tidak bisa habis dalam dua atau tiga minggu (kebun jangka panjang).
Akibat dari mendominasinya orang non-Papua, segala macam makanan asli sudah mulai menghilang. Seperti sagu, ubi, keladi dan lainya. Lokasi untuk menanam makanan asli tersebut diambil non-Papua. Ada sebuah cerita seorang bapak kepada anaknya yakni: “ anak saya minta maaf, karena sagu makanan asli kami saya tidak mewariskan kepada anak dan anak tidak mengonsumsinya dimasa yang akan datang dan. Sebab lokasi dan wilayah untuk menanam dan kembangkan sagu diambil orang (kapitalis)”.
Kemudian keadaan pasar sekarang, semua pasar yang ada di Papua kebanyakan terdapat di pinggiran jalan raya maupun jalan kecil sehingga, dampak dari sampah sangat berpengaruh dan menghalangi jalan raya dan sungai yang ada sekitarnya dan terjadi kemacetan dan mencemar sungai yang ada di sekitarnya, dalam mengendarai dan penyaluran kali yang ada. Lagi pula, dari sisi kebersihan pasar merupakan tempat dimana pertemukan sampah yang bertumpukan khususnya di Papua. Biasanya, dalam melaksanakan kegiatan jualan untuk mama-mama Papua terminggir dari tempat yang sebenarnya atau tempat yang aman. Kurang tersedianya, tempat jualan tersebut, akhirnya mama-mama Papua menjual hasil panen berdekatan dengan tumpukan sampah yang ada di sampingnya. Sehingga banyak orang menghindar dari jualan yang berdekataan dengan tumpukan sampah. Akhirnya, jualan tersebur tidak berlaku, sehingga membawa pulang barang jualanya dan kadang di buang.
Hal ini, sudah mendarah dagin bersama rumpun melanesia Papua karena di bawa jajahan Indonesia. Indonesia memberi banyak dampak negatif kepada orang Papua, yang kita biasa rasakan maupun yang kita tidak merasakan. Bandingkan orang Papua di jajah oleh Belanda. Pada saat Papua di jajahan Belanda semua lapisan masyarakat yang ada di Papua damai dan kemajuan di semua bidang sangat klimaks. Sehingga Peninggalan pembangunan dari belanda hingga sekarang masih di manfaatkan.
Dengan keadaan itulah, semangat dan semangat untuk melawan ketidakadilan yang sedang merajalelah di tanah rumpuan melaniesia. Kita ketahui bahwa dalam ketidakadilan dan pertentangan itulah kesempatan yang berharga untuk melawan rezim hukum yang tidak pernah terapkan di daerah otonomi. Yang terpenting adalah orang tua satu langkah untuk perubahan dan sekarang kesempatan anak untuk melangkah lebih tinggi tinggi dalam mewujudkan perubahan ditanah air melanesia.
Assalamu Alaikum wr-wb, Saya ingin berbagi cerita kepada anda, Bahwa dulunya saya ini cuma seorang Honorer di sekolah dasar jawa timur, Sudah 9 tahun saya jadi tenaga honor belum diangkat jadi PNS Bahkan saya sudah 4 kali mengikuti ujian, dan membayar 30 jt namun hasilnya nol uang pun tidak kembali bahkan saya sempat putus asah,namun teman saya memberikan no tlp Bpk Drs Sulardi MM yang bekerja di BKN pusat yang di kenalnya di jakarta dan juga mengurusnya, saya pun coba menghubungi beliau dan beliau menyuruh saya mengirim berkas saya melalui email, alhamdulillah SK saya akhirnya keluar, itu adalah kisa nyata dari saya, jika anda ingin seperti saya Hubungi saja Bpk Drs.Sulardi MM Hp:085395881177 Wassalm Darna Sanusi.
ReplyDelete