BREAKING
Stop Kekerasan di Papua Barat

Monday, March 23, 2015

Pembalakan Hutan Papua dan Dampak terhadap Ekonomi Rakyat Papua

Photo: Moses Douw
Oleh: Moses Douw

Ketika Papua di anekasikan dalam wilayah jajahan Indonesia, namun membawa sebuah malapetaka bagi Bangsa Papua Barat, Melanesia. Ujar, Andi Pigai dalam orasi Politik. Ungkapan ini, memang benar-benar terjadi dan masalah ini yang menjadi dasar konflik-konflik di Papua, bahwa Papua di anekasikan dalam wilayah Indonesia ini membawa segala bentuk penindasan di Tanah Papua. Selanjutnya, penindasan tersebut di kategorikan sebagai berikut: penindasan di bidang Ekonomi, Sosbud, Lingkungan alam, Manusia, Pendidikan, Agama, dan lainya. Namun, dalam hal ini, yang jadi akar persoalan dalam tulisan ini, akan mengkaji mendalam tentang penindasan terhadap Lingkungan Alam lebih khusus pembabatan hutan dan pengaruh terhadap Ekonomi masyarakat sekitarnya dengan menghubungkan beberapa realita yang ada di Bumi Cendrawasih.

Sejak dahulu, seluruh suku-suku yang tersebar di Bumi Cendrawasih mempunyai cara hidup yang sangat berbeda, mulai dari bahasa, cara bertani, berburuh, berpakaian dan cara hidup lainya. Begitu pun juga di Papua bagian timur (PNG). Suku-suku yang tersebar di bumi Cendrawasih, lebih dominan mengambil, mengelola, memelihara, melindungi dari hasil hutan atau alam yang tersedia di lingkungan sekitarnya, untuk memenuhi kebutuhan Ekonomi keluarga dan kelompok. Hingga kini masih banyak suku-suku yang hidupnya tergantung pada tingkat penyediaan alamnya, demikian pula membudaya di seluruh 7 wilayah adat di Tanah Papua.  Kemudian hutan yang di wariskan oleh leluhur bangsa Papua pada saat ini terus-menerus di babat dengan alat berat, oleh imperialis, sehingga kehilangan makanan, minuman yang membudaya.

           
Mengapa makanan, minuman yang membudaya di Tanah Papua mulai menghilang? Secara tidak langsung salah satu hal yang sangat menentukan terjadi masalah ini yakni pembabatan hutan secara liar, di lembah-lembah yang dulunya tempat meramu, mencari kebutuhan Ekonomi sehari-hari serta penjajahan diatas bangsa Papua sedang berlangsung. Namun, saat ini di beberapa Kabupaten di dataran lembah seperti di Nabire, Mambramo, Sorong, Boven Diguel, dan Merauke serta beberapa tempat yang lainya. Kabupaten-kabupaten ini, masih  saja di kuasai oleh industri kayu, minyak dan perusahan lain, yang pada intinya menguras kekayaan alam.

            Provinsi Papua dan Papua Barat, harus di perhatikan, sebab hampir semua kabupaten menderita karena diatas tanah leluhurnya dengan sikap menjajah tersebut, lagi pula pemindahan daerah atau relokasi masyarakat. Dalam hal ini, lebih ke masyarakat adat Papua dan masyarakat Merauke, khususnya masyarakat Zenegi, suku Malind. Yang menderita kehilangan tempat hidup mereka yang dimana masyarakat meramu dan meninggikan hutan meraka sebagai pusat kehidupan. Dari dahulu mereka hidup dengan sagu, daging, kelapa, pisang dan lainya untuk memenuhi kebutuhan ekonomi sehari-hari. (“YouTube” Mama Malind su Hilang)

Sayangnya, masalah besar yang sedang di alami ini, tidak ada tanggapan dari pihak pemerintah daerah, masyarakat, dan pemerintah pusat. Pada hal, beberapa surat tentang penarikan perusahan dari tanah Suku Malind sudah di kirim ke Presiden Republik Indonesia, Jokowi  dan juga melalui demontransi yang di laksanakan selama ini.  

Begitu pun juga di daerah yang lain, hutan dibabat. Pada hal, hutan tersebut terdapat yang namanya sumber kehidupan dalam arti makanan, minuman, tempat tinggal dan lainya, misalnya makanan asli Sagu. Di Kabupaten, Nabire, Sorong, hutan sagu di babat sedangkan, yang bukan makanan asli Papua di tanam yakni kelapa sawit. Persoalan seperti ini andaikan sebagai, “pasien tanpa dokter”. (Tutur Andy Pigai).

Papua memang butuh pendidikan dan masih banyak hal yang musti di pelajari mengenai Nasionalisme, bersama baik pemerintah daerah maupun, masyarakat untuk mengangkat martabat ekonomi Rakyat dari Rakyat, oleh Rakyat dan untuk Rakyat di Tanah Papua. Mengapa harus butuh Pendidikan? Karena, kenyataanya Papua sudah memiliki sekian banyak pemimpin, tetapi masih belum mempunyai Jiwa Nasionalime dan sikap tegas.
            Pada masa Gubernur Barnabas Suebu, Propinsi Papua telah menerbitkan kebijakan pemerintah Propinsi Papua, dalam pengelolahan sumber daya alam. Yang dalamnya berbunyi tentang: (1) Hutan dikembalikan pemilikannya dari negara kepada rakyat; (2) Pelarangan total ekspor log, termasuk ekspor log yang legal. Kebijakan ekspor log selama ni merupakan bentuk penipuan dan pemiskinan rakyat; (3) Mempercepat pembangunan industri rumah tangga pengolahan kayu dan pengelolaan hutan oleh rakyat; (4) Mencabut izin pemegang HPH (hak pengusahaan hutan), baik perusahaan itu masih aktif atau sudah tidak aktif, kecuali mereka membangun industri pengolahan produk hutan di Papua (5) Penegakan hukum dengan mencukupkan jumlah dan mutu polisi kehutanan dan peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya hutan bagi kehidupan; (6) Seluruh tipe hutan di Papua (hutan lindung, konservasi, produksi, produksi terbatas, produksi konservasi) didedikasikan untuk menyelamatkan planet bumi dan kemanusiaan di masa sekarang dan masa akan datang – termasuk dengan mengembangkan industri hijau secara bijaksana dan hati-hati. Kebijakan pemerintah Papua, 2010.

Namun, dengan demikian kenyataannya di lapangan hingga sekarang masih di exploitasi oleh negara-negara imperialisme atas penandatanganan Kapitalis Indonesia. Saya sangat apresiasi kepada pemimpin rakyat seperti, Juan Evo Morales Ayma, presiden Bolivia Amerika latin pertama, yang telah mengembalikan tanaman koka, yang di sedang di musnahkan tersebut dan menasionalisasi perusahan, pemotongan gaji, serta  kebijakan sosial bagi seluruh rakyat.

Semua industri, perusahan PT yang ada di Papua, pada dasarnya adalah sistem menjajah maka masyarakat siapa yang hak tuntut, mengkritik dan menyuarakan terhadap perusahan maka kolonialis atau aparat keamanan akan mengamankan dalam arti meyiksa, memukul, membunuh, di penjara dan lainya.  

Sehingga masyarakat di sekeliling perusahan dan terjadi Penindasan dan relokasi ke lokasi lain, yang telah terjadi dan akan terjadi nanti bila tidak di atasi. Di samping itu, persoalan seperti ini, bagian dari pemusnahan Ras Melanesia. Ada kata yang saya pernah dengar, tidak di ketahui oleh siapa? Katanya “Kami butuh alam dan kekayaan melainkan orang Papua”.

