Oleh:
Moses Douw
Pertumbuhan ekonomi adalah
hal yang penting dalam masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan dalam hidup
bermasyarakat serta meningkatkan pendapatan keluarga. Pertumbuhan ekonomi
merupakan kunci utama untuk membuka pintu pendapatan bagi keluarga serta dalam
hidup berbangsa. Secara teoritis pada pertumbuhan Ekonomi merupakan suatu
proses yang di lalui oleh masyarakat komunal yang terstruktur.
Proses perkembangan atau
pertumbuhan ekonomi pada intinya merupakan proses dimana masyarakat komunal
memproduksi barang, dan kemudian digunakan oleh masyarakat sendiri dan pula
mendistribusikan. Memproduksi dan mendistribusikan barang adalah sebuah usaha
yang membutuhkan perkembangan dalam proses
masyarakat mulai mengetahui dan mengenal cara mengahsilkan barang jadi.
Aliran teori historis yang
di kemukakan oleh beberapa tokoh pun demikian. Friederich List (1789–18456)
perkembangan ekonomi ditinjau dari teknik berproduksi sebagai sumber
penghidupan. Tahapan pertumbuhan ekonominya antara lain: masa berburu, masa
beternak atau bertani, masa bertani dan kerajinan, masa kerajinan industri dan
perdagangan. Hal ini adalah sebuah proses dimana masyarakat belajar berdasarkan
tahapan perubahan perekonomian.
Pasa dasarnya manusia yang
mendiami di bumi ini merupakan cara bertani yang unik yang dimiliki oleh setiap
suku, ras, bangsa di bumi ini. Manusia yang berdiam di Nusantara (nusa antara
dua benua dan dua samudra) merupakan masyarakat bercocok tanam yang hanya
memproduksi untuk mengonsumsi pada tingkat dasar rumah tangga. Manusia di bumi
Indonesia belum mampu dan mengenal pentingnya pertanian industri. Namun, dalam
proses pertumbuhan perkembangan penjajahan di Nusantara menjadi dasar dalam
perkembangan pertumbuhan Ekonomi.
Ketika Belanda menduduki
Indonesia adanya kerja paksa untuk menjadikan orang Indonesia menjadi pekerja
kasar atau buruh kasar dalam sistem pertanian belanda. Sistem pertanian di
daerah kolonial lebih pada penguasaan potensi alam atau istilanya adalah rempah
rempah. Kedatangan bangsa eropa di Indonesia hanya dengan kepentingan dengan
mengajarkan proses.
Dan pada saat itulah
masyarakat Indonesia mengenal dan belajar lebih dalam berkaitan dengan sistem
pertanian industri dan ekonomi makro. Tak terbatas pada itu masyarakat
Indonesia khususnya di Jawa pula mampu bersaing di Dunia dengan proses
penjajahan yang di laluinya pada masa kolonial Belanda.
Pada sebelumnya masyarakat
jawa sangat mengenal dengan sistem kapitalisme di tanah jawa dan tidak hanya
mengenal mereka sendirilah yang menjadi buruh kasar dalam sistem pertanian
industri sehingga penguasan ekonomi orang jawa dan pulau lain sangat tinggi di
banding Orang Papua. Tahapan pertumbuhan atau perkembangan ekonomi menurut
Werner Sombart adalah zaman perekonomian tertutup, zaman perekonomian kerajinan
dan pertukangan, zaman perekonomian kapitalis (Kapitalis Purba, Madya, Raya,
dan Akhir). Zaman ini masyarakat Jawa telah di lewati dengan mempelajari
penguasaan Ekonomi Kapitalisme.
Kini menjadi sebuah
perbandingan besar bagi orang Papua dan keberadaan Indonesia di Papua adalah
sebuah ilusi dan sebuah cerita yang menarik untuk kita amati dari berbagai
perspektif dengan tidak mengucilkan unsur unsur variabel antara Indonesia
dengan provinsi Papua.
Pertumbuhan
Ekonomi Orang Asli Papua dan Non-Papua
Berdasarkan penjabaran di
atas sangat jelas bahwa Pertumbuhan Ekonomi yang pada dasarnya adalah keadaan
dimana manusia memproduksi dan mengonsumsi seiring dengan proses kegiatan
pembelajaran dari tinggkat perkembangan manusia.
Dengan demikian perlu kita ketahui
bahwa dengan proses penjajahan dari kolonia belanda di Indonesia sangat
berpengaruh dalam pertumbuhan Ekonomi. Rentan waktu penajajahan Belanda di
Indonesia bagian barat berkisar 3 abat yang mana mempelajari sistem pertanian
industri jangka panjang. Sedangkan, Pulau Papua tidak sampai 1 abad. Belanda
menjajah Papua tidak hanya mengeksploitasi namun mengajarkan proses pertanian
jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek.