Papua dan segala isinya sedang di musnahkan dan akan di musnakan, melalui kegiatan ekonomi, yang mana kita ketahui bahwa makanan asli di Papua di musnakan dengan makanan modern beras, supermi, sardines dan lainya yang berisi obat-obatan yang mematikan. Sekalipun juga melalui pendidikan, dan jalur pemusnahan yang lainya. Seperti kehilangan sagu, kelapa, pisang, umbi-umbian, pinang dan tumbuhan, hewan yang dijadikan sebagai sumber hidup leluhurnya. Yang mana khasyatnya lebih tinggi banding obat-obat zaman sekarang.


Dengan demikian, kebiasaan di Indonesia ini yang tahunya membuat dan membuat kebijakan. Tetapi mempraktekkan kebijakannya tidak terlihat. Sehingga perusahan luar masuk secara aman tanpa pengamanan serta kebijakan yang di buat mudah di beli akhirnya penegakan kebijakan di Indonesia sangat lemah sekali dan berhamburan. Akibat dari itu, di Papua sedang di serang oleh perusahan-perusahan luar, di dataran rendah maupun tinggi yang dahulunya tempat meramu. Dengan tujuan ras melanesia dan perampasan tanah ulayat. Makanya, sebagai solusi Papua butuh pemimpin bersifat nasionalis  untuk mengembalikan hak-hak rakyat yang selama ini di kuras oleh imperialisme secara ilegal di  bumi cendrawasih.

Sunday, February 22, 2015

Refleksi Masyarakat Urban di Indonesia




Oleh: Moses Douw

Urban merupakan masyarakat dimana melakukan perpindahan dari Desa ke Kota. Entah mengapa melakukan perpindahan? Secara harafiah kata Urban mengarah pada perkotaan, kota kini diidamankan oleh banyak orang pedesaan atau perkampungan untuk bertempat tinggal didaerah perkotaan. Maka dengan itu, Bintarto pun menitipkan “Kota sebagai kesatuan jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang beraneka ragam. Dan juga masyarakat kota terdiri dari masyarakat asli dan masyarakat pendatang”.

Ketika kita mempelajari disetip daerah di Indonesia, masyarakat yang paling terbanyak adalah di daerah perkotaan. Masyarakat disuatu kota dengan status sosial yang sangat berbeda secara individu. Jika di pandang dengan sosialnya itu sendiri terjadi dua kelompok masyarakat yang berdomisili di perkotaan. Kelompok masyarakat terdiri dari kelas-kelas sosial dan kelompok-kelompok sosial. Dengan adanya kelas dan kelompok sosial menjadi persoalan di suatu negara meskipun itu tak ada ujung perselisihan.

Dalam hal ini masyarakat urban di Indonesia merupakan kepentingan yang sanggat menonjol. Kepentingan itu berdasarkan kebutuhan yang ingin di penuhi oleh urban tersebut secara individu dan kelompok. Urban di Indonesia berdasarkan dua kepentingan berbeda yakni:

Masyarakat Urban Permanen

Urban Permanen adalah masyarakat yang berpindah dari desa ke kota dalam waktu yang lama dan juga mendiami di tempat itu sendiri sebagai penduduk. Setiap tahun di Indonesia selalu menigkat jumlah perpindahan masyarakat dari desa ke kota, dan kebanyakan mereka mendiami di tempat itu pula (BPS Indonesia). Di berapa kota sebagai tolak ukur permasaahan urbanisasi khususnya Jakarta dan  Papua.

Kota yang memang terburuk se Dunia yang terletak di negara Indonesia adalah Jakarta. Jakarta merupakan masyarakat asli yakni Betawi yang tidak selalu di perhatikan oleh pemerintah Indonesia. Kadang karena urbanisasi terbanyak sehingga masyarakat asli Betawi di Jakarta pun terminggir.

Sedangkan  wilayah kemiskinan yang tertinggi di Indonesia adalah wilayah Papua. Papua memang sangat kaya dengan semua kekayaan yang di milkinya.  Disamping kemiskinan Papua pun terjadi urbanisasi selalu mengalir ibaratnya seperti air sungai. Urban yang mengalir dari wilayah lain ke Papua rata-rata orang miskin, dan tidak tahu mengolah, pula tak tahu membangun daerah pada intinya bahwa tidak mensejahterahkan orang asli Papua.

Masyarakat Urban Temporer

Uban temporer merupakan masyarakat dimana melakukan perpindahan penduduk  dari desa ke kota dalam waktu yang singkat. Keadaan ini biasanya terjadi ketika seorang itu ingin melakukan sebuah perjungan misalkan pendidikan. Seorang pelajar atau mahasiswa akan melakukan urban seketika itu ingin menyelesaikan pendidikan. Kini Urban temporer hanya meramaikan situasi perkotaan dan setelah meyelesaikan tujuanya akan tetap kembali ke asal kapung atau kotanya.

Keadaan perkotaan akan terganggu dengan urban yang tinggi dan itupun menjadi persoalan yang tidak di selesaikan oleh negara. Berbagai persoalan yang di bawa oleh masyarakat kampung/desa ke kota dan dari kota ke desa.

Kemiskinan- Kota merupakan daya penarik yang sangat mendasar pastinya dari sarana dan prasarana, lapangan kerja, dan kota merupakan kehidupan agak modern dari pada desa. Meskipun itu, pada akhir-akhir ini terbalik dengan hal ini, artinya bahwa tenaga kerja di perkotaan menjadi tolak ukur untuk orang desa melakukan urbanisasi begitu pun juga yang lainya. Urbanisasi membawa kemiskinan di perkotaan misalkan angka perumahan masayarakat di tepi kali bertamah banyak.

Sampah- Semua masyarakat yang berpindah dari desa ke kota adalah membawa  persoalan yang besar meski yang kita kenal merupakan sampah. Meskipun kita orang yang pendidikan tinggi pastinya melakukan pembuangan sampah tidak aman atau tidak di tempat yang di sediakan dalam artian bahwa kita melakukan urban membawa sampah. Kita ketinggalan apa bila sampah yang kita buang tidak ada yang kelola, sehingga stigmasisasi orang asli perkotaan semakin tinggi terhadap masyarakat yang urban dari desa ke kota.

Kesehatan- Penduduk urban yang bertempat tinggal di daerah perkotaan pastinya bila tak ada tempat yang harus di tempati berarti akan memilih bertempat tinggal di daerah yang kurang aman misalkan di daerah kali, kolom jembatan dan di jalan. Persoalan tempat akan berpengaruh pada sistem pola kesehatan pada masyarakat yang inggal di perkotaan, sehingga statistik kematian bayi dan orang meninggal karena kesehatan yang kurang sehat selalu meningkat.

Kebijakan Pemerintah Untuk Urban

            Kini semua masalah yang terjadi di lapisan masyarakat adalah ulah dari pemerintah yang kurang partisipasif, semua intansi yang ada hanya bersifat Parokial dalam arti bahwa memikirkan diri sendiri tanpa memikirkan orang yang tertindas dan tidak pernah meperhatikan arah pergerakan masyarakat di daerah maupun daerah perkotaan. Masyarakat selalu menjadi sasaran dari para pejabat negara dan daerah. Dengan demikian, pemerintah haruslah  membaca arah masayarakat yang sedang di pimpin itu, karena mereka adalah bagian yang tak bisa lepaskan dari pemerintahan atau masyarakat yang merupakan kedaulatan yang tertinggi dalam negara.

            Oleh sebab itu, pemerintah harus membaca arah kemajuan masyarakat di suatu daerah, dengan itu kita bisa mengatasi arah gerakan masyarakat yang membahayakan masyarakat di masa yang akan datang. Pemerintah merupakan intansi yang memang memimpin masyarakat yang madani sebab itu haruslah pemerintah membuat dalam bentuk Kebijakan untuk mengatasi persoalan yang mengguncang dunai atau membawa krisis. Bila perlu pemerintah jadikan PERDA. (Moses Douw)

Referensi:




Saturday, February 21, 2015

Jong Papua di Usia 53 Tahun

Logi/int.

Oleh Moses Douw  
  
          Berdasarkan sejarah perjuangan Pemuda Indonesia, dahulu pada awal diadakan 2 kali kongres. Kongres Pemuda Indonesia I diadakan tahun 1926 di kota Batavia (sekarang Jakarta) yang pada saat itu diketuai oleh Muhammad Tabrani. Dalam kongres menghasilkan kesepakatan bersama dalam bidang Ekonomi, Sosial dan Budaya. dan kongres ini juga di Kongres Pemuda I diadakan tahun 1926. Kongres ini diikuti oleh seluruh organisasi pemuda saat itu yakni: Jong Java, Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Batak, dan Jong Sumatra Bond. Maka sejak itu, dalam kongres Pemuda I disepakati untuk mengadakan kongres Pemuda ke II. 

        Kongres Pemuda II pada tanggal 28 Oktober 1928. Dalam kongres tersebut Pemuda Indonesia menghasilkan sumpah pemuda yang bunyinya: Pertama: Kami putra dan putri indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah indonesia; Kedua: Kami putra dan putri indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa indonesia; dan Ketiga: Kami putra dan putri indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa indonesia.

        Dengan demikian, khusus untuk Papua tidak ada “Jong Papua” yang menyatakan bahwa “satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa” pada saat itu. Maka dengan adanya Kongres Pemuda Indonesia ke-XIV yang akan gelar di Jayapura tanggal 24 Februari 2014 dengan tujuan agar membentuk kembali “Jong Papua” dari Tanah Papua” 

Jong Papua di Usia 53 Tahun

Melihat kembali Negara Indonesia sebelum merdeka, saat itu wilayah yang di siapkan oleh PPKI sebagai daerah yang merdeka tetap adalah dari Ambonia hingga Aceh, pada tahun 1945. Pada awal kemerdekaan negara Republik Indonesia, wilayah Papua belum menjadi bagian dari NKRI. Papua Barat baru dikuasai oleh pemerintah Indonesia setelah melakukan Operasi Militer pada tahun 1963. Salah satunya Papua Barat di kuasai oleh Indonesia karena wilayah jajahannya Belanda saat itu.

Selama perjuangan Kemerdekaan Indonesia orang Papua tak pernah tergabung dengan Indonesia untuk memperjungkan. Tetapi, di usia 53 Papua akan mendapatkan nama “Jong Papua”. Entah mengapa akan memberi Jong Papua? dan apa perjuangan yang di perjuangkan oleh Orang Muda Papua dan Komite Nasional Pemuda Indonesia di Papua?

Jika kita meperhatikan kinerja di Papua dengan Undang-undang No. 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan khususnya dalam Pasal 3 yang dalamnya memaparkan mengenai membangun profesi pemuda dengan tujuan untuk terwujudnya pemuda  Indonesia yang ikut mencerdaskan bangsa secara mandiri berdasarkan dasar negara Indonesia (UUD 45 dan Pancasila).

Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) di Papua tak terkentara kinerja yang selama ini yang harus diperjuangkan dalam memperjuangkan tujuan KNPI yang sebenarnya diatur dalam Kongres Pemuda II di Batavia (Jakarta). Kongres yang akan berlangsung ini, merupakan benalu yang berpindah-pindah artinya tempat lain di kuras sehingga mereka berpindah menguras di tempat itu khusus Papua. KNPI berikan nama Jong Papua atas nama pemerintah Papua khususnya KNPI itu sendiri, sebab perjuangan masyarakat Papua dan Pemuda Papua belum mengakhiri pendertiaan yang sebenarnya di alami oleh masyarakat itu sendiri.

Pada dasarnya “Jong Papua” yang akan bentuk melalui kongres merupakan suatu permainan politik halus dari Indonesia melalui Pemerintah, hanya untuk memperkuatkan Negara Kesatuan Republik Indonesia di bumi cendrawasih dan juga untuk mencari kekayaan alam di Tanah Papua.

Maka dengan itu, kita sebagai manusia Papua yang berpendidikan kita harus memikirkan apa yang kita miliki dan apa yang kita perjungkan pada saat ini? Perjuangan kita masih belum berakhir, kita selalu di tindas, alam kita selalu di kuras, dan kita selalu distigmasisasi oleh negara yang akan di beri nama “Jong Papua” ini. (Moses Douw)

Referensi:

http://semangatpemuda-indonesia.blogspot.com/p/sejarah-sumpah-pemuda.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Kongres_Pemuda
UU. 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan


Wednesday, February 18, 2015

Peran Pemerintah Daerah Papua dalam Menangani MEA Tahun 2015

Oleh: Moses Douw
MEA merupakan Masyarakat Ekonomi Asean atau pasar bebas ASEAN. Negara-negara yang tergabung dalam pasar bebas yakni Indonesia, Singapure, Philipina, Brunei Darusalam, Vietnam, 
Negara Indonesia yang terdiri dari 34 Provinsi ini, keadaan ekonomi di setiap daerah sangat berbeda, diakibatkan karena ketidakadilan dalam pemerataan ekonomi berdasarkan asas ekonomi Pancasila atau ekonomi kerakyatan. Dalam persoalan itu, siapkah pemerintah daerah khususnya Papua dalam menangani Persoalan ini? 

Hadirnya MEA yang tak bisa kita menolak, membuat negara dan masyarakat Indonesia pada khususnya terhadap Pemda dan masyarakat Papua untuk lebih mempersiapkan, pada dasarnya untuk memperoleh puncak peluang dan manfaat yang lebih tinggi banding daerah lain.

Dengan hadirnya MEA tersebut Presiden Jokowi menghimbau juga kepada masyarakt Indonesia untuk meyiapkan diri dalam arti masyarakat Indonesia harus siap untuk menerima manfaat dari MEA dan menyiapkan ekonomi di bagian sektor Industri paling tidak untuk bersaing dengan negara anggota MEA lainya. 

Persoalan MEA ini, tidak bergerak sebebasnya meskipun adanya persetujuan dari Presiden Indonesia. Musti setiap negara dan daerah mempunyai dasar hidup sebagai roda keamanan dalam sebuah bangsa. Tentunya bahwa, pasar bebas juga memperhatikan ideologi daerah dalam artian bahwa tidak ada pelecehan terhadap hukum yang ada di suatu daerah. Indonesia pastinya merupakan hukum yang jelas, untuk memperjelas arah gerakan pasar bebas.

Dalam hal ini, khususnya Papua saat ini dilindungi dengan UU otsus dan beberapa perda di Provinsi Papua. Dengan menegakan UU otsus yang berlaku di Papua akan lebih indah perjalanan MEA atau pasar bebas ini. Hal ini, perlu diperhatikan di Papua sebab kurangnya Penegakan hukum Indonesia akan berdampak di pemerintah daerah Papua di setiap daerah pada umumnya.