Dalam buku Rosmaida Sinaga
(3013) Masa Belanda di Papua selama 1898-1962 perluasan pengaruh Belanda dalam
pemerintahan kolonial adalah terciptanya keamanan,, tersedianya sarana
prasarana, terbentuknya pelayanan
(pendidikan, kesehatan, tata kelolaan lingkungan dan pemerintahan) dan perubahan
ekonomi masyarakat setempat. Perubahan ekonomi masyarakat setempat di tandai
dengan adanya perubahan di bidang pertanian, dan megembangkan usaha kecil
menengah di Papua. Tak hanya itu, perkembangan kampung di hadirkan dengan
adanya berbagai kemampuan dan mulai mengenali aspek ekonomi yang kemudian di
kembangkan dalam bentuk koperasi dan lainya hingga Tahun 1990-an.
Namun, dalam perkembangannya
Papua berhasil Aneksasi kedalam Negara Indonesia yang kemudian semua dampak dan
pengaruh baik dari pemerintah Belanda berhenti. Sehingga perkembangan orang
Papua dalam Negara Indonesia hanyalah sebuah objek yang tidak di kembangkan.
Ketika itulah pukul mundur pertumbuhan ekonomi Orang Asli Papua.
Orang Asli Papua dan Orang
Non-Papua adalah pemilik tanah Papua namun OAP adalah pemilik hak ulayat tanah
adat Papua sedangkan orang non Papua adalah migrasi dari Pulau lain di
Indonesia. Secara proses perkembangan pertumbuhan ekonomi orang Asli Papua
masih Pada tahap bertani, berburuh dan beternak hanya pada konsumsi keluarga
atau kesejahtraan keluarga.
Imigran di Tanah Papua pada
sebelumnya telah melewati berbagai proses pertumbuhan dan perkembangan ekonomi.
Hal ini akibatnya mengusai Tanah Papua dengan Industri skala local dan
pertanian industri. Pertanian industri skala Nasional di Merauke seperti MIFFE yang
membuka daerah isolasi tanpa adanya seizin orang asli Papua.
Pertumbuhan ekonomi Orang
Asli Papua dan Non-Papua di tentukan dengan berjalannya masa penjajahan Belanda
di Indonesia dan Belanda. Namun, lebih rentan mendapatkan dampak positif dan
pengaruh positif dari penjajahan adalah Jawa dan beberapa Pulau di Indonesia.
Sedangkan Orang Papua tidak mendapatkan manfaatkan sebab, rentan waktu sangat
singkat di banding daerah lain.
Sehingga Orang Asli Papua
kini berada pada tingkat pengelolaan ekonomi klasik atau pada sistem ekonomi
tinggi. Orang asli Papua masa kini hanya memanfaatkan alamnya namun belum bisa
mengelola ekonomi industri jangka panjang. Tetapi, pertumbuhan ekonomi
Non-Papua sangat pesat di Papua dengan menguasai semua sudut sudut ekonomi.
Maka kini yang menjadi pertanyaan dari penjabaran diatas ini adalah bagaimana
langkah yang diambil Jokowi dalam Pertumbuhan Ekonomi Orang Asli Papua? Apakah
kunjungan-kunjungan yang belaka dan ataukah mampu membangkitkan Ekonomi Orang
Asli Papua?
Kedatangan
Jokowi menghambat Pertumbuhan Ekonomi
Kedatangan Jokowi di Papua
merupakan kunjungan kerja yang patut masyarakat dan pemerintah provinsi Papua
apresiasi dengan bentuk kepeduian dari Presiden Jokowi yang sangat dekat dengan
orang Papua. Kunjungan presiden di Papua sangat terharuh. Namun pada prosesnya
kunjungan presiden ini di nilai dari baik dan juga buruk dari berbagai pihak
serta organisasi.
Di Pandangan akademisi dan
mahasiswa kedatangan jokowi merupakan tidak menyelesaikan masalah social, ekonomi,
politik dan pemerintahan di Tanah Papua. Secara spesifik masalah sosial,
ekonomi dan politik tidak di selesaikan dengan baik dan masih menjadi masalah
kemanusian dan sosial di Tanah Papua.