Tak segampang, Indonesia menyetujui MEA memang karena tidak ingin ketinggalan dengan negara lain meskipun masyarakatnya ketinggalan. Hal ini terlihat dengan keadaan ekonomi di Indonesia yang tak ada nilai dan daya saing dengan produk yang berasal dari luar negeri. Apalagi di Papua memang sangat kecewa dengan adanya MEA dengan kelakukan Indonesia saat ini. Semua persoalan ini, tak ada ujung penyelesaian bila ketidakhadiran pemerintah daerah dan pemerintah pusat didalamnya.
Langkah yang perlu dilakukan pemerintah daerah, Provinsi Papua sangatlah banyak baik melalui kebijakan dan peraturan demi berjalanya MEA 2015. Peran dan harapan yang perlu di lakukan pemerintah diantaranya. 

Perluhnya Sosialisasi MEA 2015 di Papua

Sosialisasi adalah upaya yang harus dilakukan dari pihak pemerintah dengan membentuk komisi dengan penuh harapan untuk membuka jalan serta menyampaikan pokok agenda yang akan dihadap masyarakat Papua. Meskipun kesempatan tidak terpenuhi untuk mempersiapkan tetapi dengan mengingatkan dengan sedirinya akan terbuka. Kegiatan sosialisasi sangat jarang dilakukan oleh pemerintah Papua, padahal kesempatan untuk melakukan sosialisasi sangat luas. Kesempatan yang pemerintah manfaatkan adalah media sosial, bentuk Komisi khusus, seminar, konferensi dan lainya. 

Perlunya sosialisasi ini akan berdapak positif untuk negeri cendrawsih dan juga merupakan upaya yang sangat alternatif sesungguhnya dalam merendahkan konflik dan kesenjangan sosial. Sosialisasi sangat penting bukan hanya untuk MEA 2015 melainkan  di banyak bidang yakni ekonomi, politik, sosbud dan lainya. Misal, dengan adanya sosialisasi politik asyarakt bisa tahu etika bagimana memilih dan di pilih tanpa mewakili atau secara demokratis. Oleh sebab itu, pemerintah daerah Papua sangat penting untuk mensosialisasikan sesuatu yang masyarakat tidak di ketahui sehingga pada saat penerapannya tak ada kendala antara pemerintah dengan masyarakat setempat.

Perlunya pemberdayakan Industri dan Produk Lokal

Perkembangan zaman, pada akhir-akhir ini semakin berubah. Misal Papua yang dahulunya mengola makanan dengan alat sederhana tetapi kini mengenal alat yang bisa mengelola dengan alat yang cukup canggih.

Papua adalah sebuah pulau yang di temukan seketika dunia modern klasik, sehingga perkembangan pun tak sama dengan daerah lain di Indonesia bahkan negara yang medeka setelah perang dunia ke 2. Sejarah mencatat bahwa, Pulau Papau berkembang diatas jajahan Belanda, Jepang dan Indonesia.
Selama dalam penjajahan Papau pasti merupakan peninggalan berupa pengetahuan juga pula berupa material. Dengan peninggalan tersebut, orang Papua juga merupakan modal awal untuk mengembangkan industri dan Produk Lokal. 

Maka dengan hadirnya MEA 2015 pemerintah daerah sangat di perlukan dalam meningkatkan produk dan industri lokal. MEA 2015 merupakan momen penting bagi Indonesia karena akan memberikan peluang untuk memperluas pasar bagi produk-produk industri lokal. Hal ini, menjadi sebuah peluang besar juga bagi kami sendiri untuk mengenal kembali apa yang menjadi bagian dari kami.

Kebijakan pemerintah
Pola pikir yang kini berkembang di Indonesia, menjadi perhatian publik. Misalkan, saya akan bebas melakukan semaunya ketika tak ada yang membatasi saya. Munculnya pola berpikir ini di tatanan masyarakat Indonesia khusus Papua maka, perlunya ketertibaan.  Salah satu upaya yang harus lakukan adalah  kebijakan yang mengatur input dan output MEA 2015. 

Input dalam arti bahwa perlunya kebijakan pemerintah dalam mengidentifikasi dan menguji coba. Apakah hal baru tersebut bernilai atau tidak bernilai. Begitu pun juga Output, mengadakan kebijakan dalam mengekspor barang dari luar negeri sehingga tak ada nilai barang tak terpakai.

Oleh karena itu, segala bentuk masalah besar perlunya penagganan oleh suatu intansi atau pemerintahan. Sehingga masyarakat juga rasa kepemilikan terhadap negara dan daerah sangat tinggi dan semuanya untuk transparansi.

MEA pastinya membawa peluang, tantangan dan manfaat untuk Papua. Tulisan ini merupakan membuka jalan bagi kita untuk perlunya mengetahui kembali apa yang harus pemerintah laksanakan serta kesiapan kita untuk menghadapi MEA 2015. Masih banyak yang harus pemerintah harus menagani tetapi yang harus dilakukan seharusnya adalah apa yang terterah dalam tulisan diatas ini.
Cambodia, Laos, Thailand, dan Myanmar. Negara Indonesia adalah salah satu negara anggota ASEAN, yang telah menyetujui adanya pasar bebas antara negara. 


Sumber: Bulletin "Woogada Wookebada" Edisi ke -VI

Thursday, January 29, 2015

Papua Tak Akan Ada Kebenaran dan Keterbukaan Sementara Dalam NKRI

Fhoto:ilustrasi Keterbukaan
Papua merupakam wilayah yang paling timur dari asia dan paling barat dari Pasifik. Secara De-jure dan De-fakto Papua memerdekakan diri Pada tahun 1961 dengan mengibarkan bendera bintang kejora. Tetapi karena Indonesia melihat kekayaan alam yang dimuliki sehingga secara paksa di masukan kedalam pangkuan NKRI. Yang sebelumya Papua tidak termasuk dalam NKRI. Pada awal itulah, masyarakat papua memasuki dunia yang gelap, artinya bahwa Papua penuh Pembunuhan, pemerkosaan, pelecehan, stigmasisasi, memortalisasi dan lainya. Sehingga Pulau Papua di rebut dengan cara pangkuan ke pangkuan (baca buku: Papua dari Pangkuan Ke Pangkuan, Penulis:Agus, A Alua)
 Sekian tahun Papua tak ada akhir penderitaan diatas tanah sucinya. Mengapa demikian? Kita kewalahan, tak tahu kebaikan apa yang dilakukan oleh Indonesia untuk Papua sementara dalam NKRI ini.
 Indonesia misteri besar bagi Papua. Juga, Papua tidak tahu sebenarnya apa kebaikan yang dilakukan oleh Indonesia, yang terjadi hanya menjadi misteri bagi Papua. Hal itu terlihat dengan penegakan hukum di negeri cendrawasih. Contoh Pembungkaman Pelanggaran HAM di Paniai, tanggal 8 desember 2014 lalu itu.

Indonesia saat ini mengklaim bahwa OPM adalah pengancam masyarakat dan rakyatnya, tetapi pernyataan ini berbeda dengan kenyataan yang ada di papua. Bahwa OPM adalah tentara nasional dari Papua barat untuk perubahan Papua.  (stigmasi dari Indonesia lewat media Internasional ikuti di: thejakartapost.

Papua tak ada kebenaran, bila Papua masih dalam negara Indonesia. Indonesia meminta kepada pemerintah Daerah untuk kebenaran dan keterbukaan dalam pelaksanaannya. Pernyataan ini sangat salah. Mengapa? Pada hal Indonesia sendiri yang mengatur sistem di Papua untuk mengintimidasi masyarakat serta pemerintahan daerah yang ada di Papua.
 Untuk menuntut kebenaran dan keterbukaan di Papua, Indonesia seharusnya membuka Ruang demokrasi bagi Jurnalis asing, salah satunya untuk terwujudnya kebenaran di Tanah Papua, yang saat ini tertutup pula. Hal ini, merupakan pembungkaman.
Beberapa hari yang di media The jakartapost memposting tulisan bahwa wartawan asing, ingin lakukan apa di Papua? Membuka ruang untuk wartawan asing, seandanya macam terjadi pembunuhan massal di Papua atau kejahatan seperti Pembalakan liar atau penebangan secara liar? Hal ini sangat jelas bahwa, semua persoalan yang terjadi di Papua awal mulanya dari Indoensia yang tak bertanggung jawab ini.
Indonesia meminta keterbukaan dan dan kebenaran, tanpa memperhatikan apa yang dia perbuat untuk Papua. Maka, salah satu jalan yang harus di tempuh Indonesia adalah membuka ruang bagi wartawan asing, memberantas Penegakan hukum yang selalu di bungkam, merealisasi dana dengan jelas, berhentikan stigmasisasi dan penjajahan.
“Perlunya ketahui bahwa Manusia Papua bukan binatang piarahan yang terus di bunuh”

Maka, sudah saatnya Indonesia memikirkan untuk Dialog dengan Papua secara damai untuk memetik kemerdekaan bagi Papua. Karena sudah 53 tahun Papua tidak merasakah hidup yang berjiwa sosialis seperti yang sebelumnya sejak nenek moyang.

Sumber: www.timipotu.com 


Yogyakarta 29, Januari 2015
Moses Douw

Wednesday, January 14, 2015

Dia Sudah Meninggal

Moses Douw /Photo int. Malang Kota Apel
(Kota Batu)
          Pada suatu ketika, Tak lupa seorang wanita muda dari Agadide yakni Nopince Bunai, mencintai seorang laki-laki yang bernama Moses Douw, kira-kira saat itu keduanya tidak sekolah atau belum memasuki masa sekolah. 

       Tetapi masih berjalan kisah cinta tersebut dengan putri Aga itu. Namun, karena memasuki masa perkembangan dalam arti bahwa kedua selambai bunga mulai mengenakan seragam sekolah untuk masuk di kelas satu SD (Sekolah Dasar). Nama SD itu adalah SD YPPK Bodatadi, SD itu hanya empat kelas. ketika itu yang mengajar hanya dua orang guru tetap dan dua orang guru honorer.

    Disekolah itu, siswa sangat lumayan banyak, di kisarkan sekitar 90-an. Siswa-siswi di SD tersebut berasal dari beberapa kampung terdapat di Agadide, yakni dari Etogei, Kanebaida, Katuwo, Tipagei, Togogei, Yabomaida, Bodatadi dan Ganiakato. 
         Jarak yang harus di tempuh siswa ke sekolah dari beberapa kampung diatas ini sangat jauh dikisarkan 5 sampai tujuh kilometer. Tetapi siswa dengan teguh bisa hadir jam tujuh untuk belajar. Namun, disana ada sebuah kali besar yang bernama Aga, siswa tak akan hadir di sekolah tersebut ketika Kali Aga mengalami Banjir yang melanda kebun yang ada dan rumah yang ada disekitaran kali Aga. Karena dengan banjir tersebut tidak bisa di jangkau oleh siswa-siswi yang ada di beberapa kampung diatas tadi.  

          Tetapi, untuk saya dengan Nopin, kami tinggal di sebuah kampung yakni Bodatadi, tidak jauh rumah dia dan aku. Terbayang setiap harinya di selalu menemani aku dan dia selalu bawah makanan untuk saya, untuk sarapan siang di sekolah. Kemudian juga baju yang kami mengenakan juga setiap harinya kadang sama, sama juga buku dan polpen yang kami bawa pada saat belajar apalagi jalan-jalan bersama dengan dia. 

          Di SD YPPK Bodatadi, siswa harus menyelesaikan dalam kurung waktu empat tahun, dan selanjutnya memilih sendiri, ingin melanjutkan sekolah dasar dari Kelas lima sampai enam di tempat yang dinginkan secara individu, karena memang SD itu durasi kelas hanya empat kelas. 
          Usia semakin bertambah, proses belajar di SD itu semakin mengakhiri, dengan kemampuan yang kami miliki. Saat itu kira-kira tahun 2004. Tahun itu saya dengan putri Agadide berpisah dalam artian bahwa Nopin melanjutkan sekolah di SD YPPGI Toyaimoti dan untuk saya melanjutkan sekolah di SD YPPK Komopa. 

        Secara tak langsung, saat tertentu kami bertemu seminggu sekali tetapi kadang ketemu sebulan sekali. Mengapa demikian? Pertanyaan ini tak perlu di jawab yang jelasnya bahwa kami melanjutkan sekolah dasar. Perjalanan memang sangat panjang yang kami berdua tempuhi.

      Sudah waktunya, saya harus tinggalkan sekolah dasar saya, di Komopa, kecamatan Aradide, Kab, Paniai. Saat itu pula, datanglah tawaran besar dari Keuskupan Timika terhaap Alumni SD YPPK Komopa untuk melanjutkan pendidikan mengah di salah satu sekolah di Kab. Timika, Kokonao. Tetapi, kesedihan saya terhadap kampung  Diyai telah datang didepan muka, disebabkan karena selama saya dilahirkan hingga tamat SD di Komopa, di saat-saat tertentu yang bisa injak dikampung saya. Tetapi juga ketika itu saya mendengar bahwa di Diyai juga ada sebuah sekolah yayasan yakni SMP Katolik, yang berdekatan dengan Rumahku, sehingga saya lebih memilih SMP Katolik di Kampung Diyai, Tigi Barat, Deiyai.

        Namun demikian, sayangnya saya sakit hati dengan keadaan ini. Sebab saat itulah moment yang berpisah tanpa tanda selamat jalan dan selamat pergi melanjutkan studi. Jujur memang penting, tapi saat itulah jujur itu tersembunyi di balik batu perjalanan. 

        Selama, saya menjalani masa SMP di Diyai saya tidak tahu keberadaan Nopin dan apakah dia lanjutkan pendidikan atau tidak. Saya memang hati hancur mengingat dia. Ketika saya kembali ke Bodatadi, saya tidak temukan dia, yang ada hanya sakit hati. Mengapa engkau tidak ada ketika saya kembali ke Bodatadi? Mungkin itulah saatnya, saya berdiri tegah dan teguh untuk melupakan dia yang selalu. Namun, waktu tak terasa, saya pun dewasa dalam hal ini sudah saatnya melanjutkan Sekolah Menengah Atas (SMA). 

          Masih terbayang, ketika itu Tahun 2010 mulai melanjutkan SMA di Nabire. SMA tersebut disebut dengan julukan SMA Adhi Luhur Nabire atau Kolese Le Cocq D`Armanville. Saat itupun saya tidak mendapatkan informasi tentang keberadaan Nopince Bunai. Yang terbayang hanya kenangan terindah saat SD di Bodatadi.  

             Tak terasah bagaikan mimpi, tahun berlalu, Bulan berlalu, hari berlalu jam berlalu, detik pun berlalu. Hal ini bertanda bahwa, saya telah menginjak pada tahapan berikut yakni melanjutkan Perguruan tinggi di Yogyakarta. 