Dengan kedatangan Jokowi di
Tanah Papua sangat mengesampingkan persoalan yang sebenarnya masyarakat Papua
alami. Persoalan utama orang Papua pada saat ini alami seperti pertama masalah
marjinalisasi dan efek diskriminasi terhadap Orang ASli Papua (OAP) akibat
pembangunan ekonomi, konflik politik, dan migrasi massal ke Tanah Papua sejak
Tahun 1970.
Kedua, lanjutnya, kegagalan
pembangunan terutama di bidang pendidikan, kesehatan dan pemberdayaan ekonomi
rakyat. Ketiga, kontradiksi sejarah dan konstruksi identitas politik antara
Papua dan Jakarta, serta keempat, soal pertanggung-jawaban atas kekerasan
negara di masa lalu terhadap warga negara Indonesia di Tanah Papua.
Berdasarkan kutipan TEMPO.CO
Presiden Jokowi menegaskan akan membuka isolasi daerah dengan membangun
infrastruktur di Papua seperti jalan Trans Papua, jembatan, pelabuhan, bandara
dan konstruksi lainnya bertujuan untuk memudahkan akses dan mobilitas orang
Papua dari satu area ke area lainnya. Hal ini secara, umum patut kita apresiasi
namun apakah dengan infrastruktur pertumbuhan Orang Asli Papua?
Namun, dengan membuka daerah
isolasi yang diwacanakan JOKOWI adalah sangat mengundang multiproblem bagi
orang asli Papua. Bahkan membuka jalan bagi kapitalis untuk mengeksploitasi
bagi Alam Papua. Tidak hanya ini, akan adanya mobilisasi umum dari Jawa dan daerah
lain ke Papua. Kejadian seperti ini terjadi kapan orang Papua itu di Bangun?
Disisi lain, yang di lansir
dalam tabloidjubi.com kunjungan Jokowi yang sering dilakukan di Papua
menggarisbawahi kegagalannya memenuhi janjinya untuk menyelesaikan pelanggaran
hak asasi manusia di provinsi timur. Jika Jokowi terus mengabaikan upaya untuk
menyelesaikan kasus, komitmennya dalam mengembangkan Papua akan menghadapi
ketidakpercayaan yang besar oleh orang Papua.
Pertumbuhan Ekonomi yang
sebenarnya adalah Hubungan dengan Kapasitas manusia, harkat manusia,
pengetahuan manusia dan perkembangan manusia. Bukan pertumbuhan akan ada dengan
pembangunan infrastruktur dan lainya yang di wacanakan oleh presiden Jokowi.
Maka itu. pertumbuhan atau
perkembangan ekonomi di nilai dan di klasifikasi dengan berapa banyak manusia
orang asli pupua yang bebas dari ketidak tahuan tentang ekonomi.
Solusi
Pertumbuhan Ekonomi Bagi Orang Asli Papua
Dengan demikian, berapa
banyak kunjungan kerja Jokowi di Tanah Papua tak akan pernah mengatasi masalah
pertumbuan ekonomi bagi orang asli Papua apabila tidak secara irit
menyelesaikan faktor faktor penghambat pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di
Tanah Papua.
Oleh Karena itu, untuk
menumbuhkan pertumbuhan ekonomi Orang Asli Papua yang di Wacanakan dengan teori
Wolt Witman Rostow dan Werner Sombart tentang pengembangan orang asli dengan
migran maka yang harus di perhatikan untuk Papua dan Orang Asli Papua adalah sebagai berikut:
Pertama:
masalah marjinalisasi dan efek diskriminasi terhadap Orang ASli Papua (OAP)
akibat pembangunan ekonomi, konflik politik, dan migrasi massal ke Tanah Papua
sejak Tahun 1970. Kedua, lanjutnya,
kegagalan pembangunan terutama di bidang pendidikan, kesehatan dan pemberdayaan
ekonomi rakyat.
Ketiga,
kontradiksi sejarah dan konstruksi identitas politik antara Papua dan Jakarta
Keempat,
soal pertanggung-jawaban atas kekerasan negara di masa lalu terhadap warga
negara Indonesia di Tanah Papua.
Daftar
Pustaka
Sinaga, Rosmaida. 2016. Masa
Kuasa Belanda di Papua (1898-1962). Jakarta. Buku Kita
www.braind.id/agenda-kunjungan-presiden-jokowi-ke-papua-barat-dinilai-tidak-jelas di
Unduh 19 Apri 2018
Douw. Moses. 2013. Pertumbuhan
Ekonomi di Desa Diyai. Nabire. Karya Ilmiah
Penulis adalah mahasiswa
sedang kuliah di Semarang
Sngat. Salute
ReplyDeleteYeah Thank Brother
Delete