           Di Yogyakarta saya melanjutkan Kuliah di salah satu kampus yang memang bisa katakan Kampus tertua di Yogyakarta, karena kisarkan 46 tahun yang lalu, di resmikan kampus itu. Kampus itu dengan nama Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa (STPMD “APMD”). 
Moses Douw / Photo int. Magunan
 Yogyakarta

        Menjalani satu setengah tahun di kampus itu, saya mendengar berita bahwa Nopince Bunai lagi mencari nomor HandPhoneku, karena Ia telah mengetahui Keberadaan saya di Nabire, bahwa dia juga pernah sekolah di Nabire. 
      Dengan itu, di memang benar-benar mencari saya terutama nomor HandPhone saya, yang pada dasarnya, Ia ingin hubungi saya.

         Pada suatu hari, dalam bulan Desember 2014, Ia telah bertemu dengan Adiku di Nabire. Saat itu pula, bertanya Nopince Bunai ke adikku, katanya, Apakah Anda menyimpan nomor HandPhone Moses Douw? Karena Adikku takut maka, secara  tak langsung  menjawab “Dia Telah Meninggal”. 


         Pada saat itu, Karena Adikku sangat takut dalam arti Bahwa tiba-tiba ketemu langsung diminta dan dia berat untuk berikan nomor HandPhone saya, Karena memang belum lapor ke saya sehingga dengan itu mengambil keputusan bahwa “DIA SUDAH MENINGGAL”. 

       Tetapi jawab Nopin terhadap adikku bahwa “saya tidak percaya karena saya tidak secara langsung membuktikan bahwa di telah meninggal”.
         Ketika, saya mendengar cerita tentang itu dari adikku saya sangat marah terhadap adik saya. “Kenapa Anda tidak bilang saya saat itu dan mengapa engkau tidak berikan nomor HandPhoneku? Pertanyaan itu yang muncul sehingga saya sangat marah terhadap adikku. 

       Tetapi di sisi lain, perilaku adik itu sangat  manusiawi, karena memperhatikan Budaya orang Mee yang menyatakan bahwa “Akipanekaneke Eboniyaka” artinya “sembunyikan Saudara laki-laki dari hal yang tidak diinginkan” itulah yang menjadi dasar adikku, sehingga berani menyatakan itu. 

         Maka, saya menginginkan secepatnya harus menemukan Dia yang mengenalkan saya apa itu cinta, yang berawal dari sejak sebelum masuk sekolah dasar.




Yogyakarta, 14 Januari 2015
Moses Douw

Saturday, January 3, 2015

Papua Kaya akan Konflik



                                                                   Jalan menuju Kebebasan

Pulau Papua kaya akan orang miskin
Pulau Papua kaya akan eksploitasi
Orang Papua kaya akan pembunuhan 
Pulau Papua kaya akan pemerkosaan 
Pulau Papua kaya akan Penebangan
Maka>>>> Pulau Papua kaya akan ketidak-(wajar)-an 
kapan kah saya akan memiliki kekayaanku..?

Papua sangat di kenal dengan wilayah atau bangsa yang kaya akan konflik. Sering konflik di Papua berakar dari banyak persoalan, yang kini di kenal oleh belahan dunia mengenai munculnya persoalan di Papua. Persoalan di Papua awalnya muncul dari beberapa masalah yang kini di kelompokn menjadi beberapa bagian yakni: 1.Kekuatan Militer (Militerisme) 2. Ketidakadilan  3. Perbedaan Ideologi 4. Perbedaan Budaya 5. Kepentingan dan 6. Lemahnya leadership; ect.

       
inspirasi/ketidakadilan
Pintu masuknya persoalan diatas ini, menjadi pintu persoalan yang besar. Kekuatan militer merupakan kekuatan negara yang di turunkan oleh negara itu sehingga bisa menjaga masyarakt setempat dengan aman. Tetapi pada perjalanannya tak seefektif menjaga negara melainkan menganiaya, menembak masyarakat adat setempat seakan seperti hewan piarahan sendiri. Ini merupkan kurang serius dalam menjaga dan negara tidak merasakan daerah itu bukan daerah kekuasan saya. 

        Persoalan ini tak segampang begitu di lakukan, di Bumi Cendrawasih. Namun kadang hal itu terbalik di Bumi cendrawasih. Semuanya air mata yang jadi saksi bisu dalam konflik, yang terjadi hanya itu dan itu; terus dan menerus.

       Sikap  militerisme di Papua akibat dari Ketidakadilan hukum di Papua, yang menjadi persoalan adalah mengapa Papua adalah bagian dari negara Indonesia ko terjadi ketidakadilan dan beda ketidakadilan dalam menegakan hukum? Orang akan sewenang-wenang melakukan kegiatan apabila tak ada hukum yang pasti, hal ini terjadi di Papua. Tidak ada hukum yang di tegakan oleh negara Indonesia sehingga ketidakadilan dalam peneggakan menjadi pengobral konflik di Papua.

     Sehubungan dengan itu, Manusia yan melakukan transmigrasi ke Papua harus tahu keadaan orang Papua, dan apa ideologi orang asli di daerah tersebut. Karena, kadang terjadi persoalan ketika itu, ketabrakan ideologi. Dan secara politik memang orang Papua merupakan ideologi sendiri. Mengapa Indonesia menerapkan ideologi Pancasila di bumi Papua? Papua juga merupakan ideologi tersendiri. Sehingga ketidak wajaran penerapan ini mengakibatkan kehancuran antara bangsa. 

         Ideologi yang kini kita kenal adalah filosofi hidup orang yang menjadi kebudayaan disuatu tempat tersebut dengan kebiasanya. Kebiasanya juga menjadi syarat utama dalam menggundang konflik. Penulis juga pernah rasakan hal seperti ini. Ketika saya berada di kota Yogyakarta, memang rasanya ingin mau pulang. Mengapa? Saat itu, saya memberi salam kepada orang yang tinggal di sekitarnya, tetapi warga tak sama dengan orang Papua yang keras tapi, hatinya lembut. Maka ketika itu saya rasakan berarti bahwa saya memberi salam dengan halus dan tak keras. Itulah sifat kebiasaan yang terjadi di setiap daerah. Kebiasaan kami harus di hargai, maka kami juga akan hargai kebiasaanmu. Kebiasaan Papua yang kini menjadi perdebataan publik secara langsung dan tak langsung. Tapi kini kita kembali  pada, BINEKA TUNGGAL IKA mau kemanakan keistimewaan keberanggamannya? Dari pada menyiakan kebiasaan orang Papua lebih baik katong berpikir pemekaran Negara. Inilah pemikiran lahir dari ketidakadilan.

“Buka matamu selebar kertas HVS, mungkin Anda bisa merasakan ketika melihat persoalan itu”
Wahai engkau yang memegang rangkaian struktur nasional dan daerah.
Mana matamu! 
Akankah berdiam terus!
Akankah hal itu terjadi terus! 
Akan kah engkau mewariskan ketidakadilan itu dimasa yang akan datang!


Ketidakadilan kini, menjadi masalah yang sangat besar bila dipersoalkan diluar negeri salah satunya, Australia dan amerika. Namun sayangnya Indonesia, ketidak adilan tak penting dari pada kepentingan. 

Presiden Indonesia bersama seluruh Pemerintah Indonesia selalu tutup mata dengan keadaan yang sebenarnya terjadi disetiap daerah di Indonesia yang sering terjadi adalah Papua. Mengikuti berita yang terus mengupdate yang berkaitan dengan ketidakadilan di Papua memang sangat luar biasa. Tak kalah juga persaingan media masa yang mencari kepentingan dan keuntungan. Hal ini di pertegas dengan kejadian korban 6 orang siswa di Paniai yang berulah dari TNI/POLRI, yang terjadi pada beberapa hari terakhir ini. 

Korban di atas ini, Presiden serta partai-partai di Indonesia benar-benar melupakan  meskipun berkasnya di terima bersih oleh presiden Republik Indonesia (IR Jokowi). Perilaku yang sementara ini, di lakukan oleh Presiden dan seluruh tata pemerintahan Indonesia yang terhadap Papua merupakan ketidakadilan dalam menegakan hukum. Sehingga menjadi pertanyaan publik apakah pelanggaran HAM di Paniai ini kerja sama dengan Presiden JOKOWI.
inspirasi/keadilan dan penegakan hukum

           Faktor terjadinya konflik diatas ini pastinya merupakan membutuhkan pemimpin yang lahir dari rakyat yang memang benar-benar murni dan tak ada noda Politik. Mengapa pemimpin Indonesia tidak ada yang sama dengan Evo Morales. Kata orang Jokowi adalah Pemimpin yang lahir dari rakyat? hingga sekarang mana buktinya? 

  Konflik ini, kini masih saja terjadi (tak ada akhir”). Korban nyawa terus-menerus terjadi dipelosok dan perkotaan, palingan belum lagi penindasan, pemerkosaan, penebangan yang lainya,  yang pada intinya menghancurkan dan memusnakan isi dari Bumi Cendrawasih itu.
Dengan demikian, kita tahu bahwa yang paling penting adalah kita di lahirkan untuk menjadi solusi bukan untuk masalah. Tak ada zaman lagi memikirkan hasil yang menjadi tugas utama adalah proses mencapai puncak kebebasan tanpa, batasan dari kelompok seperjuangan. 


Yogyakarta, 03 Januari 2015

Moses Douw

Friday, December 19, 2014

Demokrasi dalam Ideologi Negara, di Bolivia 2006 (Evo Morales)

Oleh: Moses Douw

        Setiap negara di Dunia ini merupakan tujuan yang harus dicapai atau biasanya disebut dengan cita-cita bangsa. Dalam, mencapai cita-cita bangsa sangat susa sekali khususnya dinegara ini. Selain dari itu, cita-cita dicapai dengan landasan hidup, pilosofi dalam lapisan masyarakat itu sendiri, yakni kepercayaan, dan pola hidup bangsa itu.  Dengan demikian, pasti suatu negara mempunyai cita-cita bersama yang ingin diraih oleh bangsa tersebut. Cita-cita bersama itu dilandasi oleh sebuah kepercayaan, tata nilai serta keyakinan yang dianut oleh bangsa itu. Dengan kata lain setiap bangsa mempunyai ideologi sebagai acuan untuk mencapai tujuannya.

           Menurut Karl Marx dan Engel berfokus pada sistem yang ada di dalamnya artinya bahwa, orang tidak bisa katakan saya benar melalui ramalan atau keyakinan keturunan tanpa materialisme di dalamnya. Negara harus, berorientasi pada sipil dengan alasan yang pasti mendasar dalam aspirasi Karl Marx. Salah satunya bahwa, benar keberadaan masyarakat disuatu negara dan di miliki dengan pembawaan masing-masing masyratakat itu sendiri, sehingga maksud dari pendapat tersebut bahwa: ideologi harus sesuaikan dengan keberadaan masyarakat setempat agar terciptanya kondisi. (Marx hegel)
         Tetapi, dalam perkembangan Dunia yang sangat pesat, Yayan codol  menyimpulkan tiga ideologi didunia yakni: “ ideologi liberalisme, ideologi sosialisme dan ideologi Negara ketiga. Yang dimaksud dengan ideologi Negara ketiga adalah ideologi yang berkembang di sebuah Negara berdasarkan sejarah dan kepribadian bangsa yang bersangkutan”. Bila,  di Indonesia masuk pada Point yang ketiga, karena Indonesia mempunyai ideologi pancasila yang karena sesuai dengan kodrat manusia di Indonesia. Apakah ideologi itu dijalankan atau tidak? Ideologi yang di anut oleh Negara Bolivia adalah Ideologi Sosialisme, mengapa?

Ideologi di Bolivia
        Ideologi di Bolivia sangat tergantung dengan kepresidenan sebelum Evo morales menjadi Presiden. Presiden yang pernah menjabat di Bolivia di kisarkan sekitar 79 orang, tak terhitung wakilnya. Presiden yang menjabat sebelum Evo Morales adalah bukan asli dari Bolivia melainkan dari berbagai etnis di dunia, akibatnya ideologi di bolivia sangat tidak tetap. Sering presiden di Bolivia menetapkan ideologi Kapitlisme, sehingga bumi Bolivia sangat di tindas dengan adanya kapitalisme, salah satunya dari Amerika Serikat saa. Apa yang menjadi kepercayaan, pola hidup dan landasan hidup warga masyarakt Bolivia di eksploitasi oleh kapitalis melalui birokrasi di Bolivia.
          Pada tahun 2006 lahirlah seorang Evo Morales, presiden yang berasal dari masyarakat di Bolivia itu sendiri. Pada saat itulah Presiden Evo Morales mengubah ideologi Bangsa sesuai dengan keperayaan atau filosofi masyarakat Bolivia. Karena negara mengalami proses ideologi yang memang tidak jelas akhirnya lahir Ideologi Sosialisme. Dengan ideologi itulah dimanfaatkan Evo Morales untuk menasionalisasi semua yang sedang Eksploitsi oleh Amerika, dengan Kebijakan-kebijakan yang tidak jelas tersebut itu.
Sehingga dengan penjelasan diatasi ini, jelas bahwa ketika seorang presiden menolak kapitalisme maka tidak lain bahwa negara tersebut Menganut ideologi sosialisme.

Demokrasi  di Bolivia
    Sebelumnya Bolivia secara bebas bergerak dan menginvestasikan perusahana asing serta mengesampingkan hak sipil baik non-material maupun material. Disana sangat terbatas untuk bergerak secara bebas di tanah warisan nonok moyang Bolivia. Salah satunya adalah membasmi kokain karena di capkan sebagai narkoba. Kokain adalah sebuah tanaman yang berfungsi dan banyak manfaatnya untuk masyarakat adat di Bolivia. Kokain juga tanaman yang diwariskan oleh nenek moyang. Dan masih banyak hal yang belum sempat disebutkan tetapi dengan diskusi dan perkumpulan kita, dengan sendirinya kita bisa mengetahui semuanya.
          Setelah beberapa, tahun ini di kuasai oleh presiden non-asli Bolivia, alias bukan orang asli, tetapi pada prosesnya bersama partai yang namanya Movement Al Sosialisme, dimenangkan oleh Evo Morales pada tahun 2006. Sehingga pada saat itu dengan presiden Evo Morales mengubah wajah Bolivia yang baru.  Presiden Bolivia melakukan sebuah sistem yang mengembalikan Hak rakyat Bolivia yang ditindas secara tak manusiawi itu. Ia juga mengeluarkan beberapa kebijakan adalah sebagai berikut: menasionalisasi perusahan asing, mencabut diskriminasi terhadap Tanaman kokain, dan penindasan yang lainya. El-Evo juga mempunyai Ideologi yang sangat mendasar dalam Perjunganya yakni; Musuh paling jahat dari umat manusia adalah kapitalisme. Itulah yang mendorong pemberontakan seperti yang kita alami, pemberontakan melawan sebuah sistem, melawan sebuah model neo-liberal, yang merupakan representasi dari kapitalisme yang buas. Bila seluruh dunia tidak mengakui realitas ini, bahwa negara-negara nasional tidak memberikan bahkan yang paling minimal kebutuhan kesehatan, pendidikan, dan gizi untuk rakyat, maka setiap hari hak-hak manusia yang paling asasi sedang dilanggar. ”

                   Ia pun pernah menyatakan,
        “...prinsip-prinsip ideologis dari organisasi, anti-imperialis dan berlawanan dengan neo-liberalisme, jelas dan teguh, tetapi anggota-anggotanya masih harus mengubahnya menjadi realitas yang berprogram”
         Dengan hal diatas ini secara sederhana bahwa demokrasi di Bolivia selama masa jabatan Evo di bagi menjadi beberapa tipe Demokrasi yakni secara prosedural dan subtansif dengan ciri demokratisasi di Bolivia: (1) Presiden dan parlemen dipilih secara bebas dan adil; (2) hak memberikan suara diberikan kepada mayoritas penduduk yang sudah dewasa; (3) hak-hak sipil dihormati; dan (4) tentara tidak terlibat dalam politik praktis

Referensi:
Dumupa Odiyaipai. 2012. Mengenal Dan Belajar Dari Pemimpin Besar.Papua.  Lembaga Pendidikan Papua (LPP)
http://isharyanto.wordpress.com/yustisi-laras/demokratisasi-dan-intervensi-militer-pengalaman-amerika-latin/
http://id.wikipedia.org/wiki/Evo_Morales

Tuesday, December 9, 2014

Ingin tapi Malu

fhoto/ inspirasi, malu

          Seorang anak setiap harinya ia selalu pergi ke sekolah, ia selalu duduk bangku kedua dari deretan pertama. Nama anak itu adalah Riko, anak kedua dari keluarga yang miskin tepatnya di Daerah Istimewa Yogyakarta (Jln. Timoho). Setiap hari di kelas ia mendengarkan dari pada menanggapi atau menanyakan kepadanya gurunya. Sangat berbeda dari teman-teman yang lain yang mana sifatnya menegur, menanyakan dan menaggapi situasi yang ada, baik di kelas maupun di luar kelas.
         Ibu gurunya selalu menanyakan pada diri sendiri bahwa “apa sebenarnya yang anak ini pikirkan?”  Namun karena Riko selalu baik dengan Ibu gurunya sehingga berat alias susah untuk menyanyakan kepadanya. Kasih Riko terhadap guru-gurunya sangat besar di banding teman-temanya. Sering Riko mempunyai banyak pertanyaan pada saat di kelas, tetapi dia sangat malu sekali bertanya kepada Gurunya alias di hati di sangat ingin sekali untuk menanyan namun dibibir susah mengungkapkan. Pada akhirnya, anak itu dia yang terburuk di kelas maksudnya dalam nilainya. 

Apakah Siap atau Belum
          CERITA pendek diatas ini adalah sebuah inspirasi yang penulis mengambil dan menyimpulkan sebagai salah satu bahan yang bisa mengembangkan artikel ini. Inilah kisah dan sifat seorang anak yang memang kurang di ajar oleh gurunya.
         Dalam artikel ini mendeskripsikan kesiapan kita dalam menghadapi hidup ini  lebih, lebih pada cinta kita terhadap seseorang yang kita impikan atau kita inginkan. Karena perasaan cinta itu lebih tinggi dari perasaan yang lainya. Cinta itu mudah kita inginkan tetapi beratnya itu kita menjalankan dan mengungkapkan.
      Dalam sebuah perjungan kisah cinta, menjujung tinggi semangat yang tinggi. Demikian juga dengan membutuhkan kemauan, dapat mempertahankan kita dari yang apa yang kita jalankan, sepertinya dalam usaha, perkuliahan, sekolahan, bisnis dan cinta. Yang kini kita kaji di dalam artikel ini adalah cinta. Enta cinta terhadap pekerjaan, tujuan, sesama dan terhadap seseorang.
       Untuk itu, dalam mencintai sesuatu adakah ketulusan kita terhadap hal itu? Ketulusan kita menentukan arah kita kedepan. Cinta hanya menjalankan dengan ketidak tulusan hati, apa yang terjadi di masa yang akan datang.  Arah yang lebih baik akan berasal dari arah ketulusan kita dalam menjalani, atau kecintaan kita terhadap apa yang kita patuhi.
        Apakah kita siap atau belum? Pertanyan ini menjadi persoalan yang memang sangat sulit jikalau, memperhatikan persoalan yang kenyataan terjadi di bumi. Saya siap atau tidak, dalam tugas dan tanggung jawab ini? Bila saya siap, apa kontribusi dalam akan hal itu? Yang jelasnya ketulusan dan kecintaan kita. Tindakan individu pada awal mula merupakan persiapan awal dalam mempersiapkan di hari nanti. 

Ingin tapi Malu
           Ketulusan dan kecintaan kitorang berawal dari keinginan, selingkuhan, dan pendewasaan. Yang dimaksud pendewasaan adalah ketika kita dalam menjalani  masa percintaan kita terhadap suatu hal itu sendiri.
          Sebelum dari pada itu, setiap individu akan muncul sebuah keingginan yang tinggi, baik terhadap meterial maupun non-material. Keinginan tersebut akan terwujud ketika kita bertindak atau berpartisipasi didalamnya. Sebab itu, perlunya kita ketahui bahwa keinginan cinta, akan membawa kita ke tahapan yang lebih tinggi, dan tergantung juga dari partisipasi, ruang dan waktu. Dengan adanya keinginan, sifat kita akan terpengaruh juga dalam selingkuhan. Selingkuh merupakan tahap yang kedua dari keinginan. Hal ini, sangat berpengaruh dengan adanya sebuah ke-(malu)-an yang menonjol dalam diri seseorang terhadap hal yang kita inginkan. Malu bertanya, kita terlamat di masa depan; malu bertindak, kita kalah dalam kompetisi; malu berkomunikasi, kita terlambat dalam membaca situasi; malu bergaul, tidak mendapatkan pengalaman; malu berekspresi, sejarah tidak akan mencatat, dan malu berbicara, semut  di masyarakat.
            Oleh sebab demikian, kita sebagai makhluk sosial perlunya kita ketahui bahwa “ketika kita malu kita terlambat dalam mengejar sesuatu”. Kurang lebihnya bahwa ketika ada ruang, gunakanlah dan laksanakanlah karena kesempatan merupakan sebuah lahan yang mendewasakan diri kita dan sampaikanlah keinginan yang terpendam dalam diri kita sendiri.  


PEPATA KATA, ”Apabila kamu sudah tidak punya perasaan malu, maka lakukanlah apa pun yang kamu mau.” Dari kata ini, ingin mengajarkan bahwa malu merupakan salah satu prasyarat untuk ketakwaan, dalam artian ketika ingin melakukan suatu kesalahan dan perasaan malu ada dalam hati maka keinginan untuk melakukannya menjadi hilang

“For You Baby Gial”

Yogyakarta, 9 Desember 2014
Moses Douw
Mahasiswa Papua Kuliah di Yogyakarta

 
Copyright © 2013 Menongko I Ekspresi Hati
Design by MOSES | DOUW